Hari itu, seperti hari-hari biasa Tigor dan ke-empat sahabatnya setelah selesai ngamen akan makan siang di warung pinggir jalan yang memang selalu di kunjungi oleh para gelandangan seperti mereka.
Mereka merasa bersyukur walaupun makan seadanya dengan kerupuk dan sambal pecal pun sudah terasa sangat nikmat.
Namun, kenikmatan makan siang itu terganggu karena tiba-tiba mereka mendengar teriakan seorang gadis di pinggir jalan membuat semua mata tertuju kearah suara jeritan tersebut.
"Jambreeet... Tolong..!" Kata gadis itu berteriak.
Tigor dan ke empat sahabat nya langsung bergegas menghampiri gadis yang berteriak tersebut dengan niat ingin memberi bantuan.
"Ada apa Nona?" Tanya Ucok yang terlebih dahulu tiba di samping gadis tersebut.
"Tolong jambret. Lelaki yang lari itu telah merampas tas saya." Kata wanita itu mengadu.
Tak lama setelah itu, Tigor dan yang lainnya pun sampai dan langsung berbagi tugas untuk mengejar jambret yang melarikan diri bersama tas tangan milik wanita yang berteriak minta tolong tadi.
"Cok kau kejar dari arah sana. Sugeng dan Jabat dari arah belakang. Aku Dan Thomas dari tengah. Kepung orang itu dari tiga penjuru!" Kata Tigor lalu tanpa menunggu jawaban langsung saja berlari mengejar diikuti oleh Thomas.
Setelah mereka berlima mengambil posisi masing-masing, akhirnya si jambret pun terkepung di antara gang rumah warga tanpa bisa melarikan diri lagi.
Melihat siapa yang telah mengejarnya, si jambret pun akhirnya membuka suara dengan nafas terengah-engah. "Ternyata kau Tigor." Kata Jambret tadi.
"Huh sialan. Aku kira siapa. Ternyata kau Karman." balas Tigor.
"Mengapa kau berbuat kotor di tempat ku Karman?" Tanya Tigor sambil berjalan mendekat.
"Puiiih... Tempat kata mu? Sejak kapan kau memiliki tempat kekuasaan? Aku bebas melakukan apa saja di tempat ini. Jangan sok jadi Pahlawan kau Tigor!" Kata Karman memperingatkan.
"Ah...! Banyak kali cerita mu bah!. Kau mau serahkan tas tangan milik orang itu atau tidak?'' Kata Sugeng memaksa.
"Kalau tidak bagaimana? Kau mau apa?" Tantang Karman.
"Ok lah. Aku akan memaksa." Kata Sugeng lalu mulai menyerang Karman.
Perkelahian antara Sugeng dan Karman pun akhirnya terjadi juga di lorong gang rumah warga itu.
Pukul memukul antara mereka pun terjadi dengan Sugeng lebih mendominasi.
Tepat ketika Karman mulai terdesak dan mulai terkena pukulan bertubi-tubi, kini tanpa malu-malu lagi Karman segera mencabut sebilah belati dari pinggang nya dan mulai menyerang Sugeng.
"Awas Geng. Karman main curang pakai senjata." Kata Tigor memperingatkan.
Pertarungan itu mulai tampak tak seimbang dimana Sugeng kini jatuh bangun menghindari sabetan pisau yang berada di tangan Karman.
Ketika Sugeng terjatuh menghindari tusukan dari Karman, tidak ada kesempatan lagi untuk menghindar dari tikaman itu. Sedikit lagi ujung pisau milik Karman akan menyentuh perut Sugeng, tiba-tiba..,
Buggh......!
"Arrgh.....?!"
"Sialan. Banci kaleng sialan. Kalian main keroyok rupanya. Dasar banci." Kata Karman berteriak marah karena gagal melukai tubuh Sugeng.
Tigor yang sejak tadi memperhatikan jalannya pertarungan tidak bisa tinggal diam menyaksikan sedikit lagi ujung pisau Karman menusuk perut Sugeng. Dengan kecepatan tinggi, Tigor langsung menendang pinggang Karman sehingga membuat lelaki jambret itu terhuyung ke samping dan jatuh bergedebug membuat tikamannya meleset jauh.
"Banci kata mu? Berkelahi satu lawan satu pun kau sampai mengeluarkan senjata. Siapa sebenarnya yang banci?" Tanya Tigor.
"Begu ganjang kau Tigor. Ku hajar kau!" Kata Karman sambil bangun lalu menubruk ke arah Tigor dengan pisau masih tergenggam di tangannya.
