"Huhf..?! Akhirnya kita selamat juga." Kata Tagor sambil bersandar di salah satu pohon karet. Nafasnya tampak sangat tidak beraturan.
"Untung ada kau Bedul. Jika tidak, entah lah." Kata Prengki juga dengan nafas tersengal-sengal.
"Togar.., coba kau telepon abang mu, ketua kita. Katakan bahwa transaksi kita sudah gagal dan semua barang bukti saat ini di sita oleh polisi." Kata Bongsor.
"Iya betul itu Togar. Di hukum atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting kasih tau dulu si Birong supaya dia bisa membuat persiapan. Takut nanti anak buah kita yang tertangkap itu bernyanyi di depan polisi. Matilah kita." Kata Bedul.
"Tunggulah. Nafasku pun senin kamis ini." Kata Togar sambil terus bersandar di pohon karet itu.
"Sialan betul. Barang kita dan uang dari Mr.Linglung habis di sita oleh aparat. Aku bersumpah akan membuat perhitungan sama si Bonar itu." Kata Togar lagi lalu mengeluarkan ponsel nya dan mulai melakukan panggilan.
"Hallo Togar. Bagaimana dengan transaksi kalian itu? Apakah sudah selesai?" Tanya satu suara di seberang sana.
"Selesai apa nya bang? Nyawa kami aja untuk masih lengket ini di badan." Kata Togar.
"Apa maksud mu Togar?" Tanya lelaki yang di panggil abang oleh si Togar itu.
"Bang Birong.., tempat transaksi yang kau sepakati sama Acun dan Linglung itu sudah tercium oleh polisi. Kau tau? Bonar dan anak buah nya telah menyergap kami. Aku pun tak tau bagaimana kabar Mr.Linglung saat ini. Pokoknya kami melarikan diri dan semua barang bukti ada di tangan polisi saat ini." Kata Togar.
"Celaka kalau sudah begini. Berapa orang kalian yang berhasil selamat?" Tanya Birong.
"Aku, Bedul, Prengki dan Bongsor. Itu aja lah. Yang lain semua di tangkap. Mungkin banyak yang di tembak mati itu sama bawahan Bonar."
"Togar. Kau cepat kembali kemari. Kita harus bersembunyi dulu beberapa waktu. Aku akan menghubungi kenalan dulu untuk meminta bantuannya." Kata Birong.
"Aku tak mau bang. Aku mau membuat perhitungan sama si Bonar ini." Kata Togar.
"Kau pulang dulu! Nanti urusan si Bonar ini akan kita selesaikan perlahan. Yang penting bantu dulu aku membereskan Villa kita ini. Jangan ada bukti bahwa kita yang melakukan transaksi itu. Pulang kau dan bantu aku membersihkan Villa ini." Kata Birong memberi perintah.
"Iyalah iya." Kata Togar lalu mengakhiri panggilan.
*
Saat itu aparat kepolisian telah selesai mengevakuasi korban yang tidak mau menyerah. Mereka lebih memilih mati tertembak daripada ditahan secara baik-baik.
Di luar bangunan saat ini tampak beberapa unit mobil ambulance dengan suara sirene memekakkan telinga.
"Kapten. Selamat untuk anda. Operasi kita malam ini berhasil dengan sukses." Kata beberapa bawahan kepada Bonar.
"Iya terimakasih. Tapi sayang sekali mereka ini hanya kecoa-kecoak saja. Sementara pentolan mereka tidak dapat kita tangkap." Kata Bonar.
"Kalian urus lah mayat-mayat ini untuk membantu pihak medis. Aku akan menjawab beberapa pertanyaan dari wartawan dan kita akan menggelar konferensi pers setelah tempat ini sudah di bersihkan." Kata Bonar lagi.
"Siap Kapten!" Kata bawahan tersebut sambil memberi hormat.
Setelah semua beres dan pak Bonar pun telah selesai menjawab pertanyaan dari para wartawan, mereka pun segera kembali ke kantor dan mulai menggelar konferensi pers.
Saat itu ketika di tanya tentang dari kelompok mana mereka yang dibekuk tersebut, Bonar pun mengatakan bahwa ada yang telah dia curigai. Namun karena tidak ada yang selamat, maka pihak kepolisian tidak bisa mengorek keterangan dari mereka. Walaupun kecurigaannya kepada geng tengkorak cukup besar, tapi karena tidak ada saksi maka mereka akan mempelajari kasus itu yang melakukan penyelidikan terhadap komplotan geng tengkorak tersebut.
