"Tigor...! Pergi kau mengaji nak. Bawa adik mu sekalian."
Terdengar suara teriakan seorang wanita menyuruh anaknya untuk mengaji di rumah seorang guru yang beberapa rumah dari rumah mereka.
"Iya mak." Jawab seorang anak turun dari lantai atas sambil menyandang kain sarung dan peci di kepalanya.
"Bawa si Rio adik mu. Ajarkan dia mengaji." Perintah wanita itu sekali lagi.
Mendengar perintah itu, Tigor pun langsung menarik tangan adiknya lalu menyalami Ibu dan Ayahnya kemudian berjalan beriringan keluar dari rumah menuju ke rumah guru ngaji nya.
Baru saja Tigor dan adiknya Rio melewati beberapa rumah, terdengar suara kendaraan melaju dan berhenti secara mendadak di depan rumahnya.
Kini dari dalam mobil, berkeluaran beberapa orang lelaki berbadan tegap mengenakan topeng ala ******* dan langsung menyerbu kedalam rumah tersebut.
Tidak lama kemudian, Tigor dan Rio mendengar beberapa das suara tembakan dari dalam rumahnya membuat Tigor segera berlari menuju ke rumahnya. Namun sebelum dia tiba, dia melihat bayangan orang keluar dari dalam rumahnya itu dengan tergesa-gesa.
Karena ketakutan, Tigor akhirnya bersembunyi di balik pohon bunga sambil menekap mulut adiknya agar tidak mengeluarkan suara. Dia hanya melihat semua lelaki berbadan besar itu memiliki tatto berlambang tengkorak di dada mereka karena beberapa kancing baju mereka ada yang tidak terkancing sampai ke atas.
Begitu para penyerang itu pergi meninggalkan rumah itu, Tigor pun langsung berlari memasuki rumah sambil menyeret adiknya.
Tampak kini darah segar berceceran dari luka bekas tembakan senjata api tepat dikening ibunya dan beberapa lagi mengenai tubuh ayahnya.
"Ayah...!" Pekik Tigor dan langsung mendekap tubuh ayahnya yang sudah sekarat itu.
"Lari Tigor! Bawa adik mu lari! Jangan tunggu lagi. Kalau mereka mengetahui kau adalah anakku, kau pun akan di bunuh oleh mereka. Cepat lari sejauh mungkin agar kau tidak menjadi sasaran." Kata pak Bonar dengan suara terbata-bata.
"Siapa yang melakukan semua ini Ayah?" Tanya Tigor.
"Ge... Ge... Geng kengkorak."
Begitu kata-kata itu selesai diucap, pak Bonar pun langsung kerkulai menghembuskan nafas terakhirnya.
"Ayo Rio!" Kata Tigor tanpa menunggu lagi dan langsung menyeret tangan adiknya untuk segera melarikan diri.
"Geng Tengkorak..." Gumam Tigor dalam hati.
*
Tigor terus saja berlari sambil menarik tangan Rio yang tidak henti-hentinya menangis. Sesekali anak kecil berumur 5 tahun itu meronta dan ingin kembali ke rumah mereka. Namun Tigor tetap memaksa agar Rio tidak kembali kalau masih ingin selamat.
"Dengar Rio. Ayah dan ibu kita telah mati dibunuh oleh penjahat. Tidak ada tempat lagi bagi kita di sini. Kita harus menyembunyikan identitas kita agar selamat dari incaran mereka. Berdoa saja semoga kelak jika kita sudah besar, kita pasti akan membalas sendam." Kata Tigor kepada adiknya. Namun yang namanya anak kecil mana bisa membedakan bahaya atau tidak. Rio tetap saja menangis.
"Ayo Rio! Kita harus menuju ke rumah paman. Mungkin di sana kita bisa menumpang." Kata Tigor.
Setelah lebih satu jam berjalan kaki, Tigor dan adiknya pun tiba di gang dekat rumah paman nya. Namun yang membuat anak itu terkejut adalah, ternyata rumah paman nya itu telah ramai di kunjungi orang.
"Kau tunggu di sini Rio!" Kata Tigor lalu menyusup diantara orang-orang ramai itu dan meninjau kedalam.
Alangkah terkejutnya Tigor begitu melihat seorang lelaki muda dan wanita muda bersama seorang anak berumur sekitar 3 tahun tewas bermandi darah dengan posisi tersandar di sofa.
