Hari demi hari terlewati. Bulan demi bulan berlalu dan tahun demi tahun berhenti. Kini Tigor telah menjadi lelaki dewasa yang kekar, tegar, sedikit sangar. Namun ketampanan yang dimiliki oleh Tigor ini mampu menutupi sikap garang dan bengis yang dia miliki.
Layaknya seperti lelaki yang tidak punya dosa, Tigor memilki sikap yang tenang, wajah yang jernih, mata yang bening, memiliki rambut lurus dan perawakan idaman banyak wanita.
Hari ini tepat usia Tigor menginjak 22 tahun.
Banyak sahabat-sahabatnya yang berdatangan dari berbagai kawasan memberikan ucapan Selamat kepadanya.
Tidak heran mengapa Tigor memiliki banyak sahabat. Ini karena, selain memiliki wajah yang rupawan, dia juga sangat cepat akrab dengan orang lain. Tapi jangan buat dia marah. Ketika dia sudah marah, hilang sudah sisi baik dari dirinya.
Bagi mereka yang mengetahui latar belakang dan kerasnya kehidupan yang dia lalui selama kurang lebih tujuh tahun ini, maka orang akan dapat memaklumi mengapa Tigor ini begitu keras dan ganas ketika sudah marah.
Kerasnya kehidupan di kota Metropolitan secara tidak langsung telah membentuk karakter dan kepribadian Tigor.
Dia mudah bergaul dengan siapa saja. Tapi tidak mudah percaya kepada orang yang baru dia kenal. Karena selama ini, orang yang dia percaya hanya Rio adiknya, Serta ke empat sahabat nya yaitu Sugeng, Thomas. Ucok dan Bejo alias Jabat.
Seperti biasa, setiap tahun ketika dia merayakan hari ulang tahun nya, dia akan kembali secara diam-diam pada sore hari untuk mengunjungi tempat pemakaman umum di kota batu untuk menziarahi makam ibu dan ayahnya yang beberapa tahun yang lalu dia ketahui dari salah seorang tetangga mereka dulu secara diam-diam.
Biasanya Dia akan mengunjungi tempat pamakaman umum itu di sore dan terus berada di sana sampai malam. Setelah merasa aman, barulah dia keluar dan meninggalkan area pemakaman itu secara sembunyi-sembunyi pula karena khawatir kelompok gang tengkorak akan mencium keberadaannya.
Tahun ini juga tidak terkecuali. Tigor berniat untuk menziarahi makam kedua orang tuanya. Namun karna menghormati teman-temannya yang sudah bersusah payah datang jauh-jauh, maka dia menunda dulu untuk menziarahi mereka.
"Hey Tigor, melamun saja. Apa yang sedang kau fikirkan? Ayo lah bergembira. Ini kan hari ulang tahun mu." Kata Thomas sambil menghampiri Tigor.
"Hi Tigor. Selamat ulang tahun ya!" Terdengar suara sorang wanita mengucapkan Selamat kepadanya.
"Terimakasih Melly." Kata Tigor.
"Apa yang kau renungkan Tigor? Apakah Rio tidak pulang hari ini?" Tanya Ucok.
"Entahlah. Katanya pulang." Jawab Tigor singkat.
"Ya sudah tunggu saja. Oh ya.., kemana rencanamu nanti?' Tanya Ucok.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku akan kembali ke kota batu untuk menziarahi makam orang tua ku. Hanya itu yang bisa aku lakukan setiap tahunnya." Jawab Tigor
Mereka masih terus saja mengobrol di bawah jembatan itu sampai pada akhirnya seorang anak lelaki berusia sekitar 12 tahun berjalan sambil tersenyum menghampiri Tigor dan kawan-kawannya.
"Selamat ulang tahun bang." Kata anak lelaki itu sambil menghambur kedalam pelukan Tigor.
"Hmmm.., akhirnya datang juga kau Rio. Bagaimana dengan sekolah mu?" Tanya Tigor.
"Lancar bang. Yah walaupun sering di bully, tapi aku sudah terbiasa dan tidak memikirkan nya lagi." Jawab Rio.
Sejak Rio memasuki kelas menengah pertama, Tigor sengaja menyewa sebuah kamar untuk Rio bertempat tinggal karena lokasi sekolah Rio yang terlalu jauh dari tempat tinggal mereka di bawah jembatan itu.
