Anna Marcella

“Jadi gimana? weekend ini kita mau ngapain? nonton ke bioskop atau dinner di restoran aja?” tanya Kaivan terus mengekori Gendis yang tengah bolak-balik di dapur, tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi.

Gendis yang risih nampak menghentikan langkahnya dan menatap Kaivan. “Perginya bertiga kan? sama Shila juga?” tanya Gendis.

“Nggak.. kita berdua aja, itu kan malam minggu” sahut Kaivan cepat.

Gendis nampak menghela nafas panjang saat mendengar ucapan Kaivan. “Mas ini udah mau ketiga kalinya berturut-turut loh kita pergi tapi nggak ngajakin Shila, kasian tau Shila..”

Memang belakangan ini Kaivan jadi sering sekali mengajak pergi Gendis, entah hanya nonton bioskop, pergi makan atau ngemall, tapi ia selalu mengajaknya pergi berdua tanpa Shila. Kaivan melontarkan banyak alasan dari nonton bioskop yang pilihan filmnya tidak ada rating untuk anak-anak, sampai restoran yang dipilih letaknya jauh dari rumah sehingga beralasan Shila akan kecapekan dijalan.

Selama pergi Shila akan dititipkan bersama Bu Tiwi atau sengaja mengundang Kaila ke rumah untuk menemaninya. Jujur Gendis merasa tidak enak jika haraus berpergian tanpa Shila, dan selain itu suasana akan menjadi lebih canggung jika hanya pergi berdua saja dengan Kaivan. Entah kenapa belakangan ini sifat Kaivan menjadi jauh lebih manis kepadanya yang kadang membuatnya jadi ikut salah tingkah.

“Ya udah nanti hari minggunya kita pergi main bareng Shila, tapi hari sabtunya kita pergi berdua aja ya..” tawar Kaivan lagi setelah melihat perubahan mimik wajah Gendis. Ia menyadari sikap Gendis menjadi semakin keibuan, ia selalu merasa kepikiran terhadap Shila setiap berpergian hanya berdua dengannya.

Namun, hal ini harus ia lakukan, sesuai “saran” Kaila, jika ia ingin menjadi lebih dekat dengan Gendis ia harus mempunyai waktu “pacaran” dengan Gendis. Mendengar kata pacaran saja sudah membuat Kaivan bersemangat, meskipun hubungan keduanya belum sampai ketahap itu. Tapi, Kaivan bertekad hal itu tidak akan lama lagi, ia berencana menyatakan perasaan sukanya kepada Gendis ketika hubungan keduanya menjadi sedikit lebih dekat lagi.

Pembicaraan keduanya tiba-tiba terhenti ketika mendengar sayup-sayup suara TV. “Kabar menghebohkan sekaligus menyenangkan datang dari Anna Marcella yang telah dinyatakan sembuh dan bebas dari tahap rehabilitasi ketergantungan Narkoba. Artis yang satu ini menyatakan akan segera kembali pulang ke Indonesia setelah lama menetap di Australia.. Apakah ini juga sebagai petanda jika ia juga akan kembali kedunia Hiburan?!”

Berbeda dengan nada ceria dan berapi-api dari cara bicara para presenter berita infotaiment di TV itu, ekspresi wajah Kaivan mendadak mengeras dan ia segera melangkah mendekati TV yang terletak di ruang keluarga yang tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Piip!

Kaivan dengan cepat mematikan televisi yang tengah memberitakan artis Anna Marcella.

“Bu Tiwi.. besok-besok nggak usah lagi nonton acara Infotaiment kayak gini lagi ya.. terutama didepan Shila.” Perintah Kaivan tegas, nada bicaranya begitu serius.

“Iya.. baik Pak..“ sahut Ibu Tiwi takut-takut.

Gendis nampak mengehela nafas menyaksikan keduanya, dengan lembut ia menepuk bahu Bu Tiwi memberinya kode untuk pergi kebelakang saja. Ia memahami betul jika Bu Tiwi saat ini tengah ketakutan mengahadapi kemarahan Kaivan, beruntung Shila tidak ada disana, ia masih berada dikamarnya tengah mandi dan berpakaian untuk bersiap ke sekolah.

Sepeninggalnya Bu Tiwi, Gendis mendekati Kaivan yang masih dengan ekspresi kesalnya masih tampak terdiam berdiri seraya berupaya memasang dasinya yang sejak tadi sudah tergantung dilehernya namun belum sempat ia pasang karena sibuk berbincang dengan Gendis. Moodnya yang tadinya begitu cerah seketika mendadak gelap terutama mendengar berita di Televisi tadi. Sampai-sampai entah sudah berapa lama ia berkutat dengan dasinya tapi tidak berhasil juga, padahal biasanya memasang dasi bukanlah hal yang sulit baginya, karena memang hampir setiap hari ia mengenakannya.

