3

Cahaya matahari mulai menyeruak masuk ke dalam kamar menandakan sang fajar telah terbit, harapannya ternyata sudah pupus bahkan ia masih berada di tempat ini. Perlahan Sita mulai beranjak dari ranjang lalu keluar kamarnya, rumah yang cukup luas dan memberikan kesan elegan pada jamannya namun rumah itu sangat sepi mengingat hanya pria londo tersebut yang tinggal sendirian.

"goedemorgen"

Sita terkejut, pria asing itu mendadak berada di dekatnya dan tersenyum menyapa dirinya. Jantungnya terasa berdegup mengingat apa yang ia ucapkan kemarin malam.

"Ayo makan" ujarnya. Ia membawa Sita ke meja makan lalu menyiapkan roti dan telur .

"Kau tidak suka ya?" tanya dirinya .

"A a ku menyukainya" jawab Sita sedikit gugup .

"Hari ini aku akan pergi ke kantor" ujarnya .

Sita memperhatikan dirinya yang sudah lengkap menggunakan seragam tentara .

"Aku akan kembali nanti , jangan takut " ujarnya .

Kemudian ia pergi membawa mobil tempo dulunya .

Sita menghabiskan roti serta telur yang disediakan, tidak berapa lama kemudian datanglah seorang wanita paruh baya yang ia lihat kemarin sambil membawa keranjang yang telah tersedia sayuran.

"non? Bagaimana apakah sudah membaik?" tanya wanita itu .

"Iya sudah" jawab Sita .

"Jika diperkenankan, boleh mbok tahu nama non siapa?"

"Namaku sita" jawab Sita dengan tersenyum.

"Non cantik sekali,beruntung sekali non ditolong oleh tuan muda" ujarnya.

"Siapa tuan muda yang dimaksud?" Sita mengerutkan alisnya.

"Tentu saja pria londo yang tinggal disini, namanya Tuan Henrick"

"Memangnya kenapa? Aku tidak mengerti maksudnya" tanya Sita

"Apakah nona tahu jika jarang sekali ada wong londo yang baik dan penuh perhatian bahkan tuan muda tidak pernah memiliki seorang nyai" jawab nya .

"Nyai? Wanita simpanan tanpa ikatan pernikahan ?" tanya Sita.

"Benar sekali, orang seperti tuan muda sangat langka" jawab mbok Karti

Sita pernah mendengar bahwa seorang nyai terkadang merelakan dirinya untuk menjadi Simpanan untuk menghasilkan uang walaupun itu terpaksa namun tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari mereka juga dengan senang hati menjadi nyai. Melihat udara yang berhembus dari arah pekarangan membuat Sita ingin menenangkan diri.

"Mbok? Apa tidak keberatan aku melihat sekeliling diluar sebentar?" ujar Sita.

"Tentu saja tidak keberatan, silahkan non".

Sita pergi melihat pekarangan rumah yang tampak sejuk untuk dipandang karena banyak sekali bunga yang membuatnya terlihat sangat indah, ini sangat nyata. Masa dimana bangsanya belum merdeka dan masih dijajah oleh kolonial Belanda bahkan sebaik apapun pria asing itu tetap saja dirinya adalah penjajah negrinya, ia harus tetap waspada kepada pria tersebut.

Namanya Sita ajeng seorang mahasiswa jurusan ilmu sejarah disalah satu Universitas di ibu kota Jakarta dengan rambut hitam lebat dan wajah khas gadis jawa serta mata yang bersinar membuatnya di gandrungi kaum adam dan kini ia berada di masa kolonial dan tinggal bersama pria berdarah asing.

Ia menghembuskan nafas secara perlahan dan mencoba membuat dirinya setenang mungkin, ia biarkan sang fajar menghangatkan tubuhnya dengan sinarnya .

Sempat terbesit dipikirannya bagaimana keadaan di masa sekarang, apakah Via sahabatnya tahu bahwa dirinya menghilang? Dan bagaimana nanti dengan tugas kuliah yang menumpuk?

"Sudahlah diam Sita, kau masih saja memikirkan tugasmu sedangkan kau sedang terjebak di masa lalu sekarang" gumamnya.

******

Sore hari itu bahkan Sita masih saja di taman bunga sambil menikmati cahaya fajar yang mulai berwarna jingga menandakan bahwa hari sudah mulai petang .

"Kau sudah terlalu lama sekali disini "

Sita menoleh asal suara tersebut dan pria asing itu berdiri tepat di belakangnya.

"Namaku Henrick Van Roosevelt" ia menjulurkan tangannya pada Sita.

Awalnya Sita diam saja dan ragu untuk menjabat tangannya namun sangat tidak sopan apabila mengabaikannya .

"Namaku Sita ajeng" jawabnya pada Henrick .

"Namamu indah seperti kisah pewayangan ramayana" ujar Henrick.

"Kau tahu kisah itu?" tanya Sita.

"Tentu saja, kenapa tidak? Kau pikir londo sepertiku tidak tahu?" jawab Henrick sambil terkekeh.