"Tidak apa-apa lah di bully. Biarkan saja. Asal jangan sampai main fisik. Jika sudah mengarah ke fisik, abang tidak akan diam lagi." Kata Tigor.
"Calon polisi ini bang. Mana mungkin aku diam saja kalau sudah keterlaluan sekali." Jawab Rio sambil menepuk dadanya.
"Ya sudah. Pergi kau temui abang-abang mu yang lain sana! Nanti sore abang akan menziarahi makam orang tua kita. Kali ini kau jangan ikut. Lain kali saja. Besok kau mau sekolah dan abang pun udah terlambat perginya. Mungkin akan pulang larut malam." Kata Tigor beralasan.
"Iya bang. Nanti kalau libur sekolah saja." Kata Rio.
"Hmmm..." Jawab Tigor.
*********
Sementara itu di kota batu, tepatnya di Villa Birong, saat ini sedang berlangsung pertemuan antara Birong sebagai ketua, di dampingi oleh Togar adiknya, Prengki, Bongsor dan Bedul.
Dalam pertemuan kali ini, Mereka sedang membahas tentang geng kucing hitam yang akan melakukan transaksi dengan orang-orang dari kota kemuning.
"Bang. Aku mendengar informasi dari anak buah ku si Dagol bahwa Martin ketua geng kucing hitam akan melakukan transaksi di kota Batu ini." Kata Togar melaporkan informasi yang dia dapat dari anak buahnya bernama Dagol kepada Birong.
"Apa kata mu Togar? Si kucing cungkring bin Cakkring itu akan melakukan transaksi di daerah kekuasaan kita ini?" Tanya Birong dengan mata melotot.
"Iya bang. Setidaknya begitu lah yang aku dengar dari Dagol." Jawab Togar.
"Ketua. Si sekring.., siapa tadi nama dia Ketua?" Tanya Bedul.
"Kucing cungkring bin Cakkring!" Bentak Birong geram atas pertanyaan Bedul tadi.
"Nah itu ketua. Si Kucing cungkring bin Cakkring ini sengaja mau membuat busuk di daerah kekuasaan kita. Mengapa dia tidak melakukan transaksi di Kota kemuning atau di Tasik putri saja? Martin ini benar-benar sekring. Ih sor kali aku bah." Kata Bedul sambil mengepalkan tangannya.
"Lalu apa rencana Ketua?" Tanya Bongsor.
"Kau bedul! Bawa beberapa anak buah mu dan cegat dia sebelum lewat kantor polisi. Apa pun ceritanya, jangan sampai transaksi itu terlaksana. Bila perlu, bunuh sekalian Kucing bungkring bin Cakkring itu." Kata Birong memberi perintah.
"Assssiaaaap.... Ketua." Kata Bedul dengan semangat.
"Siapa-siapa saja yang ingin kau bawa untuk melakukan pencegatan itu, boleh." Kata Birong.
"Bang. Untuk mengurus Martin ini, untuk apa Bedul sendiri yang turun tangan? Abang kan bisa memerintahkan si Dagol melakukannya. Untuk apa mengotori tangan kita. Terhormat kali lah dia kalau kita sendiri yang turun tangan." Kata Togar kurang setuju dengan rencana Birong abang nya itu.
"Benar kata Togar itu Ketua. Jaim dong jaim." Kata Prengki.
"Lantak kalian lah situ. Yang penting kalau gagal, ku sunat kalian dua kali. Aku tidak mau tau. Pokoknya transaksi mereka tidak boleh berlangsung di kota batu. Mau apapun dan bagaimana pun cara kalian, pokoknya si Martin ini harus di cegah." Kata Birong yang tidak mau ambil pusing.
"Dul. Biar si Dagol saja yang maju. Kau duduk santai saja bersama kita di sini." Kata Togar.
"Begitu pun jadi lah. biar makan gaji buta aku." Kata Bedul.
"Kau culek lah mata gaji kau tu biar picek. Gak sekalian mata kau juga biar ikutan buta?!" Kata Birong sambil bangkit dari kursinya dan melangkah meninggalkan ruangan itu di ikuti tatapan keempat anak buahnya sambil menutup mulut agar tawa mereka tidak lepas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Boru Panjaitan
👍👍👍👍
2022-08-15
1
Boru Panjaitan
Mantapp
2022-08-15
1
Boru Panjaitan
Geng 💀 mulai berulah
2022-08-15
1