Mama Resmi Untuk Shila

Malam ini hujan turun begitu lebatnya, ditambah petir disana-sini. Gendis yang tengah membaca buku ditempat tidur, nampak terkesiap saat mendengarnya. Ia tampak mengikat rambutnya dan bersiap turun dari ranjangnya.

Kaivan yang tampak masih berkutat dengan laptopnya di Sofa sadar akan Gendis yang sudah bersiap keluar kamar. Semenjak kejadian tidak sengaja keduanya ‘berpelukan’ saat tidur, Kaivan akhirnya membeli sebuah sofa yang bisa diubah menjadi sebuah tempat tidur jika di tekan salah satu tuasnya untuk ditaruh dalam kamarnya. Jadi saat keduanya ‘terpaksa’ tidur dalam satu kamar, Gendis akan tidur dikasur sementara Kaivan di sofa bed.

“Kamu mau kemana?” tanya Kaivan saat melihat Gendis mulai berjalan kearah pintu kamar.

“Aku mau ke kamar Shila Mas, dia pasti takut dengar petir dan hujan besar.” Ucap Gendis khawatir.

“Bukannya Shila masih ngelarang kamu tidur bareng dia dikamarnya?” ujar Kaivan mengingatkan.

“Aku tetap mau melihatnya sebentar aja.” Sahut Gendis bersikeras. Kaivan pun menyingkirkan laptop dari pangkuannya dan mengikuti Gendis ke kamar Shila.

Dan benar saja saat Gendis membuka kamar Shila, nampak Shila tengah menangis meringkuk di kasurnya. Ia dapat melihatnya dengan jelas, meskipun penerangan dikamar Shila begitu minim karena semua lampu utama dimatikan, dan hanya menyisakan sebuah lampu tidur yang temaram.

Gendis yang melihatnya segera menghampiri Shila, setelah sebelumnya ia menyalakan semua lampu kamar tidurnya.

“Shila Sayang..” panggil Gendis lembut seraya mengusap punggung Shila yang masih meringkuk didalam selimut.

Mendengar suara Gendis, Shila dengan cepat menyibakan selimut yang membungkus dirinya dan segera memeluk Gendis. “Mama.. Shila takut!!!” ucap Shila histeris seraya terisak dan semakin memeluknya erat.

Tebakan Gendis benar, Shila sangat ketakutan mendengar suara petir dan hujan deras di malam ini, terlebih lagi ia tengah tidur sendiri. Sebentar.. tadi Shila memanggilnya apa? Mama?! Tubuh Gendis mendadak menegang saat kembali mengingat kembali Shila yang memanggilnya Mama, rasa hatinya bercampur aduk yang pastinya lebih banyak rasa senang disana.

Shila nampak mengendurkan pelukannya dan menatap Gendis. “Shila bolehkan mulai sekarang panggil Mama?” tanya Shila dengan wajah yang sembab.

Ternyata benar, Gendis tidak sedang salah mendengar apalagi berkhayal, Shila memang memanggilnya dengan sebutan Mama. Kemudian, Gendis nampak menatap Kaivan sekilas, dan Kaivan membalas tatapan matanya seraya mengangguk kecil.

“Boleh sayang.” Jawab Gendis seraya mengusap lembut air mata dari wajah Shila.

Rasanya Gendis tidak pernah sesiap ini menjadi Mama untuk Gendis, bahkan rasanya selama ini meskipun ia sudah menikah dengan Kaivan, ia hanya merasa menjadi ‘orang dewasa’ yang bertanggung jawab untuk mendampingi dan menjaga Shila. Ia tidak pernah menyangka ternyata sebuah kata ‘Mama’ pengaruhnya begitu besar untuknya dan Shila.

Disisi lain, nampak Kaivan yang tengah memandangi kedua wanita yang entah kapan menjadi teramat penting baginya. Ia bergantian menatap Shila dan Gendis yang tengah berpelukan. Diam-diam ia menyetujui ucapan Ibu dan Ayahnya jika Gendis telah melengkapi keluarga kecilnya.

...***...

“Jadi malam ini Mama tidurnya sama Shila kan ya?” rengek Shila seraya menggamit lengan Gendis manja, padahal Gendis tengah sedikit kewalahan membawa nampan berisi mangkuk sup makaroni untuk sarapan mereka pagi ini. Beruntung Kaivan segera datang dan membantunya.

“Loh bukannya Shila sudah berani tidur sendiri? Nggak mau ditemenin Mama lagi?” ledek Kaivan kepada Shila. Anaknya itu langsung mengerucutkan bibirnya, ekspresi khasnya saat kesal.

“Kalo sekali-sekali nggak apa-apa lah! Iya kan Ma?” tanya Shila meminta dukungan Gendis yang disambut anggukan kepala dan senyuman kecil. Gendis tampak sibuk mengecek isi tas Shila, memastikan buku, alat tulis dan kotak bekal sudah berada lengkap disana.

“Terus Papa bagaimana? Papa tidur sama siapa?” tanya Kaivan dengan wajah pura-pura bersedih.

Gendis tampak berjengit kaget mendengar ucapan Kaivan, dengan reflek ia menatap Suaminya itu seolah bertanya kenapa Kaivan harus menggoda Shila seperti itu, seolah Kaivan tidak mau ditinggal tidur olehnya.

Kaivan yang sebenarnya sadar akan arti tatapan Gendis, hanya membalasnya dengan senyuman kecil.

Shila nampak memutar kedua matanya, ekspresi khasnya saat berpikir. “Eumm.. bagaimana kalo tidur sama Mamanya ganti-gantian? Sama Shila empat hari, sama Papa tiga hari?” tawar Shila mencoba bernegosiasi dengan Kaivan.

“Kok Mama tidur sama Shilanya lebih banyak? Sama Papa sedikit?” protes Kaivan kepada Shila.

Gendis nampak membulatkan kedua matanya lagi saat melihat Kaivan. Mas Kaivan itu kenapa sih?

“Iih… Papa ngalah dong sama anaknya! Shila kan anaknya Mama!” sahut Shila keras kepala.

“Loh Papa kan suaminya Mama!” sahut Kaivan sama keras kepalanya.

Shila masih mengerucutkan bibirnya kesal. “Ya sudah kalo begitu.. Mama tidur sama Shila tiga hari terus sama Papa tiga hari! Satu harinya lagi terserah Mama yang pilih mau tidurnya sama siapa.” ucap Shila pasrah yang langsung disambut dengan acungan jempol dari Kaivan.

Gendis nampak menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran Shila dengan Kaivan, Ayah dan anak ini memang sama saja, sifat keras kepala dan sulit mengalah keduanya begitu mirip.

Saat Shila sudah berjalan terlebih dahulu kearah mobil, Gendis dengan cepat menghampiri Kaivan “Kamu kok ngomongnya begitu sih Mas.. kan nggak apa-apa kalo aku tidur terus lagi sama Shila?” tanya Gendis heran dengan suara setengah berbisik kepada Kaivan.

Kaivan yang tiba-tiba mendapati jaraknya menjadi terlalu dekat dengan Gendis, membuatnya berjengit kaget namun menjadi senang luar biasa. Bahkan, saking senangnya, Ia sampai terdiam sesaat.

Gendis yang mendapati Kaivan yang tidak juga menjawabnya, dengan gemas ia mencubit kecil pinggang Kaivan. “Mas.. kok malah diem aja sih?” tanya Gendis gemas.

Kaivan nampak tertawa geli sesaat, “Terus Aku tidur sama siapa kalo Kamu sama Shila terus?” sahut Kaivan santai. Entah sejak kapan ia mulai menikmati sekamar bersama Gendis, meskipun keduanya tidak tidur dalam satu ranjang. Kaivan menyukai keduanya bisa memiliki waktu berdua lebih banyak karena sekamar, bisa saling bercerita sebelum waktu tidur dan bagian yang paliang ia sukai adalah bisa diam-diam menatap wajah Gendis yang tengah tertidur lelap disetiap malamnya.

“Hah?” Shila nampak bingung dengan ucapan Kaivan, diam-diam hatinya berdegup tidak karuan karenanya.

Kaivan yang mendapati ekspresi bingung Gendis terlihat lucu, ia pun mengacak rambut Gendis dengan gemas. “Pokoknya sesuai kata Shila, kamu tidur tiga hari sama Shila dan tiga hari sama aku.. di satu harinya kamu bebas memilih mau tidur sama siapa, tapi.. aku harap sih kamu tetep lebih milih sama aku!” ucap Kaivan seraya tersenyum jahil dan berlalu pergi menyusul Shila yang sudah sejak tadi menunggu dimobil. Memang semenjak tinggal bersama kembali di Jakarta, Kaivan berkomitmen mengantarkan Shila pergi ke sekolah setiap pagi dan bagian menjemput adalah tugas Gendis.

Sepeninggal Kaivan dan Shila, Gendis hanya bisa terdiam termangu dan menangkup kedua pipinya yang terasa menghangat. Mas Kaivan kamu benar-benar…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!