"Ampun Bang. Aku mengaku salah." Kata Karman sambil meringkuk di atas tanah berpasir di jalan benteng menuju jembatan itu.
"Sekarang baru kau mengaku salah. Tadi mengapa laporan mu begitu bersemangat? Jawab Karman!" Bentak Monang.
"Jika Lalah tau bahwa kau adalah anak buah ku, mati lah kita semua dikuliti oleh Lalah." Kata Monang sambil memukul kepala Karman dengan kesal.
"Monang. Siapa Lalah ini sebenarnya?" Tanya Tigor. Maklum dia tidak begitu mengenal orang-orang besar. Dia hanya tau nama tanpa tau seperti apa orang itu dan apa profesi nya.
"Lalah ini adalah penguasa Kota Dolok ginjang. Bisa dikatakan bahwa Lalah ini adalah orang netral yang melakukan bisnis dengan geng tengkorak dan geng kucing milik Martin. Dia juga bersahabat baik dengan Acun pengusaha dari Singapore. Bisnis nya yang paling besar adalah menapung barang-barang curian seperti mobil bermerek, sepeda motor dan apa saja yang berharga. Dia juga menjalankan bisnis suku cadang tiruan bagi mobil-mobil berkelas seperti Ferari, Pagani, Bugatti dan Lamborghini dengan laba triliunan pertahun."
"Nah.., si setan Karman ini berani sekali berbuat onar dengan mengganggu anak gadis Lalah bernama Wulan itu. Kau bosan hidup Karman...!"
plaaak....!
"Ampun bang. Tolong selamatkan aku." Kata Karman ketakutan. Dia merasakan dingin di tengkuknya begitu mendengar nama Lalah tadi disebutkan oleh Monang.
"Bangun kau Karman. Nanti aku secara pribadi akan meminta maaf jika bertemu lagi dengan gadis itu. Semoga saja dia tidak memperpanjang masalah ini." Kata Tigor sambil menarik tangan Karman agar segera bangkit berdiri.
"Aku jadi malu sama kau Tigor. Untung kau tidak cepat emosi. Kalau tidak, mungkin gara-gara Karman ini kita akan bermusuhan." Kata Monang dengan wajah bersemu malu.
"Eit.., biasa lah itu Monang. Namanya juga kau mendapat informasi yang salah. Kalau aku pun pasti juga akan marah melihat anak buah ku pulang dengan babak belur." Kata Tigor.
"Terimakasih Tigor karena kau tidak menaruh dendam kepada ku. Sekali lagi tolong Selamatkan nyawa ku." Kata Karman sambil menggigil ketakutan.
"Kau tenang saja. Jika nanti kau mendengar kabar kalau orang-orang Lalah itu mencarimu, kau cepat-cepat datang kemari menemui ku. Aku secara khusus akan menghubungi Wulan untuk meminta maaf dan meminta supaya dia membujuk ayahnya untuk melepaskan mu." Kata Tigor.
"Terimakasih Tigor. Aku juga meminta maaf kepada mu Sugeng. Hampir saja ujung pisau ku merobek perut mu. maafkan aku." Kata Karman dengan tulus.
"Lupakan saja Karman! Lain kali lebih berhati-hati." Kata Sugeng sambil memaksakan untuk tersenyum.
"Aku juga minta maaf sama kau Jabat, Ucok dan kau Thomas. Aku sudah membuat kalian jadi repot." Kata Karman lagi.
"Sudahlah Karman. Yang penting sekarang kita harus siap-siap menghadapi kemungkinan yang bakal terjadi." Kata Jabat.
"Ok lah Gor. Aku juga meminta maaf atas kesalah fahaman tadi. Jangan dimasukkan ke dalam hati!" Kata Monang sambil menepuk pundak Tigor.
"Alah santai saja lah. Yang penting tidak sampai baku hantam." Kata Tigor sambil tersenyum.
"Aku pamit dulu. Jika kalian punya waktu, datanglah ke Club malam Dunia gemerlap. Aku akan mentraktir kalian minum apa saja yang kalian mau. Oh ya. Kemarin aku baru kedatangan stok wanita cantik. Ada lima orang. Masih panas. Aku kasih kalian gratis." Kata Monang sambil tertawa.
"Aku tidak biasa seperti itu. Tapi aku akan datang untuk sekedar minum teh atau kopi." Kata Tigor.
"Baiklah. Aku tunggu kedatangan mu."
"Ayo kita pulang setan!" Kata Monang sambil menampar kepala Karman diikuti oleh anak buah mereka sekitar 20-an orang dari belakang.
"Satu masalah selesai. Tak tau entah masalah apa lagi nanti yang bakal timbul." Kata Ucok sambil melangkah menuju jembatan markas mereka.
"Aku ingin mendengar sekali saja kau tidak mengeluh Cok. Kenyang telinga ku mendengar keluhan itu." Kata Jabat menegur.
