19

"Aku masih saja merasa geram pada gadis itu"

"Brakkk!!" Pria dengan kumis tebal menendang kursi dihadapannya hingga terpental.

"Jangan terlalu memikirkan ulah gadis itu" ujar salah satu temannya .

"Bagaimana denganmu tuan yang sangat misterius ? Kau ada disana bukan?" Tanya dirinya dengan tatapan yang tajam.

"Benar yang barron katakan , jangan terlalu dipikirkan" jawabnya dengan senyuman sinis.

"Akan aku bunuh gadis inlander itu bila bertemu nanti !" Teriaknya.

"Kau ingin membunuhnya? Bukankah kau memiliki kesempatan? Tapi kau menyiakan hal itu" ujar pria misterius tersebut .

"Aku akan pergi " ujarnya lagi dengan datar.

"Hey tuan misterius, kemana kau?"

Tidak ada jawaban dari pertanyaan yang diberikan pria berkumis tebal tersebut. Ia tetap pergi, melangkah menuju ambang pintu tanpa mengatakan apapun.

"Hei Larry !! " teriaknya.

"Bukan urusanmu !" Suaranya tidak kalah meninggi sebelum dirinya melanjutkan langkahnya.

\*\*\*\*\*\*

Sudah lebih dari satu minggu Sita hanya berdiam diri dirumah karena kakinya yang terkilir, bahkan Henrick setiap memiliki waktu luang selalu saja menyempatkan diri untuk menjenguk Sita.

"Sita, kau ikut tidak?" tanya Dewi.

"Kemana ?"

"Ke rumah tuan Henrick"

"Nanti aku akan menyusul, firasatku mengatakan sepertinya Larry akan datang" ujar Sita.

"Baiklah kalau begitu hati-hati saja" kemudian Dewi pergi memacu sepeda ontelnya. Sita hanya mengerutkan kedua alisnya dan sedikit menggelangkan kepala .

"Halo Sita" ujar Larry yang sudah berdiri tepat dibelakang Sita.

"Ternyata firasatku benar"

"Maksudmu? Aku tidak mengerti" Larry sedikit heran pada Sita.

"Firasatku mengatakan bahwa kau akan datang kemari" jawab Sita.

"Jadi? Kau mencoba meramal?" Tanya Larry.

"Tentunya aku bukan seorang Dilan" ujar sita terkekeh.

"Dilan ? Siapa dia?" Larry semakin dibuat keheranan oleh Sita.

Sita lupa bahwa ia sedang di masa lalu dan mengatakan lelucon yang sering ia gunakan pada teman-temannya, jadi tidak mungkin Karry mengerti apa yang ia katakan.

"Dilan yang aku maksud adalah temanku, ah sudahlah lupakan saja" ujar Sita

"Bagaimana keadaan kakimu sekarang?" Tanya Larry

"Sudah membaik, tenanglah" jawab Sita .

"kau mau ikut denganku ?" tanya larry

"Pergi kemana? Kau sangat suka membawaku berkeliling"

"Sudahlah ikut saja " ujar Larry.

******

Sita menyetujui ajakan larry, kemudian Larry meraih tangan sita dan membawanya ke sebuah rumah yang cukup besar. Di rumah tersebut banyak tentara yang sedang bercengkrama ataupun beristirahat.

"Larry? Ini tempat apa ?"

"Tempat peristirahatan kami, biasanya aku menghabiskan waktu disini"

"Akan aku perkenalkan kau dengan teman-temanku"

Sita hanya mengangguk lalu memasuki rumah tersebut. Disana bukan sita satu-satunya perempuan, terdapat sekitar sepuluh perempuan yang masih terlihat muda dan sangat cantik mengenakan kebaya yang indah. Mereka tampak tersenyum ramah pada sita .

"Siapa gadis ini Larry? " seorang pria dengan tatapan yang dingin.

"Dia adalah Sita, temanku"

"Hallo aku Sita"

"Aku mike, senang berkenalan denganmu" ujar mike sembari tersenyum.

"Aku pergi dahulu" ujar mike pada sita dan larry .

"Sita, bisakah kau tunggu sebentar disini ? Aku akan mengambil dokumen di ruanganku"

"Baiklah , aku akan menunggumu"

Kemudian larry pergi meninggalkan sita di ruang tamu yang cukup luas dan tentunya ramai oleh para prajurit. Sita memperhatikan di sekililingnya dan melihat beberapa gadis tampak menggoda tentara , sita juga memperhatikan salah satu dari gadis tersebut sedang dirangkul dan bokongnya sedang diraba . Sita merasakan sedikit geli melihat pemandangan seperti ini , terlihat dari raut wajah mereka mungkin terpaksa melakukannya karena kebutuhan ekonomi ataupun dijual, jelasnya Sita tidak tau secara pasti.

"Hallo gadis cantik" seorang pria sedikit lebih tua dibandingkan Larry datang menghampiri Sita .

