"Karena masa lalu tidak akan aku lewatkan dengan begitu saja"
- Sita Ajeng
"Mbok karti kenapa terburu - buru sekali?" tanya Sita.
"Saya akan izin non" jawab mbok Karti.
"Tapi kenapa mbok?” Sita memaksa mbok Karti untuk memberikan alasannya.
"Apa non ingat Gendis? Gendis sekarang lagi sakit jadi mbok harus pergi kesana" ujar mbok Karti.
"Bagaimana jika aku ikut bersama mbok?" tanya Sita
"Iya non, ayo cepat" ujar mbok Karti yang tergesa - gesa.
Mbok Karti mengeluarkan Sepeda Ontelnya yang terparkir di halaman dengan cepat, Sita membonceng Mbok Karti menuju rumah Mbok Ayu.
“Apakah ada arah yang lebih cepat?” Tanya Sita.
“Iya ada non, sebaiknya kita melewati pasar dan pemukiman penduduk wong londo” jawabnya.
“Aku akan berusaha untuk cepat” Sita mengayuh sepedanya dengan kencang. memang ia sudah terbiasa untuk mengebut ketika membawa motornya bahkan Sita pernah di tilang ketika hendak ke sekolah, lantaran membawa motor dengan kecapatan tinggi, hal ini dilakukan karena ia terlambat sekolah.
“Astagfirullah non, mbok takut jatuh” wanita paruh baya tersebut memeluk Sita dengan erat.
“Tenang saja, kita akan sampai tujuan dengan selamat” Sita hanya bisa tertawa terbahak-bahak
\*\*\*\*\*\*\*
Sesampainya disana, mbok karti dan Sita segera menemui Gendis. Disana sudah terbaring Gendis yang terlihat pucat dan menggigil bahkan suhu tubuhnya naik turun, Sita segera menanyakan Gendis kepada mbok Ayu.
"Sudah berapa lama Gendis seperti ini? " tanya Sita.
"Sudah dari dua hari yang lalu non" jawab mbok Karti.
Sita berpikir melihat kondisi ekonomi mbok Ayu, sepertinya tidak mungkin gendis sudah berobat.
"sepertinya gendis terkena Malaria " ujar Sita.
"Malaria itu apa non ?" Tanya mbok ayu .
"Malaria adalah panyakit yang ditularkan oleh nyamuk" ujar Sita.
"Kami memang hidup miskin untuk membuat sanitasi saja, tidak mampu" jelas mbok ayu membuat Sita pilu.
"Non pelajar STOVIA ya? " tanya mbok Karti.
"Mboten mbok " jawab Sita dengan tersenyum.
Raut wajah mbok Ayu begitu cemas melihat Gendis yang semakin hari melemah bahkan Sita tidak bisa berbuat banyak, ia merasa iba karena mengingat Gendis adalah orang yang begitu disayangi oleh mbok Ayu. Kini Sita mencoba mengompres gendis untuk membantu menurunkan suhu badannya, disaat seperti ini sita merasa kesal pada kaum londo yang bersikap sangat tidak adil di negerinya, bagaimana bisa mereka tidak memiliki hati nurani pada sesama manusia.
"Mbok Ayu, untuk sementara kompres dengan air hangat selama tubuh Gendis panas" ujar Sita.
"Baiklah non" mbok Ayu menitikan air matanya, mengusap kepala gendis yang sedang tidur pulas.
"ini beberapa gulden untukmu Mbok" Sita memberikan dua puluh gulden pada mbok Ayu.
"Ini banyak sekali, jangan non" mbok Ayu menolak pemberian Sita.
"Untuk Gendis juga apabila ada keperluan mendesak dan untuk memeriksanya ke dokter" mbok Karti ikut menimpali .
Mbok Ayu akhirnya menerima pemberian sita dengan rasa berterima kasih, kini mbok ayu memeluknya.
\*\*\*\*\*\*
Di kantor pusat, sehabis melaksanakan rapat bersama dengan para petinggi, seseorang memanggil nama Henrick.
"Henrick apa kabarmu ?"
Suara itu membuat henrick menoleh dan dilihatnya Paman Albert selaku Tentara dengan pangkat yang cukup tinggi di Batavia, ia datang bersama seorang gadis Belanda.
"Sejak kapan kau disini? " tanya Henrick.
"Sudah seminggu lalu aku disini" jawab paman Albert.
“Tidakkah kau merindukan diriku Henrick?” paman Albert tertawa.
