Saat ini, Tigor baru saja mengantar adiknya untuk kembali ke rumah milik salah seorang warga yang menyewakan kamar di rumah mereka untuk Rio.
Selesai mengantarkan Rio, Tigor langsung berangkat ke kota Batu untuk menziarahi makam kedua orang tua nya.
Mobil angkot yang membawa Tigor berhenti di terminal kota batu. Setelah turun dari angkot tersebut, Tigor langsung mencari ojek karna cukup jauh berjalan kaki dari terminal tersebut menuju ke tempat pemakaman umum.
Sambil tertunduk menyembunyikan wajah nya, Tigor langsung berangkat menuju tempat pemakaman bersama ojek yang akan mengantarkannya.
Tepat sekitar pukul 5 sore, Tigor akhirnya sampai juga di area pemakaman. Setelah membayar ongkos, tanpa basa-basi lagi Tigor langsung saja berjalan memasuki kawasan tanah perkuburan tersebut dan berhenti tepat di dua buah gundukan tanah. Ini lah kuburan orang tua Tigor yang mati dibunuh sekitar 7 tahun yang lalu.
Setelah mengucapkan salam, Tigor pun akhirnya duduk bersimpuh lalu melantunkan doa kepada yang Maha Kuasa agar kedua orang tuanya di cucuri Rahmat oleh Tuhan yang maha esa dan diberikan tempat terindah di sisi-Nya.
Terlintas kembali di pelupuk mata Tigor bagaimana kedua orang tua nya di bantai dengan sadis oleh kelompok yang mengatasnamakan kelompok mereka dengan nama Geng tengkorak.
Selesai memanjatkan doa, Tigor lalu berjongkok untuk membersihkan rumput-rumput liar yang tampak sudah setinggi satu jengkal. Dia terus saja begitu sampai adzan maghrib berkumandang dari Masjid terdekat.
"Ibu.., Ayah..! Aku pamit sholat dulu. Nanti aku akan datang lagi." Kata Tigor bergegas melangkah meninggalkan area perkuburan itu.
*
Sementara itu di kota Tasik putri, tepatnya di salah satu komplek komunitas kalangan orang-orang elit di Tasik Putri, Tampak seorang lelaki berusia sekitar 45 tahun sedang mematut-matut pakaiannya di depan cermin kaca sambil di temani oleh istrinya.
"Sudah lah bang. Nanti pecah pulak kaca itu karna tidak tahan melihat ketampanan abang." Kata sang istri sambil menggoda lelaki setengah baya itu.
"Kau terlalu pandai memuji suami mu ini. Tapi memang benar juga katamu. Dulu waktu masih kuliah, siapa yang tidak kenal dengan Martin? Dengan ketampanan yang hakiki begitu melihatnya langsung terpesona" Kata lelaki setengah baya yang menyebut dirinya bernama Martin ini sambil mendabik dada.
"Iya lah iya. Aku juga dulu adalah wanita tetcantik di sekolahku. Jika tidak cantik, mana mungkin kau dulu rela berdiri di tengah curah hujan lebat untuk membuktikan cintamu kepadaku." Kata sang istri yang tidak mau kalah.
"Ya. Aku akui itu. Sampai sekarang pun kau masih sangat cantik. Oh ya. Ada satu lagi." Kata Martin memotong ucapan nya.
"Apa itu sayang?" Tanya sang istri.
"Sampai sekarang pun aku tetap mencintaimu sepenuh hati." Jawab Martin sambil menarik tangan istrinya lalu mereka pun berpelukan.
"Terimakasih karena melengkapi kekurangan ku. Terimakasih juga karna telah memberiku anak. Terimakasih untuk semuanya ya sayang." Bisik Martin sangat dekat ke telinga istrinya.
"Sudah! Nanti di lihat anak kita kan bisa malu." Kata sang istri sambil mendorong tubuh Martin dengan wajah merona merah.
"Apakah abang jadi berangkat malam ini ke kota Kemuning?" Tanya wanita itu.
"Jadi. Abang akan mengurus beberapa tempat bisnis hiburan kita di sana. Makanya berangkat sekarang supaya abang punya waktu untuk istirahat dan besok paginya bisa fit untuk menjalankan aktifitas." Jawab Martin.
"Mengapa Marven tidak di ajak sekalian? Kan bisa menemanimu di perjalanan." Kata wanita itu mengusulkan.
"Kalau Marven ikut, lalu siapa yang akan menjalankan bisnis di sini. Venia? Biarlah dia di sini saja. Dia harus belajar bagaimana mengurus bisnis sendirian. Ini akan sangat berdampak untuk membangun mental nya sebagai satu-satunya pewaris seluruh aset yang kita miliki." Jawab Martin.
