2

"Tunggu, siapa dirimu? " tanya Sita

"Dan dimana aku? "

"DORRR!"

Jakarta, 17 juni 2019

Sita segera membuka mata namun nafasnya masih terengah-engah ia merasa bahwa itu seperti kisah nyata, dirinya melirik jam dinding yang menunjukan pukul 03.00 Wib. Mimpi itu selalu saja datang lantas menghantui dirinya di setiap malam, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya kembali mengingat bahwa besok Sita akan pergi ke salah satu museum di kotanya untuk study.

*******

Sita sudah sampai di sebuah Museum, cuaca saat itu cukup dingin bahkan tidak seperti biasanya yang selalu panas di Jakarta. Sehingga dirinya memilih untuk menggunakan sweater dengan rok panjang, Namun anehnya di Museum tersebut Sita tidak melihat satupun pengunjung bahkan teman-temannya. Museum bukan tempat andalan bagi para milenium di masa kini, mereka lebih memilih tempat yang cenderung populer seperti Cafe maupun Bioskop. Tidak mengherankan jika Museum memiliki pengunjung yang sedikit dan banyak yang melupakannya.

"Tring \~\~" dering ponsel milik Sita.

Sita segera mengangkat panggilan masuk dari ponselnya dan itu adalah Via sahabatnya.

"Hallo? Sita."

"Kamu dimana? Aku udah di Museum sesuai kesepakatan kemarin."

"Astaga Sita, aku lupa memberitahumu sebenarnya kami membatalkan study hari ini namun diganti menjadi besok."

"Apa??! Gila ya kamu." Raut wajah menjadi masam.

"Aku minta maaf Sita."

Sita segera mematikan ponsel miliknya, ia begitu kesal dan berpikir untuk apa merepotkan dirinya dengan datang ke Museum apabila mereka membatalkan janjinya bahkan Sita sedang dikejar oleh deadline yang sudah menumpuk. Sambil mencari arah untuk keluar dari Museum, di koridor ia melihat - lihat lukisan serta beberapa patung pahlawan, kehidupan jaman dahulu sangatlah sulit dengan para kolonial belanda yang menjajah indonesia pastilah banyak tragedi berdarah. Saat Sita berjalan menuju ruangan lain, tidak sengaja dirinya menginjak sebuah jam saku dengan huruf romawi yang sepertinya milik museum, ia berpikir untuk segera mengembalikannya sebelum dirinya dituduh pencuri oleh petugas disana. Namun belum sempat dirinya mengembalikannya, jarum jam tersebut berputar dengan arah yang sengat cepat bahkan ia merasakan bahwa dunia juga ikut berputar sehingga Sita mencoba menutup mata, sekitar lima belas menit kemudian Sita mulai membuka mata terlihat di depannya semuanya sudah berubah, bahkan Sita sudah tidak berada di museum lagi melainkan di sebuah hutan rindang yang tanpa satupun dilihatnya sosok manusia. Ia mulai mencoba menyusuri hutan itu dengan maksud untuk meminta bantuan namun hasilnya nihil dan ia sekarang merasa benar-benar terjebak hingga tanpa sita sadari bahwa ia mulai menangis, dirinya tidak pernah merasa setakut seperti sekarang hingga ia sadar bahwa ada tangan yang menyentuh pundaknya, ia sangat terkejut dan hampir berteriak namun tangan itu segera menutup mulut Sita sehingga gadis tersebut mencoba untuk melepasnya.

"Siapa kau? Dan dimana aku? " suara Sita sangat ketakutan dan rasa panik menyerangnya, ia terlihat linglung. Pria asing ini menggunakan pakaian khas tentara kolonial belanda dan lengkap dengan senapan laras panjang pada jaman dahulu .

"Katakan dimana aku?! Cepat katakan sekarang juga!!" Sita berjalan mundur dan berteriak seolah dirinya akan dimangsa oleh serigala dan semakin lama pengelihatannya perlahan kabur dan segalanya tampak begitu gelap.

\*\*\*\*\*\*\*

Sita mulai tersadar dan mencoba membuka matanya secara perlahan. Dengan suara yang samar dirinya mendengar seseorang berbicara dengan bahasa asing, kini ia bukan lagi berada di Hutan melainkan berada dalam ruangan yang bercat putih dengan gaya klasik khas eropa.

"ben je wakker? " suara pria asing yang ditunjukan kepadanya.