Sita hanya menunduk dan tidak menatap Henrick.

"Apa saja yang kau lakukan sepanjang hari ini?" tanya Henrick.

"Aku hanya melihat - lihat taman bunga saja" jawab Sita.

"Jika aku memiliki waktu senggang, aku akan mengajakmu berkeliling Batavia" ujar Henrick .

"Kenapa?" tanya Sita.

"Karena sepertinya kau bukan dari sini" jawab Henrick.

Sita mengerutkan dahinya dan berpikir apa mungkin Henrick tahu bahwa dirinya bukan dari masa ini? Begitu pikirnya.

"Maksudku adalah aku yakin bahwa kau orang dari luar Batavia" ujar Henrick.

Ternyata anggapan Sita salah karena tidak mungkin pria londo tersebut tahu bahwa dirinya dari masa depan.

Sita dan Henrick masuk ke dalam rumah karena hari semakin gelap. Henrick mulai menyalakan lampu untuk menerangi ruangan dan menyiapkan makan malam.

"Apa kau tidak merasa berlebihan padaku?" tanya Sita.

"Apa maksudmu?" Henrick tampak bingung dengan pertanyaan Sita.

"Seorang prajurit belanda yang baik pada pribumi sepertiku, aku berpikir sudah berapa banyak yang kau bantai dari kaumku?" entah apa yang di pikirkan Sita saat itu, dirinya merasa begitu lancang pada Henrick.

"Apa kau sadar akan hal itu?" Lanjutnya

Henrick berjalan mendekati Sita tanpa ekspresi apapun. Dirasakan tubuhnya mulai gemetar, ia terlihat begitu ketakutan dan membuatnya berpikir bahwa Henrick akan membunuhnya atas kelancanganmya berbicara. Kini henrick berdiri di hadapannya dan memegang dagu Sita.

"Ucapanmu itu sama sekali tidak pernah aku dengar dari wanita pribumi lain" ujar Henrick.

Selama mereka makan malam, tidak ada satupun kata yang terlontar dari bibir Henrick maupun Sita. Sita yang merasa salah pada henrick hanya bisa terdiam menelan salivanya.

Hingga pada malam harinya, Sita yang merasa sangat bersalah lalu memutuskan untuk pergi dari rumah pria tersebut walaupun dirinya tidak memiliki arah tujuan kemana.

Dirinta kabur melalui jendela dengan sangat hati-hati tanpa ketahuan oleh Henrick dan melompat melalui pagar. Kini Sita sudah keluar dari rumah Henrick, namun ia tidak tahu akan pergi kemana. Hari itu pun sudah malam sekali, suasana sangat gelap tanpa penerangan pada jalan setapak yang dirinya lewati. Ia terlihat takut apabila para belanda menculiknya. Dan benar saja di tengah perjalanan Sita bertemu dengan para tentara belanda yang sepertinya terlihat sedang mabuk, saat itusalah satu dari mereka mulai memperhatikannya.

"Hey inlander ! Ayo bersenang - senang dengan kami" ujar salah satu diantara mereka.

Kemudian mereka menarik paksa tangan Sita dan mulai merobek kebaya berwarna putih yang dirinya kenakan, pada saat itu tidak ada siapapun kecuali mereka.

"Gadis yang cantik sekali" mereka terkekeh tanpa rasa peduli

Terlihat raut wajah bajingan dari mereka. Sita teringat bahwa dirinya pernah mengikuti bela diri di sekolahnya, lalu ia berpikir untuk mencoba menggunakannya. Dirinya menendang tulang kering pada kaki salah satu tentara dan mengigit lengannya,walau hasilnya tidak begitu memuaskan karena tubuh mereka besar dan jumlah mereka yang lebih banyak namun berhasil membuat Sita kabur dari para tentara itu. Kini ia berlari dengan sekuat tenaga dari kejaran mereka dengan kebaya yang sudah lusuh, dirinya berlari tanpa menggunakan alas kaki sehingga membuat kakinya terluka. Sita melihat sebuah sungai yang tidak terlalu dalam lalu melompat dan bersembunyi di bawah jembatan kecil. Para tentara itu sepertinya terlihat bingung mencari Sita diatas jembatan.

"stom meisje!"

(Gadis bodoh !)

Sita mengendap-endap untuk memastikan bahwa mereka telah pergi dan perlahan mulai menepi. Hawa dingin mulai masuk ke dalam tubuh Sita yang basah akibat terjun ke sungai dan pakaiannya yang robek. Rasa sakit pada kakinya akibat terkena duri membuat Sita merintih kesakitan, ia menyesal telah kabur dari rumah Henrick. Namun ia juga berpikir bahwa Henrick juga tidak akan memaafkan dirinya akibat kelancangannya berbicara. Ia mulai menuju tepi sungai dan berjalan tertatih- tatih menuju perkampungan warga pribumi, sedikit demi sedikit pandanganya semakin gelap dan ia jatuh tersungkur di depan rumah salah satu penduduk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!