"Baiklah. Lalu dengan siapa nanti abang berangkat ke kota Kemuning?"
"Aku akan membawa delapan orang pengawal. Cukup lah. Kepergianku kali ini bukan untuk melakukan apa-apa. Hanya ingin meninjau beberapa proyek tempat hiburan di sana. Setelah itu, pulang." Kat Martin.
"Baiklah bang. hati-hati di jalan." Kata Venia berpesan.
"Terimakasih sayang." Kata Martin lalu segera melangkah meninggalkan kamar pribadinya menuju ke luar rumah di mana beberapa orang pengawal telah menunggu sambil berdiri di samping mobil mewah BMW hitam milik majikannya.
Setelah melihat majikan mereka keluar dari dalam rumah, mereka lalu bersiap menyambut sambil membukakan pintu mobil tersebut.
"Apakah kalian sudah siap?" Tanya Martin.
"Siap Boss!" Kata mereka.
"Ok. Ayo kita berangkat!" Kata Martin. Lalu tak lama kemudian rombongan Martin pun berangkat meninggalkan komplek elit kota Tasik putri menuju kota Kemuning melalui kota Batu.
Tepat sekitar pukul 9 malam, akhirnya rombongan yang mengiringi martin sampai juga ke perbatasan Kota Batu dan terus saja bergerak mengikuti jalan lintas. Dalam perhitungan Martin, kemungkinan besar mereka akan tiba di kota Kemuning nanti tepat pukul 12 malam ini.
Namun baru saja mereka melewati area perkuburan, tiba-tiba mobil rombongan Martin ini di salib oleh beberapa mobil dari belakang dengan jumlah kira-kira sepuluh unit membuat rombongan Martin yang mengendarai tiga unit mobil tersebut terkepung.
Mobil pengepung tersebut terus saja merengsek memaksa mobil yang ditumpangi oleh Martin terus turun ke tanah dan tidak lagi berpijak di aspal.
"Celaka Boss. Kita sudah di cegat!" Kata pak sopir memberitahu.
"Kau tenang dulu. Berhenti saja. Aku menduga ini adalah anak buah Birong. Mereka dari dulu memang menganggap kita seperti musuh. Selalu saja mencari gara-gara dengan kita." Kata Martin.
"Hey. Buka pintu mobil ini. Jika tidak, kami akan menghancurkan mobil ini. Dan jangan menyesal karna kami tidak menanggung biaya perbaikannya nanti." Kata lelaki bertubuh gegap tinggi itu.
Belum hilang teriakan lelaki itu, kini pintu dari ke tiga mobil rombongan Martin pun terbuka dan dari dalam keluarlah sepuluh orang yaitu delapan anggota pengawal di tambah sopir dan Martin sendiri.
"Ada apa kalian mencegat perjalanan ku?" Tanya Martin.
"Martin. Aku mendapat kabar bahwa kau akan melakukan transaksi dengan kelompok mafia kota Kemuning. Apa benar itu?" Tanya lelaki bernabadan besar itu.
"Aku tidak melakukan transaksi apa pun dan tidak memiliki janji transaksi dengan siapa pun." Jawab Martin.
"Dusta..! Jujur saja kau Martin!'' Kata lelaki itu.
"Untuk apa aku berbohong. Saat ini aku buru-buru untuk melakukan perjalanan ke kota Kemuning. Kau jangan menghalangi jalanku. Kalaupun aku ingin melakukan transaksi, apa masalahnya untuk mu? Apakah kau polisi bagian kriminal dan anti narkoba?" Tanya Martin.
"Bah. Bagudung kau Martin. Kabar yang aku dengar adalah, bahwa kau akan melakukan transaksi di kota Batu ini. Kau tau apa akibatnya mengotori tempat orang lain? Kau punya daerah kekuasaan, mengapa kau buang kotoranmu di daerah milik orang lain? Kau jangan memaksa kelompok geng tengkorak untuk melanggar perbatasan. Selama ini kami masih menaruh hormat kepada mu." Bentak lelaki itu.
"Menaruh hormat kata kau? Hormat apa? Bukankan kau sudah melanggar perbatasan. Kau menarik uang keamanan dari restoran, kafe dan pusat hiburan di kota Tasik putri. Itu yang kau katakan tidak melanggar perbatasan? Kau dan Boss mu si Birong itu udahlah hitam kulit, hitam pula hati." Kata Martin mengejek.
"Kurang asam. Serang bagudung ini! Teriak lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Rachman
Bagudung itu artinya monyet tampan😆😆😅
2023-05-07
2
MHD AZFI SYUHADA
apa marga kau Thor?
2022-09-19
1
Boru Panjaitan
Semoga Martin bukan orang jahat
2022-08-15
1