Shila sudah sembuh dan dibolehkan sekolah lagi oleh Kaivan. Kehidupan tampak berjalan seperti biasanya. Namun, dibalik itu semua sidah perebutan hak asuh Shila terus berjalan. Kaivan dan Anna tetap pada pendiriannya masing-masing. Shila tidak lagi dilarang bertemu dengan Anna, tetapi sekarang Shila sendiri lah yang menolak bertemu dengan Anna, tampaknya ia masih trauma dengan kejadian Anna yang memaksanya ikut bersamanya dan berakhir dengan sakit demam.
"Shila nggak mau ketemu sama Mama Anna lagi, Ma!" seru Shila seraya masih terus asik menggambar, tugasnya dari sekolahnya tadi.
"Bukan ketemu sayang, tetapi telepon. Ini ada telepon dari Mama Anna," jelas Gendis seraya membujuk Shila agar mau menerima telepon dari Anna.
Shila tetap menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"Kalau anaknya nggak mau ya jangan dipaksa," ujar Kaivan yang baru saja pulang dari kantornya.
"Mas!" seru Gendiis seraya menunjuk telepon yang tengah ia pegang dengan lirikan matanya. Ia merasa tidak enak jika Anna harus mendengar percakapan mereka.
"Maaf ya mba, Shila masih asik sekali menggambar jadi tidak mau diganggu," ucap Gendis menjawab telepon dari Anna.
Usai menutup telepon dari Anna, Gendis segera menghampiri Kaivan, meraih tangannya dan melakukan salim. Hubungan keduanya sudah membaik. Kaivan tidak lagi perang dingin dengannya.
"Aku rasa nggak baik jika hubungan kalian menjadi begini sekarang. Bagaimana pun juga, Mas Kaivan, Mba Anna dan Shila itu masih orangtua dan anak loh, harusnya kalian tetap harmonis meskipun bukan lagi suami istri," ucap Gendis dengan nada sedih.
"Ya lagian kenapa Anna harus pakai cara pemaksaan seperti itu! Lihat Shila menjadi trauma dan tidak mau lagi dekat dengannya kan?!" sahut Kaivan seraya melepaskan dasinya sendiri.
"Kamu senang kan kalau Shila tidak lagi dekat dengan Mba Anna?" tanya Gendis gemas yang langsung di jawab dengan anggukan kepala dari Kaivan.
"Jahat kamu Mas! Gimana pun juga Anna itu ibu kandungnya Shila loh! Nggak baik jika Shila jadi benci dengan ibunya sendiri. Aku mau Shila tumbuh menjadi anak yang baik," ucap Gendis sedih seraya menatap foto Shila yang berada di kamar tidur Kaivan.
"Anna pernah menjadi ibunya, tapi dia sendiri yang menyia-nyiakannya ..." ucapan Kaivan terpotong.
"Setiap manusia bisa berubah menjadi lebih baik loh, Mas. Siapa kita yang tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk berubah?" sahut Gendis cepat.
Kaivan selalu takjub dengan jalan pikiran gadis di depannya ini. Selalu berpikiran positif dan lurus.
...***...
Gendis menyodorkan minuma terlebih dahulu kepada Kaivan, kemudian Anna dan terakhir dirinya sendiri. Dengan susah payah ia berhasil membujuk mereka untuk bertemu. Gendis merasa masalah ini harus selesai dengan segera.
"Mas, mba ... mohon maaf sekali kalau aku jadi ikut campur. Tapi aku rasa, jika kalian terus menerus berperang memperebutkan hak asuh maka pihak yang paling sedih adalah Shila. Sebagai Mama dan Papanya, aku yakin sekali kalian ingin yang terbaik untuk Shila. Jadi daripada kita-kita ini yang orang dewasa meributkan Shila, bagaimana Shila sendiri saja yang menentukan semuanya," jelas Gendis langsung menyampaikan tujuannya mengumpulkan Kaivan dan Gendis di rumah.
