“Perkenalkan ini Robby Adiwiguna, beliau ini putra tunggal dari Bapak Ardi Wiguna juga loh pak!”
Kaivan menyambut jabatan tangan dari Robby ketika diperkenalkan oleh Wira, serkertarisnya.
“Senang bisa bekerja sama dengan Anda Pak Kaivan.” Ujar Robby seraya tersenyum.
Berbeda dengan Robby, Kaivan nampak tersenyum kaku menanggapinya. “Loh.. Anda ikut terlibat dalam proyek ini juga? Bukannya yang Saya dengar, Anda ini tengah merintis sebuah perusahaan *start up *di bidang jasa dan juga sedang melanjutkan S2 di Singapura?’ tanya Kaivan menyelidik.
“Ah.. iya.. rencana Saya mendadak berubah Pak, karena setelah dipikirkan.. bagaimanapun juga Saya juga bertanggungjawab membesarkan perusahaan Ayah Saya, ” Sahut Robby tenang.
“Lagipula rasanya lebih menyenangkan untuk memilih kembali ke tanah air, karena disinilah keluarga, sahabat dan orang-orang yang saya sayangi berada.” sambung Robby lagi. Jawaban Robby mendapat tepukan tangan kecil dari beberapa karyawan dan orang-orang pembesar yang hadir diruangan rapat. Ucapan Robby terdengar diplomatis dan sedikit patriotik.
Namun berbeda dengan respon Kaivan, ia memilih tetap terdiam dan menatap Robby lekat-lekat. Entah kenapa ia merasa tidak senang dengan fakta kehadiran Robby kembali ke Indonesia.
...***...
“Oh ya? Kamu bakalan kerja bareng sama Robby?” tanya Gendis dengan nada senang. “Woah.. seneng Aku dengernya Mas.. Robby itu orang yang pekerja keras dan kreatif loh Mas, jadi jangan remehkan dia meskipun masih fresh graduate loh ya!” puji Gendis mengingat sifat sahabatnya saat kuliah dahulu.
“Kalo pekerja keras kenapa dia milih balik ke sini? Bukannya dia udah punya usaha sendiri di Singapura? Ujung-ujungnya tetap kembali kerja sama perusahaan orangtuanya.” Sindir Kaivan tidak senang.
“Kok Kamu Julid begitu sih Mas? Nggak baik tahu..” Gendis mengingatkan Kaivan. “Seingatku, perusahaan rintisan itu bukan sepenuhnya milik Robby, dia kerjasama bareng temen-temennya, Tina juga masuk disana..”
“Dan Kamu juga hampir masuk disana juga?” tanya Kaivan sinis.
Gendis menganggukan kepalanya. “Iya hampir..” sahut Gendis pelan. “Tapi kan Aku akhirnya disini menikah sama Kamu dan jadi Mamanya Shila.”
Menyadari suasana canggung dari Kaivan, Gendis mencoba mengalihkan pembicaraannya dan kembali menceritakan tentang Robby.
“Lagipula bagaimanapun juga Robby itu anak tunggal, mungkin dia nggak ada pilihan lain selain ngelanjutin usaha orangtuanya.” sambung Gendis lagi.
Kaivan semakin tidak senang mendengar Gendis yang terdengar seperti membela Robby didepannya. “Kayaknya kenal akrab banget Kamu sama Robby! Sempet suka ya kamu sama Robby?” tanya Kaivan penuh selidik mencurigai Gendis.
“Huss! Kamu ngomong apa sih Mas! Kalo kenal baik ya jelas.. Aku itu kuliah bareng empat tahun bareng-bareng loh, dia sama akrabnya kayak Tina bagiku. Akrab itu bukan berarti suka, Aku nggak pernah suka sama Robby.”jelas Gendis seraya berjalan kearah lemari besar disamping tempat tidur, ia hendak memilih dan menyiapkan pakaian yang akan Kaivan kenakan untuk bekerja besok.
“Kalo begitu Robby yang suka sama Kamu!” ujar Kaivan lagi tetap dengan nada tidak suka.
“Nggak lah Mas.. Selera ceweknya Robby itu bukan Aku banget, dulu mantan pacarnya Robby pas kuliah itu jauh lebih cantik, dan pinter dari Aku.” Sahut Gendis lagi.
“Kamu nya saja yang nggak nyadar, kamu itu kan juga cantik dan pinter!” gerutu Kaivan lagi yang tanpa sadar tengah memuji Gendis.
Gendis yang mendengarnya tampak sedikit gugup. ia bahkan sempat berhenti sesaat dari kegiatannya merapikan baju kerja Kaivan “Ah.. udahlah.. terserah kamu lah Mas percaya atau nggak.. Aku mau tidur saja!” ucap Gendis seraya melangkah menuju keluar ke pintu kamar usai menutup lemari baju Kaivan.
“Kamu mau kemana?” tanya Kaivan berusaha menahan langkah Gendis dengan segera berdiri didepan pintu kamar, berusaha menghalanginya pergi.
Gendis menghela nafas panjangnya. “Hari ini kan giliran aku tidur sama Shila Mas.” Jelas Gendis dengan sabar seolah tengah mengajarkan kepada Shila.
“Kamu malem ini tidur disini saja ya? Aku kan belum selesai ceritanya.. ya? Lagian kayaknya Shila lupa deh kalo hari ini giliran kamu tidur sama dia?” ujar Kaivan berusaha membujuk Gendis dengan gaya yang amat mirip dengan Shila. Kelakuan Bapak dan Anak ini memang begitu mirip layaknya hasil fotocopy.
“Papa! Jangan curang! Jangan halang-halangin Mama buat tidur sama Shila ya!” teriak Shila dari balik pintu kamar.
Gendis hanya tertawa kecil saat melihat Kaivan yang tampak mendengus kesal seraya membukakan pintu kamarnya, dan disana sudah ada Shila yang tengah tersenyum penuh kemenangan.
...***...
Robby nampak tengah menatap ponselnya seraya berbaring di kamarnya, jemarinya sibuk menggulir halaman tampilan di layar ponselnya. Ia tengah membuka feed instagram milik Gendis. Matanya tengah menatap foto-foto ketika Gendis kuliah bersamanya.
Robby masih mengingat betul pertemuan pertamanya bersama Gendis, keduanya hampir bertengkar karena memperebutkan sebuah buku di perpustakaan, namun siapa sangka ternyata mereka berakhir sebagai teman sekelas yang sama. Gendis sangat berbeda dengan perempuan lainnya, statusnya sebagai penerima beasiwa membuatnya belajar lebih keras dan lebih serius dari anak lainnya. Ia hampir tidak pernah pergi nongkrong dan berpesta. Tampilannya juga jauh lebih sederhana dibanding gadis-gadis dikelasnya.
Robby juga mengakui jika mantan-mantan pacarnya banyak yang lebih cantik dan pintar dibanding Gendis, namun entah mengapa Gendis memiliki pesona sendiri dihatinya. Jika diamati lebih lama dan mendalam, Gendis memiliki paras yang terlihat manis dan cantik khas perempuan Jawa, begitupun sikapnya yang sangat santun dan lembut, namun jika masalah debat dalam berdiskusi ia adalah lawan yang cukup menyulitkan.
Dan entah sejak kapan. rasa kagum Robby terhadap Gendis berkembang menjadi rasa suka dan cinta. Namun, Saking terpesona dan sangat menghormati Gendis, ia sampai tidak berani mengungkapkan perasaannya. Sudah beberapa kali Tina, satu-satunya sahabatnya yang mengetahui perasaan hatinya untuk Gendis itu sudah mengingatkannya untuk cepat bertindak sebelum keduluan oleh pria lain. Karena menurut Tina, gadis sebaik Gendis tidak mungkin ada pria yang tidak mengincarnya.
Dan siapa sangka hal itu benar terjadi, Gendis bukan saja menjadi lebih dulu berpacaran dengan orang lain, bahkan ia sudah dinikahi oleh pria lain, Kaivan Adzhar Wasesa pengusaha di bidang advertising yang tengah naik daun, yang juga seorang duda dengan satu putri. Fakta terakhir lah yang membuat Robby agak berat merelakan Gendis dengan Kaivan. Robby merasa hidup Gendis akan menjadi lebih tidak mudah karena harus terpaksa menjadi seorang Ibu diusia muda.
Robby kembali menggulir feed instagram milik Gendis, dan sampailah ia melihat foto terbaru Gendis yang tengah diapit oleh Kaivan dan putrinya, ketiganya tengah tersenyum cerah kearah kamera. Gendis kamu itu benar-benar tengah bahagia atau pura-pura bahagia? Diam-diam Robby nampak menanyakan kebahagiaan Gendis dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Rita Riau
nah lho Robby,,,, salah kamu sendiri ga gentle,,,jgn salah kan Kaivan dan jadi pembinor,,🤔🤭🙄
2024-02-10
0