"Pak Martin, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Tigor sambil menepuk-nepuk pipi seorang lelaki setengah baya yang setengah pingsan.
"Eh.., oh. Aduh betis ku sakit sekali." Kata Martin sambil berusaha untuk duduk.
"Di mana orang-orang yang mengejar ku tadi?" Tanya Martin kepada Tigor.
"Lupakan orang-orang itu! Sekrang apakah anda bisa bangkit dan berjalan? Kita harus meninggalkan tempat ini. Aku khawatir jika yang lain tiba, akan sangat sulit bagi kita untuk selamat." Kata Tigor berusaha menakut-nakuti lelaki setengah baya itu.
"Oh ya. Ya, aku bisa. Aku bisa berjalan. Kau jangan khawatir." Kata Martin buru-buru menjawab karena ketakutan mendengar perkataan Tidor barusan.
"Kalau anda bisa berjalan, bangkit lah dan ayo kita tinggalkan tempat ini." Kata Tigor sambil menarik tangan Martin dengan sekuat tenaga agar lelaki setengah baya itu bisa berdiri.
Dengan menggunakan lampu ponsel, akhirnya Tigor dan Martin berjalan melewati mayat-mayat dari orang-orang Geng tengkorak yang berjumlah kurang lebih 10 orang itu.
"Apakah kau yang membunuh mereka ini anak muda?" Tanya Martin ingin tau.
"Benar. Sampah seperti ini memang harus di singkirkan." Jawab Tigor dengan nada cuek.
"Siapa kau sebenarnya anak muda? Mengapa kau berada di tanah perkuburan ini? Apakah orang tua mu dimakamkan di tanah perkuburan umum kota Batu ini?" Tanya Martin ingin tau.
"Namaku adalah Tigor. Aku datang ke sini sore tadi untuk berziarah ke makam orang tua ku." Jawab Tigor.
"Maaf..! Kalau boleh tau, siapa nama orang tuamu?"
"Nama orang tuaku adalah Bonar dan ibuku bernama Melda yang terbunuh sekitar 7 tahun yang lalu."
"Ah.., apakah itu Kapten Bonar dan istrinya yang mati terbunuh secara mengenaskan itu?" Tanya Martin.
"Benar." Jawab Tigor singkat.
"Aku memang mendengar kabar tentang insiden itu. Sayang sampai sekarang polisi masih belum bisa mengungkap kasus pembunuhan itu." Kata Martin.
"Polisi memang tidak bisa menemukan siapa pelakunya. Tapi aku tau siapa yang melakukannya. Aku akan membalas kematian kedua orang tuaku." Kata Tigor.
"Kita lewat sini saja. Mengambil jalan memutar agar tidak bertemu dengan mereka." Kata Tigor sambil menyelinap di balik pohon-pohon bunga kamboja yang terdapat tumbuh subur di tanah perkuburan itu.
"Baik.., baiklah. Aku menurut saja." Kata Martin sambil terus membuntuti Tigor dari belakang.
***
Sementara itu di pinggir jalan, sekitar 20 orang tampak gelisah menunggu teman mereka yang mengejar Martin yang melarikan diri masuk ke area perkuburan.
Ini karena sudah lebih dari 1 jam mereka mengejar Martin. Andai tidak berhasil menangkap Martin pun, seharusnya mereka sudah memberi laporan bahwa Martin tidak berhasil di tangkap.
"Kalian..! Coba cek di mana mereka saat ini?! Lama sekali. Kerjaan seperti itu saja tidak becus mereka kerjakan." Terdengar suara bernada perintah dari seorang lelaki berbadan tegap.
"Ok Dagol. Kau tunggu kami di sini!" Kata salah seorang dari bawahan lelaki bernama Dagol itu lalu sekitar 10 orang di antara mereka mulai memasuki area tanah perkuburan mencari keberadaan teman mereka yang belum juga kembali.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka sudah kembali lagi membawa laporan yang sangat mengejutkan kepada Dagol.
"Celaka Dagol. Sepuluh orang, orang-orang kita yang pergi mengejar Martin tewas terbunuh di dekat makam Kapten Bonar."
"Apa..? Terbunuh?" Tanya Dagol seolah-olah tidak percaya.
"Benar Dagol. Mereka mati dengan cara mengenaskan. Sebagian ada yang mati dengan leher di babat. Sebagian lagi mati dengan tubuh luka-luka seperti bekas cakaran binatang buas." Kata orang-orang yang baru kembali dari tanah perkuburan itu.
"Dagol..! Apakah kau mau melihat langsung ke sana?"
"Tidak perlu. Ayo kita kembali saja. Kita laporkan semua ini kepada Bedul." Kata Dagol lalu bergegas masuk ke dalam mobil kemudian tancap gas menuju ke bukit batu, markas besar mereka.
***
"Mereka telah pergi, Tigor. Bagaimana dengan kita sekarang?" Tanya Martin.