Tidak ada sesuatu yang dapat di simpulkan dari konferensi pers tersebut dan pihak wartawan juga tidak bisa mendapatkan jawaban yang konkrit tentang kelompok yang melakukan transaksi ini.
Pihak wartawan hanya bisa berspekulasi dan membumbui pemberitaan yang mereka buat demi menarik peminat agar berita yang mereka keluarkan itu mendapat rating tinggi.
Kini di perumahan elit kota batu itu para pelarian yang kabur dari penggerebekan yang dilakukan oleh pihak aparat kepolisian baru saja sampai.
Mereka yang terdiri dari empat orang itu segera memasuki rumah mewah bagai istana tersebut dari pintu belakang dan langsung menuju ke ruangan tengah.
Kini di ruangan tersebut tampak seorang lelaki besar dengan kulit gelap sambil mengisap cerutu dan meletakkannya di asbak lalu bangkit berdiri menatap tajam kearah empat orang lelaki yang baru tiba itu.
"Aku baru saja menonton konferensi pers yang diadakan oleh pihak aparat. Mereka tidak mendapatkan bukti yang valid bahwa kita terlibat dalam transaksi ini."
"Sekarang kau katakan kepada ku mengapa bisa pihak aparat mengetahui lokasi transaksi kita? Bukankah aku telah membagi-bagi tugas kepada kalian agar transaksi ini bisa berjalan dengan lancar?" Tanya Birong kepada keempat lelaki itu.
"Semua sudah kami laksanakan seperti perintah dari abang. Tapi tiba-tiba saja polisi datang. Aku tidak tau bagaimana merka bisa mengetahui bahwa kami melakukan transaksi di bangunan usang itu." Kata Togar menjawab pertanyaan ketua mereka.
"Aku tau kalian sudah melakukan semuanya dengan sangat baik. Hanya saja kali ini lawan kita adalah Bonar. Selagi Bonar ini tidak dapat kita bereskan, selamanya kita tidak akan bisa berkembang."
"Kalian Istirahat lah dulu. Aku akan memikirkan bagaimana caranya agar kita bisa menyingkirkan polisi sialan itu." Kata Birong.
"Bagaimana dengan Mr.Linglung bang? Apa kata Bonar dalam konferensi pers itu?"Tanya Togar.
"Tidak ada satu pun yang selamat. Kau mengatakan bahwa ada diantara mereka yang selamat karena di tangkap kan? Tidak satu pun ada yang selamat. Ini juga termasuk Mr.Linglung itu.' Jawab Birong.
"Aku khawatir kalau Acun akan menuntut kita karena kematian wakil nya ini." Kata Togar.
"Apa yang ingin dia tuntut dari kita? Apakah hanya dia saja yang merasa di rugikan? Aku lebih rugi lagi dibanding dia. Anak buah dia paling berapa orang saja yang terbunuh? Sedangkan aku, sebagian besar anak buah kita tewas di tangan Bonar. Sialan sekali. Kalau dia berani menuntut kita, aku pastikan bahwa aku akan menyerbu nya di Singapore sana. Jangan main-main dia sama Birong." Kata Birong dengan wajah merah.
"Iya lah. Ikut suka abang aja lah. Aku pun cape ini. Abg fikirkan lah. Aku tidak bisa tenang ini sebelum dapat membuat perhitungan sama si Bonar jangkrik cungkring itu." Kata Togar.
"Ayo lah kita istirahat dulu Togar! Masalah itu besok kita bahas lagi." Kata Bongsor.
"Betul itu. Selagi kita masih hidup, masih ada kesempatan untuk membunuh si bagudung itu." Kata Bedul pula.
"Ok lah. Aku akan membantai habis seluruh keluarga Bonar itu. Termasuk anak nya dan adik nya walaupun dia tidak tau apa-apa."
"Iya. Besok aja kita atur lagi rencana. Aku ngantuk betul ini." Kata Prengki.
"Ketua.., kalau Togar tidak mau tidur, aku duluan lah ya?! Aku cape rasanya. Nyawa tadi sudah di ujung tanduk." Kata Bongsor lalu segera bergegas menuju ke atas.
"Pergi lah kalian tidur. Kepalaku pening ini. Kalian jangan lagi menambah pening kepalaku."
"Pergi sana!" Bentak Birong.
"Iya bang iya." Kata Togar lalu segera bergegas mengikuti Bongsor yang sudah terlebih dahulu naik ke atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
On fire
💚❤️🩹❤️🩹💙
2024-12-18
0
On fire
💜💓💓💕💕
2024-12-18
0
OM. KOMED
togar thor
2023-01-13
1