"Gendis masih terlalu kecil, Gendis. Untuk menentukan mau ikut dengan siapa, tahu apa dia?" Kaivan merasa keberatan.
Gendis menggelengkan kepalanya. "Nggak Mas, Shila kita itu anak yang cerdas dan sangat penyayang. Bahkan alsan Shila tidak mau menemui mba Anna lagi bukan karena ia membenci ibunya, tapi terlebih agar Papa dan Mamanya tidak lagi bertengkar,"
Tepat setelah Gendis selesai berbicara, Shila tampak turun dari tangga keluar dari kamarnya.
"Sini Sayang!" sambut Anna dengan gembira begitu melihat putrinya datang.
Shila yang bingung tampak melangkah mendekat ragu-ragu. Shila sebenarnya bingung akan duduk dimana, disamping Mama Anna atau Papanya. Akhirnya ia memilih duduk di dekat Gendis.
Gendis menghela nafas panjang. Suasana menjadi begitu hening dan kaku. Ia rasa ini justru akan sangat menakutkan bagi Shila. "Sudah selesai bermain bonekanya sayang?" tanya Gendis lembut seraya merapikan rambut Shila dan mengikatnya agar tampak lebih rapi.
Shila menganggukan kepalanya.
"Cerita main bonekanya tentang apa hari ini?" tanya Gendis antusias.
"Tentang princess dan peri, Ma. Boneka-boneka jadi perinya dan Shila yang jadi princessnya," jawab Shila semangat. Cara Gendis mencairkan suasana tegang dari dari Shila tampaknya berhasil. Usai mendengarkan cerita panjang lebar dari Shila, Gendis juga tidak lupa menawarkan minuman jus mangga kesukaan Shila.
Diam-diam Anna memperhatikan cara Gendis memperlakukan Shila.
Setelah dirasa cukup tenang. Gendis mulai berbicara. Ia bertekad akan menjadi penengah dan sebisa mungkin bersikap netral tidak memihak Anna maupun Kaivan. Meski itu artinya jika memang Shila lebih memilih bersama Anna, maka ia juga akan sangat kehilangan Shila yang semakin lama terasa seperti putri kandungnya sendiri.
Gendis menarik nafas panjang sampai akhirnya muai berbicara, "Apa Shila tau kalau Mama Anna dan Papa rumahnya terpisah?"
"Iya," jawab Shila.
"Kenapa kira-kira?" tanya Gendis berhati-hati.
"Mama Anna sama Papa kan sudah tidak menikah lagi. Papa sekarang nikahnya sama Mama kan?!" jawab Shila cepat.
Kaivan takjub dengan cara berpikir putrinya itu. Benar kata Gendis, jika Shila itu anak yang cerdas.
"Tapi Shila tahu kan kalau Mama Anna yang melahirkan Shila?" tanya Gendis lagi.
"Iya tau," jawab Shila lagi.
Gendis membelai rambut Shila dengan lembut dan mulai bertanya dengan serius. "Nah sebagai Mama dan Papa yang baik, Papa dan Mama Anna ingin Shila tinggal bareng-bareng terus sama mereka. Tapi sayangnya, Shila harus memilih salah satu karena rumah Papa dan Mama Anna berbeda. Jadi kira-kira Shila mau memilih tinggal dengan siapa?"
Shila tampak terdiam. Memandangi Kaivan, Anna dan Gendis bergantian.
"Kalau Shila belum tahu mau pilih siapa, Shila boleh pikir-pikir dulu selama yang Shila mau ..." ucapan Shila terpotong.
"Shila tau kok mau ikut tinggal dengan siapa," sahut Shila dengan cepat.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Rita Riau
ditunggu thor kelanjutannya 🙏
dan typo nya Thor tolong diperhatikan 🙏🏼🙏🏼🤭
2024-02-10
0
Dandelion
next ka othor jgn di gantung 😁
2024-02-10
0