"Siapa namamu nona ?"

"Namaku Sita" jawabnya yang begitu gugup sembari celingukan menunggu kedatangan Larry.

"Apa kau sendirian ?" tanya pria tersebut.

"Aku datang bersama temanku" jawab Sita.

"Apa kau mau menemaniku minum?"

"Maaf aku tidak bisa" sita mencoba menolak tawaran pria tersebut karena dirinya merasa takut .

"Ayolah nona" pria itu tetap memaksa Sita sembari mencengkram tangannya.

"Tolong lepaskan aku" ujar Sita sembari memohon agar Larry segera datang .

"Ayolah!" cengkramannya semakin kuat dan membuat merintih kesakitan.

Dibalik ketakutan sita oleh pria tersebut, sebuah tangan yang kekar menarik pria tersebut hingga melepas cengkramannya pada Sita. Sita yang ketakutan kini merasa aman karena telah berdiri Henrick dihadapannya.

"Jangan pernah untuk mencoba menganggunya, ga weg jij !" Bentak Henrick pada pria tersebut .

"Het spijt me" ujar pria tersebut pada Henrick kemudian pergi.

Semua para tentara disana tampak memperhatikan mereka setelah keributan dan menunduk pada Henrick.

"Kenapa kalian diam saja?!" Teriak Henrick .

"Apa kalian buta sehingga tidak menolong wanita ini?" Ujar Henrick .

"Maafkan kami" ujar salah satu prajurit disana pada henrick terlebih lagi karena posisi henrick dalam jabatan lumayan tinggi.

Sita sama sekali tidak bergeming saat mendengar ucapan Henrick.

"Ayo kita pulang !" Ujar Henrick dengan tegas. Disaat dirinya sedang memperhatikan prajurit disekitarnya, pandangannya menangkap Larry yaitu sesosok pria yang menjadi teman Sita.

"Ayo Sita" Henrick menggenggam tangan Sita dengan lembut sembari menuntunnya berjalan.

****

Mereka berdua hanya berdiam diri diperjalanan pulang, sita yang gugup mencoba memulai pembicaraan lebih dahulu.

"Henrick aku berterima kasih padamu" ujar sita.

"Kenapa kau bisa disana Genrick?"

Henrick hanya diam tanpa membalas Sita.

"Henrick apa kau dengarkan aku?" Sita berhenti sejenak .

"Aku selalu mendengarkanmu Sita dan sekarang kau membuatku kesal" ujar Henrick.

"Kenapa Henrick? " tanya Sita.

"Kau tahu bukan bahwa banyak prajurit disana, untung saja saat itu aku sedang mencari temanku dan tanpa sengaja aku melihatmu" jawab Henrick.

"sebenarnya aku sedang menunggu Larry karena dirinya mengambil dokumen dan ia menyuruhku untuk menunggunya" jelas Sita.

Henrick kembali diam setelah mendengar penjelasan Sita dan menarik nafasnya sedalam mungkin.

"Lain kali kau harus bertanya dahulu kemana ia akan mengajakmu" ujar Henrick dengan wajah yang datar.

Sita yang merasa enggan berbicara hanya mengangguk saja tanpa berani menatap Henrick .

\*\*\*\*\*\*

Rumah masih terlihat sepi, mbok Karti bahkan juga Dewi sepertinya belum pulang.

"Apakah mereka masih disana?" Tanya Sita.

"Mungkin saja, aku tidak sempat untuk pulang" jawab Henrick.

Sita menatap Henrick yang sedari di tengah perjalanan tadi terlihat melamun.

"Apakah kau baik-baik saja?" Sita menepuk pundak Henrick .

"Apa? Aku baik" ujar Henrick yang sedikit terkejut.

Sebenarnya Henrick memikirkan tentang Sita dan juga Larry, dirinya merasa tidak yakin apabila Larry adalah seorang pria yang baik, ingin sekali Henrick bertanya tentang Larry namun niat itu selalu diurungkan agar Sita tidak merasa khawatir dan membuat hubungannya dengan Sita tidak renggang kembali .

"Sekarang kau diam saja disini jangan pergi kemanapun, aku akan menemanimu sampai mbok karti datang" ujar Henrick.

"Tidak perlu Henrick, masih banyak yang harus kau kerjakan bukan?"

"Tetapi kau juga penting Sita" jelas Henrick.

Mata sita sedikit terbelalak mendengar ucapan Henrick. Disaat yang sama, mbok Karti dan Dewi pulang. Mbok Karti sedikit terkejut melihat tuannya datang kerumahnya.

"Tuan kenapa disini?" Tanya mbok Karti.

"Aku hanya sehabis berkeliling dengan Sita" jawab Henrick.

"Aku pergi dahulu, tolong jangan biarkan Sita pergi sendirian" ujar Henrick.

"Iya tuan " jawab mbok Karti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!