Musnah sudah harapan Tigor untuk berlindung kepada pamannya.
"Maafkan aku paman. Aku tidak bisa mengurus jenazah mu. Jika mereka tau siapa aku, maka aku akan dibunuh oleh mereka. Siapa lagi yang akan membalas semua ini jika aku juga ikut mati." Kata Tigor dalam hati. Lalu diam-diam anak lelaki berusia 15 tahun itu beringsut mundur dan langsung menarik tangan adiknya untuk segera kabur sejauh mungkin dari tempat itu.
"Bang. Aku penat." Kata Rio mengeluh.
"Tahanlah Rio. Kita harus segera lari. Jika tidak, kita pasti akan mati." Kata Tigor.
"Mau kemana kita bang?" Tanya anak kecil itu.
"Entahlah. Pokonya lari saja dulu." Kata Tigor sambil terus berjalan diantara gang-gang gelap.
**
Saat itu di Villa milik Birong, mereka sedang merayakan keberhasilan mereka membunuh Kapten Bonar yang selama ini menjadi duri dalam daging bagi mereka.
"Hahahaha... Paten kali kau Bedul. Memang mantap kali bah. Tak sangka ternyata semudah itu kau membunuh bonar sialan sok suci itu." Kata Birong.
"Itulah gunanya kita diam Boss Ketua. Karena kalau kita berkoar-koar, si Bonar pasti waspada. Kalau dia waspada, jangan harap lah bisa membunuh nya. Yang penting kan gerak cepat. Rencanakan, intai, begitu ada kesempatan, langsung bantai dia sampai jadi bangkai tergeletak di lantai yang tak bernilai. Hahaha..."
"Mantap lah. Aku harus menghubungi Acun. Dia berjanji kepada ku akan memberi 1 milyar jika Bonar berhasil kita bunuh. KalauM. macam-macam dia ingkar janji, jangankan singapore, ke kutub utara pun aku kejar dia." Kata Birong.
"Mana mungkin dia ingkar janji bang. Acun ini mantap jiwa. Tak mungkin lah dia lari hanya karena uang yang cuma 1 milyar itu." Kata Togar.
"Lihat saja bagaimana reaksi dia. Kau diam lah dulu! Aku mau menelepon Acun ini." Kata Birong sambil mencari nomor ponsel Acun di daftar kontak nya.
"Hallo Birong...?!"
"Woy Cun. Sudah kau tonton berita apa belum?"
"Sudah. Apakah itu pekerjaan mu Birong?" Tanya Acun.
"Iya lah. pekerjaan siapa lagi rupanya kalau bukan tulang kau ini." Kata Birong bangga.
"Apa? Kau membunuhnya pakai tulang?" Tanya Acun heran.
"Bah... Bagudung tano. Pakai pistol lah. Maksud ku dalam bahasa batak, tulang itu artinya Paman. Paman kau ini lah yang melakukannya. Siapa lagi?" Kata Birong menjelaskan.
(Dalam bahasa batak, bagudung itu artinya tikus. Sedangkan bodat itu artinya monyet).
"Sejak kapan aku memanggil mu dengan sebutan paman? Tapi Yasudah lah. Sesuai janji. Aku akan mentransfer uang yang telah aku janjikan padamu." Kata Acun.
"Canteeek. Sangat cantek sekali Cun. Ok. Kau transfer lah. lumayan satu milyar buat beli empek-empek palembang." Kata Birong tertawa terbahak-bahak.
"Bang. Kau mau beli empek-empek palembang pakai duit 1 milyar. Mati kita terkubur empek-empek bang." Kata Togar menyelah.
"Muncung kau itu diam Togar. Jangan sampai aku ikat nanti. Orang mau berpribahasa pun sibuk kali kau." Kata Birong.
"Pribahasa dari mana beli empek-empek 1 milyar." Kata Togar sambil memandang ketiga temannya lalu tertawa membuat Birong sangat geram.
"Ok lah Birong. Aku akan mentransfer uang yang aku janjikan. Awas pecah perut kau itu makan empek-empek." Kata Acun sambil mengakhiri panggilan.
Sementara itu Birong hanya menepuk jidatnya menyadari betapa goblok nya dia barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
On fire
💜💕💙💙💚
2024-12-18
0
On fire
🤍🤍💙🤍🤍
2024-12-18
0
Ria Mamta Praja
ya allah sampe ikut2an logatnya kalau baca
2023-04-16
2