“Tentu saja paman, kau adalah teman baik Ayahku”
"Oh ya dia adalah keponakanku dari Den Haag namanya Emma" paman Albert memperkenalkan gadis itu pada Henrick .
"Namaku Henrick" dirinya menjulurkan tangannya pada Emma.
"Aku Emma Van Mogeens" Emma terlihat tampak gugup saat berjabat tangan dengan Henrick.
Emma menatap Henrick dengan tatapan yang manis dan sedikit genit, lantas Henrick segera melepas jabatan tangannya. Paman Albert meminta Henrick untuk bercengkrama dengannya namun Henrick begitu sibuk sehingga menolak ajakan Paman Albert.
"Aku hampir lupa jika ada urusan di barak, maaf aku harus pergi" ujar Henrick.
“Sayang sekali Henrick jika kau harus pergi sekarang
"Henrick, bisakah besok kau datang ke rumahku ? ada banyak hal yang ingin aku ceritakan" paman Albert.
"Tentu saja, besok siang aku akan datang" jawab Henrick yang kemudian pergi meninggalkan mereka.
\*\*\*\*\*\*
"Aku akan pulang, besok aku datang kesini untuk memastikan keadaan Gendis"
Sita akhirnya kembali ke rumahnya setelah berpamit pada mbok Ayu. Hari sudah mulai gelap, mereka seharian dirumah mbok Ayu untuk merawat Gendis. Sita berpikir untuk meminta bantuan Henrick namun di sisi lain, pikirannya menolak.
Sita melihat rumah yang sepi sepertinya Henrick belum datang. Beruntung bagi Sita karena apabila henrick tahu dirinya pergi maka Henrick akan memberikan pertanyaan yang Sita tidak mungkin jawab dan juga Henrick akan merasa khawatir bila tidak dilihatnya Sita dirumah.
"Non, saya pulang dulu ya. Terima kasih sudah membantu" ujar mbok Karti.
"Iya mbok, aku senang"
Mereka yang seharusnya hanya menjenguk sebentar Gendis tersebut akhirnya ikut merawat Gendis karena melihat Mbok Ayu yang kesulitan dalam merawat cucunya. Sembari menunggu Henrick , dirinya kembali membaca buku dengan serius dirinya belajar berbahasa belanda, siapa tahu suatu saat ia kembali, itu akan digunakan.
\*\*\*\*\*\*
"Apa yang kau pelajari ?"
Henrick yang entah muncul darimana tiba - tiba berdiri dibelakang Sita yang sedang duduk disofa.
"Kau? Datang darimana?" Ujar Sita terkejut karena tidak mendengar langkah kaki Henrick.
"Sudah dari tadi" jawabnya.
"Jangan bohong Henrick" Sita mengerutkan wajahnya .
"Baiklah aku mengaku" ujar henrick terkekeh.
"Tunggu dulu, kau mempelajari bahasaku ?" Henrick melihat isi buku yang dipelajari Sita.
"Lalu kenapa ?" tanya Sita.
"Tidak apa - apa , aku akan membantumu " ujar Henrick.
Henrick mengajari sita bahasa belanda dengan baik dan sita menanggapi pelajaran dengan cepat sehingga tidak butuh waktu yang lama, Sita sudah lumayan berhasil menguasai bahasa belanda.
"Kau sangat pintar" Henrick memuji sita.
"Aku sebenarnya bisa sedikit bahasa ini, namun sekarang aku hanya memperdalam lagi" ujar sita.
"Kalau begitu, bacakan kalimat ini" Henrick menunjuk suatu kalimat yang tertera di buku.
"Disini tertulis ik hou van je"
(Aku mencintaimu ) ujar Sita.
"Ik hou ook van jou"
(Aku juga mencintaimu) balas Henrick.
Kini sita merasakan keringat dingin dan jantungnya berdegup kencang , seharusnya ia tidak membaca kalimat itu.
"Kau tidak apa - apa ?" tanya Henrick.
"Tentu tidak" jawab Sita yang sedang gugup.
"Sebaiknya kita akhiri saja pelajaran sampai hari ini”Sita mengemas bukunya lalu dirinya beranjak dari kursinya.
"Baiklah, kita lanjut besok saja" ujar Henrick.
Sita mengangguk tanda setuju lalu segera masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu sangat pelan.
Melihat tingkah Sita seperti itu, Henrick tersenyum sambil menggeleng - geleng kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments