Karena Anna

"Shila!" panggil Anna dengan senang ketika melihat sosok putrinya berjalan bersama Gendis. Saking senangnya, ia tampak sadar setengah berlari untuk menghampiri mereka.

"Mama Anna, jangan lari-lari nanti jatuh!" nasehat Shila ketika melihat sosok Anna. Lucu rasanya melihat bagaimana anak usia 6 tahun menasehati seorang wanita berusia 32 tahun. Namun, bagi Anna itu sama sekali bukan masalah. Ia justru merasa senang di nasehati buah hatinya sendiri itu artinya ia masih di perhatikan dan di sayangi.

Gendis tersenyum melihat sikap Gendis dan Anna. Sampai ia teringat dengan sebuah hadiah kecil yang ia siapkan bersama Shila untuk Anna.

"Sayang, ayo kita kasih hadiahnya ke Mama Anna," bisik Gendis kepada Shila yang di jawab dengan anggukan kepala.

"TADAAA ..." pekik Shila berusaha mengejutkan Anna seraya mengeluarkan hadiah dari tas ransel kecil yang ia kenakan. Shila mengeluarkan setangkai bunga dari tasnya, yang sayangnya beberapa kelopaknya mulai rontok.

Shila menatap panik kearah Gendis.

"Duh maaf ya mba.. bunganya rontok karena masuk ke dalam tas Shila. Kami tadi belinya mendadak soalnya saya baru saja tahu dari sebuah acara, katanya mba Anna paling suka dengan bunga mawar," jelas Gendis.

Anna tersenyum senang. Ia sama sekali tidak peduli dengan keadaan mawar yang terlihat tidak sempurna itu. Ia tetap merasa senang dengan hadiah pertama yang ia terima dari Shila, apapun bentuknya.

"Nggak apa-apa, Mama senang sekali kok! Terima kasih ya Shila! Terima kasih juga Mama Gendis!" seru Anna senang seraya meraih bunga Mawar itu dari tangan Shila.

"TADAAA! Ada satu lagi hadiahnya!" Pekik Gendis lagi seraya mengeluarka sebuah topi rajut berwarna pink muda dengan motif bunga-bunga disana.

"Woah! Ini buat Mama juga?!" Anna lagi-lagi merasa senang, dengan cepat ia mengenakan topi yang diberikan Shila.

"Bagus kan? Mama Anna suka kan? Ini buatan tangan Mama sendiri loh!" tanya Shila ceriwis.

Anna menatap Gendis dengan takjub. "Ini beneran kamu yang buat? Woah hebat sekali kamu Gendis! Sudah pintar masak eh pintar merajut juga!"

Gendis hanya bisa tersenyum malu atas pujian Anna.

Shila juga mengeluarkan satu topi lagi dengan motif yang sama dengan Anna dan segera memakai di kepalanya. "Shila juga punya! Jadi Shila dan Mama Anna punya topi kembaran!"

Anna tampak berkaca-kaca melihatnya. Ia dengan cepat meraih tangan Gendis. "Makasih banyak ya Gendis, ini pertama kalinya aku punya barang samaan dengan Shila! Aku baru merasa menjadi Mamanya sekarang!"

"Sama-sama mba ..." Gendis tersenyum senang karena Anna menyukai kado darinya. Tidak sia-sia ia terjaga semalaman demi menyelesaikan topi milik Anna dan Shila.

...***...

"Mama bener nih nggak mau naik perahu bareng Shila?" tanya Shila seraya memeluk pinggang Gendis.

Gendis tersenyum gusar. "Sayang, kalau perahu laut kecil seperti ini Mama suka pusing dan mual setelahnya. Maaf ya Mama nggak bisa sayang, soalnya Mama kan harus jagain kamu malam ini, jaga-jaga nanti takutnya kamu demam pasca vaksin, " Jelas Gendis berusaha meminta pengertian Shila.

"Shila naiknya sama Mama saja ya?" tawar Anna mengajukan dirinya.

Shila nampak menatap Gendis seolah meminta izin.

"Boleh, Shila pergi sama Mama Anna ya," ucap Gendis mengizinkan.

"Yeay!" pekik Shila senang.

"Mba, aku tunggu disini ya. Naiknya satu trip aja ya Mba, biar nanti aku dan Shila pulangnya nggak kesorean nanti keburu dicariin mas Kaivan," pesan Gendis kepada Anna yang di jawab dengan anggukan kepala cepat dari Anna.

...***...

Gendis tampak bolak-balik menatap jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Sudah hampir Empat jam, Gendis menanti kedatangan Shila dan Anna. Padahal waktu satu kali perjalanan perahu kecil menyebrangi pulau kecil sekitar 30-45 menit.

Mulai merasa resah, Gendis berjalan mendekati dermaga dan bertanya kepada salah satu petugas disana. "Pak, yang trip perahu di jam 2 sudah kembali belum ya?"

"Loh, sudah datang dari tadi mba, ini malah perahu terakhir sudah mau datang lagi. Kami sudah mau tutup," jawab bapak petugas seraya merapihkan tali-tali di perahu.

Deg! Perasaan Gendis mulai tidak enak. Ia mencoba menghubungi telepon Anna, dan gagal karena tidak aktif. Tidak berhenti sampai disana, Gendis berjalan menyusuri setiap dermagam berharap menemukan sosok Anna dan Shila disana. Sampai waktu menunjukan pukul delapan malam, ia tidak menemukan apapun. Gendis terduduk lemas, dengan takut-takut akhirnya Gendis menelpon Kaivan.

Tuttt... tutttt...

"Halo ... " sahut Kaivan menjawab panggilan telepon dari Gendis.

Baru mendengar suara Kaivan, air mata Gendis sudah tumpah. "Mas, Gendis hilang ... "

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!