Awal Kerumitan II

“Tante Gendis katanya udah mau nikah sama Papanya Shila tapi kok malah ninggalin Shila siiih”

Gendis hanya tersenyum kecil mendengar rentetan kalimat protes Shila dari teleponnya. Entah sudah berapa kali anak itu menelponnya berkali-kali sejak kemarin, merajuk dan merengek memprotes kepergiannya yang bahkan belum sampai 24 jam ini.

“Shila sayang.. kan Tante Gendis perginya Cuma sebentar.. besok juga sudah pulang lagi ke Indonesia ketemu Shila kan?!” ucap Gendis mencoba merayu Shila.

Tutt.. tuttt.. tiba-tiba panggilan telepon terputus. Gendis yakin Shila yang menutup teleponnya karena kesal. Gadis kecil itu memang semakin pintar bertingkah saat ngambek. Siapa sangka dalam waktu kurang dari sebulan, gadis kecil itu akan resmi menjadi anaknya juga. Masih seperti mimpi, minggu lalu akhirnya Gendis menyetujui untuk menerima lamaran dari Kaivan. Bahkan keduanya juga sudah resmi bertunangan.

“Ya ampun Gendis… teleponan sama siapa sih Lo dari tadi? Curiga deh Gue.. Lo itu punya pacar ya?” ujar Tina dengan gaya khasnya saat kepo, mode mengintogerasinya sedang dalam keadaan menyala.

Gendis hanya tersenyum tipis menanggapinya. Membuat Tina semakin histeris. “Eh! Kok Lo malah senyum-senyum! Jangan bilang beneran! Rob.. Robby.. Lo sudah tahu Gendis punya pacar?”

Robby yang baru datang tampak tengah sibuk mengibaskan jasnya yang tampak basah. Ia baru saja ditabrak seseorang yang tengah membawa minuman jus, yang alhasil membasahi jasnya. Untung Prosesi wisudanya sudah selesai, jadi ia bisa dengan bebas melepas jasnya. Ketiganya saat ini memang tengah berkumpul dalam pesta setelah prosesi wisudanya di Singapura selesai.

“Iih.. Robby.. Lo dengerin Gue nggak sih?!” ujar Tina merasa tidak mendapat respon dari Robby.

“Hah? Ngomong apaan memang Lo barusan?” Tanya Robby yang memang tidak menyimak perkataan Tina.

“Ini Loh.. Si Gendis ternyata sudah punya pacar aja loh! Lo tahu nggak?!” ucap Tina mengulang pertanyaannya.

Robby seketika menghentikan kegiatannya membersihkan jasnya lalu menatap Gendis dan Tina secara bergantian. “Jangan ngaco deh Lo Tin!” protes Robby masih tidak percaya.

Tina yang masih menatap Gendis dengan penuh selidik tiba-tiba meraih jemari tangan Gendis, dan benar saja ia menemukan cincin dengan batu berlian kecil tampak melingkar dijari manis Gendis. “oh my God! Nggak Cuma punya pacar dong si Gendis ini! Tapi dia sudah tunangan! Udah mau kawin aja dong Lo!!” Seru Tina semakin heboh, hampir menarik perhatian semua orang yang berada dalam ruangan itu, untungnya dengan cepat Gendis mendekap mulut sahabatnya itu.

Sayangnya kekuatan Gendis kalah besar dengan Tina, yang memang dari segi postur tubuh jauh lebih tinggi dan berisi dibanding dengannya. Tina dengan mudahnya melepas dekapan tangan Gendis dimulutnya. “Pantes saja ya Lo nolak kerja plus lanjutin kuliah bareng kita disini! Gila sih beneran jahat banget Lo!” Protes Tina Lagi. Sementara Robby masih terdiam ditengah kedua sahabatnya itu.

“Nggak begitu ceritanyaa…” ucapan Gendis tiba-tiba terpotong ketika seorang anak tampak berlari kearahnya dan memeluknya erat.

Tanpa melihatnya pun, Gendis mengenali betul postur tubuh anak dihadapannya ini. “Shila?” ucap Gendis terkejut, belum habis rasa terkejutnya ia juga melihat sosok Kaila, lalu disusul dengan Bu Anggi dan Pak Indra yang tengah bergandengan akrab dengan Ayah dan Ibunya.

“Kok kamu bisa kesini sayang? Bukannya kamu tadi masih marah-marah sama Tante di telepon barusan? ” tanya Gendis bingung, karena melihat semua keluarga yang seharusnya ada di Semarang malah hadir menyusulnya ke Singapura sekarang.

“Hihihi.. itu akting disuruh sama Tante Kaila.. Soalnya ini namanya Surprise! Kejutan spesial untuk Tante Gendis tersayang.” Ujar Shila seraya terkikik geli mencoba menjelaskan tanpa melepaskan sedikitpun genggaman tangannya dari Gendis.

“Ini siapa? Terus mereka siapa? Keluarga Calon Suami Lo ya?” tanya Tina setengah berbisik kepada Gendis, yang dijawab dengan anggukan kepala dari Gendis.

“Woahhh…!” seru Tina seraya memukul-mukul heboh lengan Robby disampingnya. “Terus tunangan Lo yang mana orangnya?” tanya Tina seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

“Perkenalkan Saya Kaivan, tunangannya Gendis.” Tiba-tiba suara maskulin yang begitu familiar terdengar jelas dari arah samping Gendis. Nampak Kaivan tengah berdiri tegap disampingnya lengkap dengan tampilan jas rapinya.

Gendis sedikit terkejut dengan kehadiran Kaivan, pasalnya lelaki itu juga baru pagi ini mengiriminya pesan singkat mengucapkan selamat atas kelulusannya dan mengatakan masih terlibat rapat di Jakarta. Apa ini juga bagian akting seperti Shila?!

...***...

“Katanya tadi pagi Mas Kaivan masih ada rapat di Jakarta, kok sekarang sudah bisa disini?” tanya Gendis seraya menyodorkan segelas ice americano kepada Kaivan.

“Eumm.. sudah selesai rapatnya.” Jawab Kaivan cepat. Gendis masih menatapnya curiga. “Beneran kok.. ini saja aku ambil flight nya dari Jakarta.. Aku ketemu sama Shila dan yang lainnya juga di bandara.” Jelas Kaivan lagi.

“Kalo kamu lagi repot harusnya nggak usah maksain menyusul kesini Mas..” ucap Gendis merasa tidak enak.

“Sama sekali nggak repot kok. Lagian masa Shila dateng, Kaila dateng sampe Bapak Ibu dateng.. terus cuma Aku doang yang nggak dateng.” Jelas Kaivan lagi mencoba menenangkan Gendis. “Sebagai tunangan yang baik.. Aku harus dateng kan?!” ujar Kaivan dengan nada meledek.

“Tunangan? Aku kok masih geli dengernya ya Mas..” ujar Gendis seraya tertawa kecil yang dikuti juga oleh Kaivan.

“Kok geli sih.. bentar lagi kata tunangannya diganti jadi menikah loh..” ujar Kaivan mengingatkan.

Gendis nampak terdiam mendengarnya, kedua matanya menghidari tatapan matan Kaivan dan lebih memandangi Shila yang tampak sibuk memilih rasa es krim nya bersama Kaila. Shila alasan terbesarnya untuk menyetujui pernikahan ini.

Seakan mengerti dengan kegundahan hati Gendis, Kaivan nampak mengusap pelan puncak kepala Gendis. “Aku akan memastikan semuanya baik-baik aja..” Janji Kaivan dengan yakin.

...***...

“Pokoknya Gue bakal kangen berat sama Lo!” ucap Tina setengah merengek sambil terus memeluk Gendis dengan erat. Ia tengah mengantarkan sahabatnya itu ke bandara untuk kembali ke Indonesia.

“Pokoknya Gue tunggu undangannya ya! Pokoknya seragam bride maids-nya mesti nyampe ke Gue ya!” ujar Tina kemudian, yang hanya disambut dengan senyuman tipis dari Gendis.

Giliran Robby yang hendak memeluk Gendis, namun justru disambut jabatan tangan oleh Kaivan, seolah menghalangi keduanya berpelukan. “Terima Kasih banyak ya Robby, sudah jadi teman yang baik untuk Gendis, tenang saja undangan pernikahan mu dan Ayahmu, Saya pastikan akan sampai dengan selamat.” Ucap Kaivan cepat.

Gendis hanya menatap heran sikap Kaivan, yang terlihat sedkiti jutek kepada Robby. Padahal baru kemarin Kaivan bercerita mengenal baik dan bahkan pernah bekerja sama dengan keluarga Robby yang notabene sebagai Pengusaha Telekomunikasi tebesar di Indonesia.

Robby tampak tersenyum canggung menanggapi jabatan tangan oleh Kaivan. Sementara itu disamping Gendis, nampak Kaila yang sibuk menutupi wajahnya dengan majalah yang baru saja dibelinya. Kaila nampak menghindari bertatap muka dengan Robby.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!