"Pak Martin.., apakah anda ingin mengambil mobil anda di sana?" Tanya Tigor.
"Mobil itu tidak penting lagi karna sudah mengalami kerusakan di sana-sini." Jawab Martin.
"Anda harus mengambil mobil itu Pak! Bagaimana nanti jika pihak kepolisian menemukan itu. Anda bisa susah sendiri nanti!" Kata Tigor.
"Aku akan menyuruh anak buah ku untuk mengurus mobil itu. Sekarang bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke komplek Elit. Itu yang penting." Kata Martin.
"Baiklah. Ayo kita pergi meninggalkan area pemakaman ini!" Ajak Tigor.
"Kemana kita akan pergi? Apakah kita akan mencari taxi?" Tanya Martin.
Tigor berfikir sejenak lalu segera menjawab. "Mobil kan ada. Walaupun rusak parah, itu hanya body nya. Bukan mesin. Mengapa kita begitu bodoh." Kata Tigor lalu bergegas melangkah menuju ke mobil milik Martin yang sudah rusak di beberapa bagian. Dia lalu membuka pintu mobil itu dan mencoba menyalakan mesin.
"Ayo. Kita masih bisa menggunakan ini. Sisanya itu urusan mu. Aku tidak mau tau." Kata Tigor mengajak Martin untuk memasuki mobil.
Setelah Martin masuk ke dalam mobil, Tigor langsung tancap gas mencari jalan pintas karena khawatir orang-orang dari geng tengkorak masih berkeliaran di sekitar situ.
"Tigor. Aku sangat berterimakasih kepada mu karena telah menyelamatkan nyawa ku. Ini adalah kartu namaku. Kau bisa menghubungi ku kapan saja jika kau membutuhkan pekerjaan." Kata Martin begitu mereka tiba di kawasan jembatan kota Tasik putri.
"Tidak apa-apa Pak Martin. Aku hanya kebetulan saja menolong anda." Kata Tigor.
"Tigor..! Aku tau kau memiliki dendam kepada geng tengkorak. Sayup-sayup aku mendengar bahwa kau tadi mengatakan bahwa kedua orang tuamu di bantai oleh orang-orang nya Birong. Percaya padaku bahwa kau tidak akan mampu mengalahkan Birong ini jika hanya mengandalkan kemampuanmu sendiri. Birong dan geng tengkorak miliknya sangat kuat dan memiliki koneksi di mana-mana bahkan sampai ke luar negri. Jika kau memaksakan, kau pasti akan celaka di tangan mereka ini." Kata Martin.
"Lalu, apakah menurutmu kau mampu menandingi kekuatan yang di miliki oleh kelompok geng tengkorak ini?" Tanya Tigor.
"Saat ini memang tidak. Terus terang saja aku katakan bahwa kekuatan geng kucing hitam milikku memang kalah jauh jika di banding dengan geng tengkorak. Namun satu yang harus kau ingat! Kami tidak sendiri. Kami juga memiliki koneksi di mana-mana. Jika kelompok ku tidak kuat dan layak untuk diperhitungkan, maka sudah lama kami di bumi hanguskan oleh geng tengkorak ini. Kau butuh aku untuk membantumu membalas dendam, dan aku membutuhkan tenaga mu untuk kepentingan kelompok kita. Bagaimana? Apakah kau tertarik bekerja di bawah ku?" Tanya Martin.
"Aku perlu memikirkan semua ini Martin. Aku tidak bisa membuat keputusan secara tiba-tiba. Kau mengerti kan maksudku?" Kata Tigor.
"Baiklah... Kau ambil kartu namaku ini! Kau fikir lah baik-baik. Hidup di kota besar seperti ini membutuhkan banyak biaya. Terus terang bahwa aku juga bergerak di bidang yang tidak halal. Tapi asal kau tau, setiap anggota diantara kami adalah keluarga. Kau butuh seseorang yang bisa membantu mu. Kau memberantas geng tengkorak karena dendam, aku ingin menghancurkan mereka karena memiliki tujuan untuk menyingkirkan saingan. Kau fikirkan baik-baik. Jika kau berubah fikiran, kau boleh menelepon ku kapan saja." Kata Martin sambil mengulurkan kartu nama kepada Tigor.
"Baiklah. Aku akan memikirkannya." Kata Tigor lalu menerima kartu tersebut.
"Aku turun di sini saja. Apakah kau bisa menyetir sendiri?" Tanya Tigor.
"Kau tenang saja. Aku bisa melakukannya."
"Baiklah. Kita berpisah di sini!" Kata Tigor lalu segera keluar dari mobil.
Tak lama setelah itu, mobil itu pun meluncur menuju ke arah komplek elit di pusat kota Tasik Putri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Boru Panjaitan
Ngeri2 sedap ya
2022-06-12
2
ZannyA Purty
wah ngeri
2022-04-21
2
Edo Setiawan
👍👍
2022-04-01
1