Gendis meraih gelas yang berisi teh hangat di meja sampingnya dan membawanya ke0ada Kaivan. Gendis kemudian dengan perlahan menyentuh bahu Kaivan memberi kode untuk menerima gelas teh pemberiannya.

Segera setelah Kaivan meminum teh hangatnya, Gendis dengan lembut semakin mendekat kehadapan Kaivan dan membantunya memasangkan dasi. “Makanya kalau pagi-pagi jangan marah-marah, jadi pasang dasinya nggak selesai-selesai kan.”

Kaivan nampak menaikkan sebelah alisnya. “Kamu marahin Aku?” ucap Kaivan tidak terima.

Gendis menghela nafas, kemudian sedikit mendongak memandang Kaivan. “Mana berani Aku marahin kamu Mas.” Ucap Gendis seraya menepuk pelan dada Kaivan, perbedaan tinggi keduanya membuat level pandangannya memang sebatas dada Kaivan.

“Cuma Aku itu bisa dapat komplainan dari Shila, kalau lihat Papanya yang mendadak jadi seram dan nakutin kalo marah dan ngambek nggak jelas kayak gini.. dan kayaknya juga sebentar lagi Aku juga bakal dapat curhatan dari Bu Tiwi yang abis kamu marahin tadi.” Jelas Gendis seraya memastikan dasi yang ia pasang tidak miring.

Kaivan menatap Gendis lekat-lekat, Ia sangat paham Gadis ini tengah sedikit menyindirnya, namun entah kenapa ia tidak dibuat kesal karenanya, justru perkataan Gendis sedikit membuatnya berpikir. “Memang Aku nyeremin kalo lagi marah?”

Gendis mengangguk cepat. “Iya! Lihat ini sekarang muka kamu saja masih kelihatan galak banget Mas!” ucap Gendis seraya mengusap kerutan di dahi Kaivan.

Kaivan menghela nafas panjangnya dan dengan cepat memeluk Gendis. “Anna sudah kembali Gendis… bagaimana kalau dia beneran mau ambil Shila dari Aku..” ucap Kaivan Khawatir.

Gendis belum pernah melihat Kaivan semuram ini sebelumnya. Kehadiran Anna tampaknya benar-benar sudah mengusik kehidupan mereka. Ia sudah mendengar ceritanya sebelumnya jika perebutan hak asuh Shila awalnya berlangsung sangat alot, sampai meski akhirnya hak asuh tetap jatuh kepada Kaivan karena alasan medis, Anna sang ibu kandung Shila saat itu ditetapkan tengah menajdi pecandu narkoba. Namun mengingat Anna yang sudah dinyatakan kembali sehat, bukan tidak mungkin jika Anna kembali berniat memperjuangkan hak asuh Shila.

Gendis dengan perlahan mengusap punggung Kaivan dengan lembut. “Shila nggak akan kemana-mana Mas.. kan ada Papanya, Kakek-Neneknya, Tantenya dan Mamanya disini…”

Kaivan dengan perlahan melepaskan pelukannya dan kembali menatap lekat Gendis, perempuan yang dengan sedikit perkataannya saja sudah mampu menenangkan hatinya.

“Mamanya Shila disini?” tanya Kaivan dengan ekpresi wajah pura-pura bingung.

Gendis yang memang sedikit lambat dalam menangkap jokes, menjadi ikut bingung dengan ekpresi wajah Kaivan. “Iya Mamanya Shila.. maksudnya Aku.. kok Kamu bingung sih Mas? Aku sekarang Mamanya Shila kan?”

Kaivan tertawa kecil melihat ekpresi Gendis yang nampak menggemaskan dimatanya. “Iya.. iya.. Mama Gendis, Mamanya Shila” ucap Kaivan seraya mencubit pipi Gendis dengan gemas.

Sadar tengah menjadi bahan bercandaan Kaivan, dengan cepat Gendis menarik tangan Kaivan dari pipinya. “Kamu ngeledekin Aku ya Mas?!” ucap Gendis kesal.

Bukannya menjawab Kaivan justru semakin menjadi-jadi, tidak hanya mencubit pipi kini ia sudah mencubiti pinggang Gendis.

Gendis yang memang mudah merasa geli, nampak kewalahan dengan sikap Kaivan. “Iih.. Mas Kaivan.. gelii.. kamu aku bales ya!”

Kaivan menghentikan gerakannya dan dengan cepat merentangkan kedua tangannya. “Silahkan… balas saja sekarang.” Tantang Kaivan yang membuat Gendis tersipu malu.

Dibalik gelak tawa keduanya nampak seseorang tengah memperhatikan kediaman Kaivan dan Gendis. Seorang perempuan dengan tubuh ramping, tengah memandangi rumah didepannya ini dari balik jendela sebuah Taksi.

“Maaf bu, jadi bisa kita pergi sekarang?” tanya sopir taksi menghamburkan lamunannya. Entah sudah berapa lama ia terdiam dan hanya mampu memandang kosong dengan berbagai macam pikiran berkecemuk di kepalanya.

“Ah.. maaf.. baik pak.. kita pergi sekarang..” ucap sosok perempuan itu seraya membenarkan letak kacamata hitam yang tengah ia kenakan.

“Woah.. Mbak ini artis ya?” ucap sopir taksi saat menatap pelanggannya itu dari kaca depan mobilnya.

“Ah bukan..” tolak Perempuan itu seraya menyilangkan tangannya.

“Masa sih Mbak? Mukanya mirip sama artis loh.. kayak Anna Marcella artis terkenal itu.” Sahut sopir itu ragu.

Perempuan itu hanya tersenyum tipis. “Mungkin hanya mirip Pak.” Diam-diam ia terlihat senang ternyata masih banyak orang yang mengenali dirinya, membuatnya semakin percaya diri untuk kembali ke dunia Entertaiment, kembali memiliki keuangan yang stabil dan baik demi cita-citanya dalam memperjuangkan hak asuh anaknya.

Benar, dia adalah Anna Marcella, manta istri dari Kaivan dan Ibu kandung dari Shilla.

...***...

“Mama!” teriak Shilla senang seraya melambaikan tangannya.

Gendis yang baru saja turun dari mobil nampak langsung menyambut lambaian tangan Shilla. Ia heran bagaimana bisa anak itu langsung melihat sosoknya padahal letak keduanya cukup jauh.

Namun saat Gendis berjalan mendekat kearah Shilla, ia baru menyadari ternyata lambaian tangan Shilla bukan untuknya melainkan sosok Perempuan dihadapannya. Shilla nampak berlari menghambur ke kepelukannya.

Gendis nampak mepercepat langkahnya mendekati perempuan dihadapannya itu. “Mbak Anna?”

...***...

Gendis terus menatap lekat-lekat Perempuan dihadapannya ini, meskipun tubuhnya tampak sedikit lebih kurus namun ia tidak dapat memungkirin raut wajahnya masih dapat memancarkan aura kecantikan yang luar biasa, mungkin beginilah aura seorang bintang.

“Hai Gendis… Apa kabar? Kita pernah ketemu sebelumnya kan?” ucap Anna ramah seraya memeluknya.

Gendis mengangguk pelan, ia memang pernah beberapa kali bertemu dengan Mantan istri Kaivan itu sebelumnya.

“By the way.. selamat ya atas pernikahanmu sama Kaivan.” Ucap Anna lagi.

“Ah iya.. Mba.. terima kasih” sahut Gendis canggung.

Anna nampak tertawa kecil. “Nggak usah canggung begitu sama Aku… beneran deh.. Aku itu tulus kasih ucapan selamat ke Kamu.. bagaimanapun juga Aku senang akhirnya Kaivan punya pendamping yang baru.. dan Shilla jadi punya Mama lagi.” Ucap Anna seraya menatap Shilla yang tengah sibuk bermain ayunan ditaman.

Ketiganya memang tengah berada ditaman dekat sekolah Shilla, pertemuan yang tidak diduga saat Gendis hendak menjemput Shilla pulang sekolah.

“Jujur sih agak kaget pas denger kalo Kaivan bakal nikahin Kamu, karena Kamu kan masih muda banget, apa bisa seorang seperti Kamu bakal jadi sosok Ibu yang baik buat Shilla, tapi melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau Shilla akrab dan lengket banget sama kamu, Aku jadi yakin sih.. Kamu perempuan yang baik.. bahkan jauh lebih baik dari Aku.” Ucap Anna dengan nada sendu diakhirnya.

“Aah.. nggak begitu juga.. Mbak Anna juga orang yang baik kok.” Sahut Gendis merendah, seraya menyodorkan tissu kearah Anna.

Anna meraih tisu dari Gendis seraya tersenyum tipis. “Maaf kalo kehadiran Aku mengaggetkan Kamu. Aku benar-benar tidak bermaksud menggangu Rumah Tangga kamu sama Kaivan, aku benar-benar selesai dengan Kaivan, tapi.. Aku masih boleh kan dekat dengan Shilla? Sebagai Ibunya?”