Ia merasa sakit pada bagian kepala dan semua terasa berputar-putar seperti roda, pria asing itu pun mengambilkan Sita air dan tanpa basa-basi Sita segera melepas dahaganya. Ia hanya terdiam saja perasaannya terasa kalut sekarang, masih banyak hal yang tidak dirinya pahami.

"Maaf bisa kau beritahu dimana aku sekarang ?" Sita begitu lelah dengan suara yang lemah dan berharap semoga pria asing itu mengerti yang ia katakan.

"Kini kau berada di Batavia" jawabnya.

Sita mulai terperanjat dan semakin panik karena tidak mengerti apapun dengan apa yang pria asing katakan. dirinya mencoba berlari keluar ruangan menuju halaman, ia memandangi bangunan bercat putih dengan arsitektur seperti di kota tua , disana ia hanya melihat satu wanita tua dengan menggunakan kebaya putih lalu tersenyum padanya. Pria asing itu menghampirinya dan memeluknya

"Tahun berapa ini?! Dan apa ini Hindia Belanda? Katakan! " sita kembali berteriak dan menutup telinganya dengan panik.

"Tahun 1941, ya kau benar ini di hindia belanda tepatnya di batavia, ada apa ? " tanya pria itu .

"Aku pasti sudah mati" gumam sita.

"Kau masih hidup dan belum mati, aku yang membawamu kesini" pria itu terheran mendengar ucapan Sita

Sita semakin terkejut lalu ia mencoba melepaskan pelukannya dengan meronta-ronta, namun hasilnya nihil . Pria asing itu begitu erat memeluk Sita lalu membawa sita menuju ke kamar.

"Tinggalkan aku sendirian !" ujar Sita, ia menangis seolah tidak percaya.

Kemudian pria asing itu hanya terdiam dan meninggalkan Sita tanpa ingin menganggu Sita.

Sita masih tidak percaya bahwa ia pergi melintas masa, dirinya berpikir betapa bodohnya ia. seharusnya Sita tidak mengambil jam saku itu dan membiarkannya tetap di lantai namun semuanya telah terjadi, terlebih lagi itu adalah kesalahannya sendiri seperti ibarat nasi sudah menjadi bubur. Sita memperhatikan pakaiannya yang telah berganti menjadi kebaya berwarna putih polos. Ia masih merasa terkejut akan dirinya yang terjebak di masa kolonial belanda dan sekarang bahkan dirinya tinggal di rumah salah satu prajurit belanda. Ia menangis sejadi-jadinya sambil menutup matanya, mungkin dengan cara itu dirinya dapat kembali ke tempat yang seharusnya ia berada sekarang.

******

"Tok tok" ketukan pintu terdengar

Seseorang telah mengetuk pintu kamar lalu membukanya dengan perlahan, dilihatnya oleh Sita ternyata si pria asing tersebut, pria itu membawakan nampan yang telah disediakan sepiring nasi dan semangkuk sup.

"Ini sudah larut malam dan kau belum makan apapun? Aku khawatir kau akan jatuh sakit" ujarnya.

Sita tidak mengatakan sepatah kata padanya. Pria tersebut pun mencoba duduk di samping sita, hal ini membuat Sita sedikit gelisah dan jantungnya berdegup kencang.

"Dengarlah, tidak perlu kau takut padaku" ujarnya. Sepertinya ia tahu bahwa sita sangat ketakutan.

"Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, kau harus makan. Karena kau berada dirumahku jadi kau adalah tanggung jawabku sekarang" Dirinya kemudian mengambil sendok dan mulai menyuapi Sita, awalnya Sita menolak namun ia sangat kelaparan sehingga mau tak mau dirinya harus makan.

"Kau tidak akan membunuhku atau menjadikan diriku gundikmu bukan?" tanya Sita dengan nada yang datar dan tatapan kosong.

"Apa maksudmu?" Pria asing itu tampak keheranan mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Sita.

"Uhuk - uhuk"

Melihat Sita yang tersedak, dengan sigap pria asing itu memberikan air pada Sita, ia mulai tersenyum pada sita dan meletakan piring di meja.

"Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apapun yang menyakitimu" jawabnya

"Dengarlah sekarang, mungkin aku tidak tahu siapa dirimu dan darimana kau berasal tapi aku mohon padamu tetaplah hidup dengan baik" ujarnya pada Sita.

Setelah Sita menyudahi makan malamnya, Pria tersebut segera memintanya untuk tidur.

"Sekarang kau harus segera tidur, Selamat malam"

Lalu dirinya pergi dan membawa piring bekas makanan kemudian Sita mencoba menutup matanya barangkali ia bisa pergi dari sini setelah bangun tidur

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!