Tigor yang mendapat serangan itu hanya berkelit sedikit ke samping lalu melintangkan kaki nya menjegal kaki Karman yang sedang berlari membuat lelaki jambret itu langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh menelungkup di tanah.
"Sini tas itu. Dasar jambret sialan." Kata Ucok sambil merampas pisau milik Karman dan menarik tas tangan yang dia jambret tadi dengan paksa.
"Tigor. Kau sudah ikut campur dengan urusan ku. Mencari silang sengketa dengan anak buah Monang adalah kesalahan besar bagimu. Kau tunggu. Sebentar lagi tidak akan ada tempat bagimu di Tasik putri ini." Kata Karman lalu bergegas bangkit dan melarikan diri.
"Ayo Cok. Kau serahkan tas itu kepada pemiliknya!" Kata Tigor.
"Kau saja lah bang. Aku malu." Kata Ucok.
"Sugeng saja!" Kata Jabat.
"Apa lagi aku. Aku sudah punya pacar. Kalau dia nanti menganggap aku Hero dan naksir padaku, bahaya itu." Kata Sugeng menolak.
"Sama. Aku juga tidak mau menanam budi kepada wanita lain." Kata Thomas pula.
"Hehehe... Kau saja Jabat!" Kata Tigor sambil menyeringai.
"Oooh.... Tidak. Aku tidak mau. Nanti wajahku yang pas-pasan ini di cakar sama Melly. Modar aku." Kata Jabat sambil melambaikan tangannya.
"Huft... Parah kalian semua." Kata Tigor lalu memutar badan menuju ke arah depan kafe tempat wanita itu menunggu.
"Hahaha... Ini kesempatan buat mu bang. Kau kan terkenal jomblo. Percuma punya wajah tampan bagai aktor korea tapi masih saja jomblo. Kasihan tuh tampang jadi mubazir." Kata Ucok sambil tertawa diikuti oleh yang lainnya.
Memang di antara mereka berlima, Tigor ini adalah yang paling tampan. Tidak terlihat seperti gelandangan.
Jika tidak melihat sendiri, orang tidak akan percaya bahwa dia bukan mahasiswa di salah satu universitas. Baik wajah, penampilan, gayanya, tutur bahasanya yang tidak pernah bicara kasar, dan kesopanan yang dia miliki benar-benar mencerminkan seorang pemuda yang terpelajar. Padahal untuk pendidikan, sekolah menengah pertama pun dia tidak sempat tamat.
"Nona.., ini tas mu. Coba anda periksa apakah ada barang-barang mu yang hilang!" Kata Tigor begitu dia sampai di tempat gadis tadi berdiri.
"Oh... Terimakasih bang." Kata gadis itu sambil membuka tas nya untuk memeriksa barang-barang miliknya yang berada dalam tas tersebut.
"Semuanya utuh bang. Terimakasih karena sudah menolong saya." Kata gadis itu sambil mengulurkan beberapa lembar uang seratusan Ribu Rupiah.
"Syukurlah jika barang-barang mu masih utuh. Eh apa ini?" Tanya Tigor tidak mengerti.
"Ini sedikit dari saya sebagai rasa terimakasih untuk abang." Kata gadis itu sambil terus mengulurkan uang kepada Tigor.
"Jangan begitu Nona! Kami melakukannya karena memang sudah seharusnya kita saling tolong menolong." Kata Tigor sambil memutar badan dan ingin pergi meninggalkan gadis itu.
"Bang. apakah saya boleh berkenalan dengan abang?" Tanya gadis itu setengah berteriak karna Tigor sudah jauh meninggalkannya.
"Lihat itu bang Tigor! Betapa kaku nya dia menghadapi seorang wanita." Kata Jabat berbisik kepada ketiga teman nya.
"Iya. Pantas saja dia jomblo sampai 24 karat." Kata Sugeng.
"Aku kalau memiliki wajah rupawan seperti bang Tigor ini, jangankan semuanya, setengahnya saja lah. Uh... Banyak yang akan patah hati karena ulah ku." Kata Ucok sambil terkekeh.
"Awas kalau dia dengar. Nanti dia marah sama kita." Kata Thomas pula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Boru Panjaitan
Lebih tampan author ato Tigor ya 😘😘😘
2022-06-12
1
Supry Atun
👍👍👍👍
2022-05-01
2
ZannyA Purty
lnjutttt
2022-04-21
1