“Yang ini gimana Mas? Aneh nggak di Aku?” tanya Gendis seraya merapikan dress yang tengah ia gunakan. Kaivan secara mendadak mengajaknya pergi kesebuah Pesta Perusahaan. Mengingat acaranya formal, pakaiannya juga mengharuskannya mengenakan dress, padahal ia tidak memilikinya. Awalnya Kaivan memaksanya untuk membelinya, namun Gendis memilih meminjam pakaian dari Kaila.
“Mas, itu lagi ditanya istrinya juga!” ujar Kaila menyenggol pinggang Kaivan dengan sikutnya.
Kaivan masih tampak termangu menatap Gendis, yang tampak begitu cantik mengenakan midi dres sepanjang lutut dengan warna biru muda pastel yang tampak begitu serasi dengan warna kulit putih susunya, modelnya dengan lengan panjang dan kerah bulat, tampak classy namun begitu cocok dengan image Gendis yang kalem dan lembut. Kaivan diam-diam berjanji akan membelikan Gendis banyak gaun jika tampilannya secantik ini.
“Mas Kaivan.. haloo?” panggil Gendis gemas karena tidak juga mendapat respon.
“Bagus kok.. cocok..” ucap Kaivan akhirnya dengan canggung seraya tidak melepaskan pandangannya dari Gendis.
“Cantik nggak Istrinya?” tanya Kaila menggoda Kakaknya yang terlihat gagap.
“Iya.. Cantik.” Ucap Kaivan tanpa sadar memuji Gendis.
...***...
“Mas bisa lepasin sebentar nggak? Gerah aku Mas..” pinta Gendis seraya mengangkat telapak tangannya yang tengah di genggam erat oleh Kaivan. Semenjak masuk dalam gedung pesta Kaivan terus menggenggam tangannya erat, seolah ia ini adalah Shila yang tengah masuk kedalam wahana bermain, takut hilang dan tersesat.
Kaivan melepaskan genggaman tangannya dan merangkul pinggang Gendis sebagai gantinya. Diam-diam ia menyesali keputusannya membawa Gendis kedalam pesta ini, karena ternyata penampilan Gendis malam ini banyak menarik perhatian terutama para lelaki, entah sudah berapa pasang mata yang tengah ia pergoki menatap Gendis, karena itulah ia sejak tadi sibuk menggenggam tangan Gendis, menujukan bahwa Gadis itu sudah berpasangan dan bahkan bersuami.
“Pak Kaivan?” Sapa seseorang dari arah belakang keduanya. Ternyata adalah Surya Hutama, komisaris Bank Annoor yang pernah bekerja sama dengannya.
Kaivan nampak menyambut sapaannya dan berbincang sebentar, tidak lama kemudian berbalik kearah Gendis “Aku ngobrol sebentar sama rekan kerja ku ya? Kamu tunggu Aku disini dulu ya jangan kemana-mana.” Pesan Kaivan dengan suara setengah berbisik yang dijawab dengan anggukan kepala dari Gendis.
“Inget jangan kemana-mana loh.” Ujar Kaivan kembali mengingatkan, ia sebenarnya enggan meninggalkan Gendis sendirian, jika saja bukan karena seorang pembesar Surya Hutama yang akan mengenalkannya kepada Menteri Parisiwisata.
“Iya.. iya Mas.. Aku ngerti… Aku kan bukan Shila.. Aku bukan anak kecil!” sahut Gendis gemas.
Diam-diam Gendis mensyukuri kepergian sesaat Kaivan, setidaknya ia mendapat sedikit ruang pribadinya, karena sejak tadi Kaivan terus menempel kepadanya seperti Shila yang tengah kumat manjanya. Gendis mengambil camilan, ia memilih sepotong puding buah dimeja yang menyajikan banyak jenis makananan, sebenarnya ia dan Kaivan sudah makan malam dirumah. Agak aneh memang tetap makan dirumah bersama Shila padahal jelas-jelas akan pergi berpesta yang dimana banyak hidangan makanan, tapi mau bagaimana lagi itu adalah syarat dari Shila agar mau ditinggal sebentar bersama Ibu Tiwi sementara ia dan Kaivan pergi ke pesta.
Melihat bentuk puding yang begitu lucu, membuat Gendis tertarik mengabadikannya dalam sebuah foto, ia berniat meniru bentuknya yang nantinya akan ia coba buat untuk shila. Mungkin beginilah perasaan seorang Ibu, sejauh apapun pergi yang diingat hanya anaknya saja.
“Hai Gendis.. Apa kabar?” sebuah suara maskulin yang hangat dan familiar ditelinga Gendis, membuat Gendis yang tengah memotret makanan dihadapannya berhenti sejenak, dan menoleh kearah pemilki suara. “Robby?!” sapanya senang.
Gendis dan Robby nampak sesekali tertawa saat mengobrol bersama. “Parah banget deh Kamu! Kok bisa sih tiba-tiba balik ke Indonesia? Tina nggak marah itu dia jadi ditinggal sendiri disana?” tanya Gendis seraya membayangkan wajah marah milik Tina.
“Mana ada inget dia marah karena Gue tinggalin? Lagian kan dia ada Michael pacarnya!” sahut Robby yang disambut tawa oleh Gendis. Diam-diam Robby tampak senang bisa kembali bertemu dengan Gendis dan menyaksikannnya tertawa lepas lagi, sama seperti saat kuliah dahulu.
“Jadi sekarang ceritanya sudah jadi anak berbakti nih? Kembali bekerja ke perusahaan Orang tua? Padahal dulu bilangnya ogah?” tanya Gendis kemudian.
“Kok Lo bisa tahu sih?” tanya Robby.
“Mas Kaivan yang cerita.” Sahut Gendis seraya meminum lemon tea-nya.
Mendengar nama Kaivan disebut, membuat Robby kembali tersadar jika Gendis dihadapannya telah berstatus Istri oranglain. “Duh.. akrab banget pengantin baru.. sampe segala urusan kerjaan juga diceritain ya?” ledek Robby, meski dalam hatinya kurang suka.
Gendis hanya tertawa pelan. “Mas Kaivan dan Aku suka cerita-cerita banyak hal sebelum tidur, dari masalah kerjaan, anak, sampe hal random lainnya. Eh.. kok jadi nyeritain Aku sih, jadi apa ini alesannya jadi balik ke Indonesia? Padahal Aku dulunya berpikir kamu itu betah banget sama Singapura loh, karena kamu cita-cita bekerja dan lanjut kuliah disana kan?”
“Alesan Gue balik ke Indonesia.. ya karena orang yang Gue sayangin ternyata semuanya ada di sini, jadi buat apa Gue lama-lama di Singapura lagi ya kan?” sahut Robby seraya memainkan gelas digengamannya.
“Seru sekali ngobrolnya kalian?” tiba-tiba pembicaraan keduanya terhenti, Kaivan nampak datang bersama Kaila. Ternyata Kaila menjadi tamu undangan juga malam itu.
“Maaf ya Sayang.. lama ya nungguin Akunya? Rekan kerja Aku memang kalo sudah ngajakin ngobrol suka lama.” Ucap Kaivan seraya merangkul pinggang Gendis.
Gendis nampak sedikit merinding melihat sikap Kaivan, terlebih lagi mendengarnya memanggilnya ‘sayang’. Namun karena sadar sedang didepan umum, Gendis nampak hanya tersenyum kaku. “Loh.. ada Kaila.. tahu dateng juga kesini tadi kita berangkatnya barengan” Sapa Gendis sedikit terkejut saat melihat kehadiran Kaila.
Dan entah kenapa suasananya menjadi canggung. “oh ya kenalin.. ini Robby teman kuliah Aku di Singapura.. Robby ini Kaila, adiknya Mas Kaivan, adik Iparku. Eh tapi kalian kayaknya juga sudah ketemu ya pas wisuda Aku kemarin?!” tanya Gendis berusaha mencairkan suasana.
Kaila napak tersenyum kaku.. “Oh.. eh belum kok.. Hai.. Saya Kaila..” ucap Kaila canggung seraya mengulurkan tangan menawarkan jabat tangan.
“Oh.. Hai juga.. Saya Robby.” Sambut Robby seraya menatap Kaila dengan pandangan mengamati, rasanya ia pernah bertemu dengannya.
“Sayang kayaknya kita harus pulang deh.. Anak kita nyariin terus katanya.” Ucap Kaivan tiba-tiba.
“Oh ya? Padahal baru tadi Shila telepon Aku.. dia nggak bilang apa-apa.” Gendis nampak bingung.
“Entahlah.. kayaknya anak kita lagi nggak enak badan deh Sayang.” Sahut Kaivan cepat.
Wajah Gendis tiba-tiba berubah panik. “Ya sudah ayo kita pulang sekarang!” ucap Gendis cepat seraya menggamit lengan Kaivan, diam-diam Kaivan nampak tersenyum tipis.
“Eh.. Kaila mau ikut pulang bareng kita nggak?” tawar Gendis kepada Kailan, yang dijawab dengan gelengan kepala, padahal Ia ingin segera pulang juga apalagi jika harus bertemu dengan Robby seperti ini. “Nggak.. Aku harus ikut acaranya sampai selesai.” Keluh Kaila, mengingat pekerjaannya sebagai undangan Influencer.
“Oh.. Ok.. ya Sudah ayo Mas kita pulang. Semuanya duluan ya!” seru Gendis seraya menggandeng tangan Kaivan.
Kaivan nampak tersenyum penuh kemenangan seraya menatap Robby.
...***...
“Mas.. Shila ngeluh nggak enak badannya bagaimana? Dia demam? Batuk? Jangan bilang sesak?” tanya Gendis panik, karena seingatnya sebelum mereka pergi Shila dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Kaivan yang ditanya tampak diam saja, wajahnya tampak mengeras. Keduanya tengah berjalan menuju tempat parkiran mobil.
Merasa tidak mendapat respon, Gendis menghentikan langkahnya dan mencoba menatap Kaivan yang berada disampingnya. “Mas kamu kenapa sih diam saja? Aku itu lagi tanya loh.. Apa Kamu juga lagi nggak enak badan juga?” tanya Gendis seraya menempelkan telapak tangannya kerah dahi Kaivan yang kemudian ditepisnya.
Gendis nampak terkejut dengan sikap Kaivan yang menurutnya sedikit kasar. “Kamu kenapa sih Mas? Kamu marah sama Aku?”
“Menurut Kamu? Lelaki mana yang nggak marah kalo lihat Istrinya ngobrol sama lelaki lain?” sahut Kaivan ketus.
Gendis nampak bingung. “Lelaki lain? Robby maksud kamu?”
Kaivan nampak terdiam dan membuang mukanya menghindari tatapan mata dari Gendis.
“Ya ampun Mas.. sudah berapa kali aku bilang Robby itu teman Aku, Aku nggak pernah suka sama dia!” jelas Gendis.
“Dan sudah berapa kali aku bilang juga sama Kamu, kalo bukan kamu yang suka sama dia itu berarti Dia yang suka sama kamu! Nggak ada itu yang namanya cowok sama cewek murni temenan doang!” seru Kaivan gusar, entah kenapa ia menajdi sangat emosi sekarang.
“Terserah kalo itu memang pemikiran kamu Mas! Sudahlah.. sekarang yang penting kita pulang dulu, kasian Shila lagi sakit.” Ujar Gendis malas melanjutkan pertengakaran keduanya dan melangkah lagi mendekati mobil mereka.
Lengan Gendis kembali ditarik oleh Kaivan, “Shila nggak sakit, Aku sengaja bilang begitu biar Kamu mau cepat pulang dan pisah dari si Robby itu!” jelas Kaivan masih dengan nada emosi.
Gendis tampak mebulatkan kedua matanya seraya menatap Kaivan, ia terkejut Kaivan membohonginya. “Tega kamu mas bohong pakai nama Shila sakit! Kamu tahu betapa sedihnya Aku kalo denger Shila sakit!” Gendis nampak menangis seraya memukul-mukul dada Kaivan dengan kedua tangannya.
Kaivan nampak menggenggam kedua tangan Gendis, menghentikan gerakan memukulnya. “Dengar Gendis, meski pernikahan kita hanya sebatas Kontrak, kita tetap Suami Istri yang sah dimata hukum dan negara! Aku nggak suka kalo kamu akrab dengan laki-laki lain!” Seru Kaivan dengan nada suara rendah, pertanda ia tengah berusaha meredam emosinya.
Gendis nampak menatap wajah Kaivan dengan mata yang masih berkaca-kaca. Melihat tampilan Gendis yang tengah menangis membuat Kaivan merasa sedikit bersalah, perlahan di usapnya dengan lembut wajah Gendis, kembali diperhatikannya bagian wajah Gendis yang selalu ia perhatikan diam-diam saat terlelap tidur, matanya, hidungnya dan bibirnya.
Cup! Kaivan mencium Gendis dengan penuh perasaan, kedua matanya terpejam seolah menikmatinya sebagai moment yang berharga, sementara Gendis yang nampak terkejut dengan ciuman tiba-tiba dari Kaivan, ia tampak hanya terdiam dan kaku.
Sedangkan disudut lain tampak ada Kaila dan Robby yang dengan jelas mendengar percakapan keduanya, terlebih bagian menikah sebatas kontrak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments