1000 Alasan untuk Bersama

“Gimana? Shila ngerti nggak omongan Tante?” Kaila tampak berharap-harap cemas terhadap Shila.

Shila tampak masih terdiam dan nampak sesekali memainkan rambut bonekanya.

“Tapi bukannya Shila sudah punya Mama ya? Mama Anna?” ucap Shila pelan.

Kaila tampak menghela nafas panjang. Kenapa kelakuan anak dan bapaknya sama aja sih? sama-sama kepala batu dan susah dibujuk. Ia sudah hampir kehabisan cara, entah sudah berapa kali ia mencoba menasehati Kaivan, tapi tetap saja tidak ada kemajuan. Gendis lagi, dia juga sama sekali tidak peka akan pancingan-pancingan halus darinya. Maka senjata terakhir yang akan dia gunakan adalah menggunakan Shila.

“Iya sih.. tapi kalo Tante Gendis nggak jadi Mama Shila, nanti Tante Gendisnya nggak bisa sama-sama terus sama Shila loh” ucap Kaila menakuti.

Shila tiba-tiba menghentikan kegiatan bermainnya. “Kok bisa gitu Tante?”

“Iya bisa dong… Tante Gendis kan nanti juga bakal semakin besar kayak Shila, bakal menikah juga dan bakal jadi Mama buat anak lain. Kan kalo sudah gitu nanti nggak bisa sama-sama terus sama Shila ya kan?” Jelas Kaila lagi.

Mata Shila mulai berkaca-kaca. “Shila ga mau ditinggal Tante Gendis”

“Makanya Shila bilang dong Ke Papa, minta nikahin Tante Gendis” ucap Kaila seraya tersenyum menang.

Shila dengan cepat mengangguk dan berlari mencari Papanya.

...***...

“Duh.. Shila kalo ngomong yang jelas dong.. Papa nggak ngerti. Shila jangan ngomong sambil nangis kan Papa jadi bingung…” ucap Kaivan panik, tiba-tiba saja putrinya menerobos masuk kamarnya seraya menangis kencang padahal ia tengah melakukan meeting virtual bersama koleganya.

“Mau dicariin Tante Gendis aja ya?” bujuk Kaivan bingung.

Shila menggeleng keras-keras. “Hiks.. Hiks.. po..po..koknya.. Shi.. Shila ng..nggak mau.. di ting..ting.. gal.. tan..tan..te Gen..gendiss..”

Kaivan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia sama sekali tidak mengerti ucapan Shila yang berbicara sambil menangis ini. Saat pandangannya beralih ke arah pintu, ia tiba-tiba melihat sosok Gendis, yang dirasa bisa jadi penyelamatnya.

Gendis nampak bingung melihat Shila yang tengah menangis keras dipangkuan Kaivan. Ia sudah lama tidak melihat Shila menangis keras.

“Kenapa sayang?” ucap Gendis lembut seraya mendekati Shila dan berusaha mengambilnya dari pangkuan Kaivan, yang ditolak oleh Shila. Tidak seperti biasanya.

Shila masih menangis. “Hiks.. Hiks.. po..po..koknya.. Shi.. Shila ng..nggak mau.. di ting..ting.. gal.. tan..tan.. te Gen..gendiss”

Kaivan menatap Gendis meminta coba diartikan ucapan Shilla.

“Shila nggak mau ditinggal Tante Gendis” jawab Gendis mengartikannya. “Loh.. Tante Gendis kan nggak kemana-mana?”

Shila mengusap air matanya secara asal. “Kata Tante Kaila, nanti Tante Gendis bakalan nikah dan jadi Mamanya anak lain!”

Gendis dan Kaivan bertatapan bingung mendengar ucapan Shila.

Shila menatap papanya seraya menggelayuti tangannya. “Tante Gendis nikahnya sama Papah aja ya? biar jadi Mamanya Shila aja! Jangan jadi Mamanya anak lain!”

Kaivan hanya terdiam mendengar ucapan Shila, sekilas ia nampak melihat wajah Gendis yang tampak pias dan bingung.

...***...

Gendis nampak merapikan selimut yang dikenakan Shila dan diusap perlahan rambutnya. Nampak mata shilla masih agak sembab, bekas ia menangis tadi.

Setelah sekian lama Gendis mengira Shila sudah bisa mengontrol emosinya, siapa sangka sore ini ia kembali melihat Shila menangis keras selama berjam-jam karena meminta Papanya untuk menikahi dirinya.

Gendis bukannya tidak peka, belakangan ini baik Kaila, Bu Anggi dan bahkan Pak Indra beberapa kali menyinggung pembicaraan mengenai dirinya untuk menjadi Ibu baru bagi Shila.

Gendis menyayangi Shila, namun sungguh tidak terbayang jika harus menjadi Ibu sambung bagi Shila, karena itu artinya dia juga harus menjadi istri Kaivan.

Gendis dan Kaivan memang sudah lama mengenal sejak kecil, namun semakin dewasa, hubungan keduanya tidak lagi seakrab dulu. Terlebih perbedaan usianya yang cukup jauh, membuat keduanya melewati masa remaja dan dewasa yang berbeda. Ditambah perbedaan tingkat sosial keduanya, bagaimanapun Gendis hanya anak ART, sedangkan Kaivan adalah anak dari majikan orangtuanya.

Gendis kembali menatap Shila, bertahun-tahun ia tidak bertemu Kaivan, dan kini ada Shila diantara mereka. Gendis tersenyum kecil, jika dipikir-pikir sifat Shila saat ini memang sangat mirip dengan sifat Kaivan dan Kaila dimasa kecil, sepertinya temperamen keras kepala dan emosional adalah turunan dari keluarga Wasesa.

...***...

“Shila udah tidur?”

Gendis sedikit terkejut saat mendengar suara Kaivan yang tiba-tiba dihadapannya. Tubuh Gendis refleks sedikit mundur kebelakang hampir terhuyung jatuh, beruntung Kaivan memegang lengannya.

Alhasil menciptakan suasana canggung diantara keduanya. Kaivan buru-buru melepas genggaman tangannya dari lengan Gendis. Dan keduanya kembali terdiam.

“Gendis izin pulang dulu ya Mas..” ucap Gendis memecahkan keheningan dan bergegas untuk melangkah pergi.

“Kamu nggak nginep tidur bareng Shila lagi?” tanya Kaivan.

Gendis menggeleng canggung. “Kayaknya nggak dulu deh malem ini Mas.”

“Kayaknya kita harus ngomong deh.. Gendis..” Ucap Kaivan tiba-tiba.

...***...

Kaivan dan Gendis sudah duduk di bangku taman depan halaman rumah. Suasana canggung masih menyelimuti keduanya.

“Aku udah ngomong sama Kaila.. buat nggak ngomong sembarangan lagi sama Shila. Maaf ya udah ngerepotin kamu Gendis.” ucap Kaivan membuka pembicaraan.

Gendis tersenyum kecil mengingat Kaila tadi sore, dengan wajah pucat ketakutan menghampirinya untuk minta maaf padanya, nampaknya Kaivan memang memarahinya habis-habisan.

Kaila memang paling takut jika dimarahi Kaivan, bahkan menurutnya Kaivan itu memang lebih menyeramkan dibanding Pak Indra, Ayahnya sendiri.

“Nggak apa-apa Mas… Kaila pasti kaget banget kamu marahin Mas.” Ucap Gendis berusaha tenang. “Lagian besok-besok Shila juga bakal lupa lagi kok.”

“Kalo nggak lupa gimana?” Ucap Kaivan tiba-tiba.

Gendis tampak mengernyit heran menatap Kaivan. “Maksudnya?”

“Ma.. maksudku.. ucapan.. Kaila ada benarnya..” ucap Kaivan ragu-ragu. “Shila itu sangat suka banget sama kamu Gendis, jadi memang nggak ada salahnya juga kalo dia mau kamu jadi Mamanya..”

“….” Gendis masih terdiam.

“Jadi sebenarnya ide Kamu dan Aku buat menikah itu tidak selamanya jelek..” Kaivan tampak berhenti sebentar dan kemudian mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin.

Sementara Gendis masih tetap tidak bersuara.

"Ditambah lagi kita sudah lama saling kenal, sejak kecil malah.. begitu juga keluarga kita..." ucap Kaivan hati-hati seraya memperhatikan ekpresi wajah Gendis yang masih terdiam.

“Jadi kamu mau nggak nikah sama aku, Gendis?” ucap Kaivan akhirnya. “Aku tahu usia kamu masih terlalu muda, bahkan beda umur kita juga lumayan jauh dan berat rasanya kalo kamu tiba-tiba jadi Ibunya Shila..” ucapan Kaivan terpotong.

“Maaf Mas… Gendis nggak bisa.” Jawab Gendis cepat seraya beranjak bangun dari duduknya. Meninggalkan Kaivan yang masih terdiam.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!