Gendis merasa iba mendengar ucapan Anna. Biarpun Shilla saat ini baik-baik saja tanpa kehadiran Ibu Kandungnya, namun rasanya memang tidak adil jika harus terus-menerus memisahkan keduanya.

Gendis mengangguk seraya tersenyum. “Tentu Mba… Tentu saja boleh.. Mbak Anna kan Mamanya Shilla.”

Anna nampak tersenyum senang seraya menghambur memeluk Gendis senang. “Makasih ya Gendis.”

...***...

“Gendis… mana Gendis?” Kaivan yang baru saja masuk kedalam rumah sudah berseru mencari Gendis kepenjuru ruangan.

Bu Tiwi tampak kaget mendengar suara Kaivan yang tidak biasanya agak tinggi saat memanggil istrinya itu. “Ibu Gendis lagi ada diatas Pak.. nemenin mbak Shila tidur siang” sahut Bu Tiwi takut-takut.

Tidak lama nampak Gendis menuruni tangga, ia nampak baru keluar dari kamar Shilla. “Kenapa Mas? Kok dateng-dateng teriak-teriak?” tanya Gendis bingung, seraya menggamit lengan Kaivan dan mengajaknya duduk. “Bu Tiwi, boleh minta tolong ambilin air minum?”

Bu Tiwi mengangguk cepat dan meninggalkan keduanya untuk menuju dapur.

Meskipun tengah kesal, Kaivan akhirnya menuruti ajakan Gendis untuk duduk. Karena emosi, Kaivan nampak menarik dasinya asal-asalan, Gendis yang melihatnya kesulitan dengan refleks membantunya. “Kamu itu Mas, kalo kesal pasti sasarannya ke dasi, dari susah masang sampe susah ngelepasnya kan?!” ucap Gendis lembut mencoba menasehati.

Kaivan jadi teringat akan tujuan utamanya tadi mencari Gendis. “Kamu diam-diam ngebiarin Shilla ketemuan sama Mamanya ya?” tanya Kaivan penuh selidik.

Gendis nampak bingung dengan pertanyaan Kaivan, sampai ia menghentikan kegiatannya membantu melepas dasi Kaivan. “Maksudnya Mas?”

“Diam-diam Kamu ngebiarin Shilla ketemu sama Anna kan? Kamu ngumpetin dari Aku kan?” tanya Kaivan kesal. “Kan sudah berapa kali aku bilang.. Aku ngelarang Kamu ketemuin Shilla sama Anna!”

Gendis nampak menghela nafas panjang. “Aku kan sudah cerita semuanya ke Kamu Mas. Iya, benar Kamu ngelarang Aku ngajakin Shilla ketemuan sama Mbak Anna, Kamu juga nyuruh Aku nolak semua undangan Anna untuk ketemu. Baik, Aku sudah ngelakuin semua yang kamu pinta. Kalo beberapa hari terakhir ini Mbak Anna berhasil ketemu Shilla ya itu pas di jam pulangnya Shilla, Mbak Anna juga sudah nungguin disana. Coba dari hal mana yang Aku nggak nurutin ucapan kamu Mas?” jelas Gendis panjang lebar.

“Aku kan nggak mungkin nolak kehadiran Mbak Anna di Sekolahnya Shilla Mas, banyak ibu-ibu temennya Shilla disana, nggak mungkin Aku mancing keributan kan. Lagipula nggak mungkin Aku larang-larang Shilla secara langsung untuk nggak ketemuan sama Mamanya, padahal Mamanya jelas ada didepannya.. apa pendapat dia nanti tentang Aku dan Kamu Mas?” Jelas Gendis lagi seraya meraih gelas dari Bu Tiwi dan memberinya kode untuk meninggalkan mereka berdua.

Kaivan tampak terdiam dan berusaha mencerna ucapan Gendis. Melihat Kaivan sudah nampak lebih tenang, Gendis nampak menepuk-nepuk pelan lengan Kaivan. “Mas mau gimanapun juga, Mbak Anna kan Mamanya Shila, nggak baik kalo misahin mereka terus-terusan.”

“Tapi Anna itu mau ngerebut hak Asuh Shila dari Aku!” sahut Kaivan kembali dengan suara meninggi.

“Nggak Mas, kamu salah paham sama Mbak Anna..” ucapan Gendis terpotong saat Kaivan mengeluarkan sebuah map dari dalam tas kerjanya.

“Anna benar-benar serius mengambil hak asuhnya. Ini surat undangan persidangan.” Sahut Kaivan kesal.

Hati Gendis nampak mencelos saat melihat surat Itu.

Terpopuler

Comments

Elfrina Binelka

Elfrina Binelka

up lg thor.. mkn seru

2022-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!