Ucok hanya tertawa saja sambil terus melangkah. "Betapa indahnya dunia ini jika aku memiliki banyak uang." Kata Ucok sambil berjalan berjingkat-jingkat.
"Lihatlah ulah nya itu! Seperti anak kecil." Kata Thomas membuat semua orang yang ada di situ tertawa.
"Sekarang yang perlu kita waspadai adalah Ronggur." Kata Tigor.
"Ada apa dengan Ronggur?" Tanya Thomas dengan heran.
"Masalah Sugeng tadi yang menunggingkan pantatnya di depan Ronggur di kafe tadi. Jika dia sakit hati, bisa bahaya juga kita." Kata Tigor.
"Sedikitpun aku tidak takut bang. Dari dulu pun aku sudah di tempa dengan kekerasan. Kita semua ini bisa dikatakan memiliki nyawa lebih. Bisa bertahan sampai di titik ini adalah satu keajaiban dari Tuhan. Apalah Ronggur itu? Berantem tiga hari tiga malam tanpa rehat pun aku sanggup kalau hanya dia saja." Kata Sugeng.
"Benar juga kata kau itu Geng. Kekerasan hidup menempah kita menjadi sekuat baja. Kecuali Ucok." Kata Thomas sambil terkikik ketawa.
"Ah kenapa aku lagi? Rupanya menurut kalian aku ini manja? Kita berlima sama-sama jatuh bangun bersama. Jatuh lagi bangun lagi. Jatuh lagi, bangun lagi." Kata Ucok.
"Kalau begitu lah sepanjang hari kelakuanmu, jatuh bangun jatuh bangun, kapan kerjanya? Kapan bisa mengisi perut? Kau saja yang sering jatuh bangun." Kata Jabat mengejek Ucok.
"Bang. bagaimana menurutmu selanjutnya?" Tanya Thomas.
"Ikut arus saja. Kita kan tidak pernah mencari gara-gara kepada orang lain. Jika ada yang menjual, ya beli." Kata Tigor cuek.
"Bagaimana dengan Wulan. Cantik kali dia bang." Tahya Thomas lagi.
"Wulan lah pulak yang jadi beban fikiran mu. Aku sedikitpun tidak tertarik dengan Wulan itu. Sepuluh kayak Wulan pun bisa aku dapatkan." Kata Tigor menyombongkan diri.
"Iyalah sepuluh. Saking sepuluh nya, satupun kau tak dapat." Kata Jabat mencibir.
"Aku bukan tak mendekati wanita. Ongkosnya terlalu berat. Saat ini yang aku fikirkan hanya Rio. Bagaimana sewa kamar nya, bagaimana biaya makan nya, biaya sekolah nya, beli peralatan sekolah nya, itu yang aku fikirkan. Jangan lah sampai dia seperti kita. Kasihan sekali lah kalau dia ikut-ikutan menjadi pengamen seperti kita. Kadang harus berkelahi. Rebutan tempat parkir saja pun hampir tiga kali sehari kita berkelahi. Berkelahi kok kayak minum obat saja." Kata Tigor.
"Benar Bang. Rio ini lain. Otak nya terlalu pandai. Sayang sekali kalau dia sampai masuk kedalam lingkaran kita." Kata Thomas pula.
"Itu lah sebabnya aku tidak mau mendekati wanita. Bukan maksud ku mengatakan kalau wanita itu mata duitan. Tapi yang namanya jalan kan butuh uang. Apa mungkin ketika kita jalan dengan cewe, gak ada jajan, gak ada minum. Lelaki apaan itu. walaupun pasangan kita tidak minta, tapi kan sebagai lelaki malu lah. Ya kan? Makanya aku tahan-tahan dulu pacaran. Bukan karena aku tidak normal. Tapi dana buat pacaran lebih baik aku alokasikan ke pendidikan Rio. Biar abangnya melarat asal dia nanti bisa sukses, itu adalah satu kepuasan yang tiada tara bagiku." Kata Tigor panjang lebar.
"Pantas kau tak pernah mau melirik cewe walaupun banyak cewe yang melirik mu bang." Kata Ucok.
"Heleh. Bikin nambah beban saja." Kata Tigor sambil menggantungkan gitar nya dan mulai duduk bersandar di kursi yang terbuat dari kayu.
"Ayo kalian istirahat dulu. Nanti sore kita berangkat lagi mencari rejeki." Kata Tigor sambil berusaha memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Fitria
teryata tidak menakutkan ceritanya , ttp ada ngakak nya
2023-04-12
2
Boru Panjaitan
Bg Tigor eehhh bg auhtor nya mantap kali bah 😘😘😘
2022-06-12
3
Anang Febrianto
semua kakak memiliki pemikiran seperti itu jika dididik menjadi orang yang bertanggung jawab entah cewe ato cowo
2022-06-04
3