1000 Alasan Harus Bersama

“Gendis.. Ayo pulang dulu sama Ibu. Biar Shila dijaga dulu sama Kaivan dan Kaila” ajak Bu Anggi lembut. Ditatapnya Gendis yang nampak kuyu dengan kedua matanya yang sembab. Entah sudah berapa kali gadis itu menangis sejak Shila dinyatakan sakit.

Gendis menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Nggak bu.. Gendis mau disini dulu jagain Shila.”

Bu Anggi nampak menghela nafas panjang. “Kamu udah seharian di Rumah Sakit nduk, kamu bahkan belum makan dan tidur semenjak disini. Kita pulang dan istirahat sebentar ya…”

Gendis hanya terdiam dan semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada Shila yang tengah tertidur. Matanya kembali berkaca-kaca sambil memandang Shila lekat-lekat.

“Ya sudah.. nggak apa-apa Gendis disini dulu. Tapi kamu harus mau makan ya nduk, kalo Shila tau Tante tersayangnya belum makan nanti bisa-bisa kami sekeluarga yang dimarahi.” Pak Indra berusaha menengahi.

“Kaila minta tolong belikan makanan dulu buat Gendis ya, Bapak sama Ibu pulang dulu nanti sore kami datang lagi.” Pak Indra akhirnya menggandeng Bu Anggi keluar dari ruang pearawatan Shila. Kaila juga mengikuti dari belakang, menuruti perintah Ayahnya membelikan makanan untuk Gendis.

Melihat semua keluarganya beranjak keluar, Kaivan ikut bangkit dari duduknya dan ikut mengekor keluar.

“Loh kamu mau kemana?” Cegah Pak Indra. “Kamu disini aja.. Jagain Shila dan Gendis sana.”

Kaivan hanya termangu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dalam hatinya diam-diam ia merutuki perintah Ayahnya yang memaksanya menjaga Shila dan Gendis, yang artinya ia harus seruangan dengan Gendis yang masih canggung dengannya.

...***...

“Gendis… Lo mau Roti atau buah? Ada siomay sama susu juga.. Lo mau makan yang mana?” ucap Kaila seraya menyodorkan sebuah kantung berisi berbagai macam makanan. Entah sudah berapa kali ia mencoba membujuk Gendis untuk makan, dan Gendis hanya terus menolaknya.

Piip.. piip.. tiba-tiba handphone Kaila berdering, nama Ibunya tertera disana. “Tuh kan.. Gendis.. Ibuku nelpon pasti nanyain kamu udah makan atau belum. Duh aku mesti jawab apa ini..” Keluh Kaila seraya beranjak pergi, ia berencana mengangkat telepon Ibunya diluar, khawatir suaranya terlalu keras dan mengganggu istirahat Shila.

Kaivan yang sejak tadi hanya termangu terdiam di Kursi akhirnya ikut gemas melihat Gendis yang terus menolak makan, padahal Gadis itu sudah terlihat sangat lemas dan pucat. Diambilnya sebuah Roti cokelat, yang ia tahu Gendis sangat menyukainya sewaktu kecil.

“Makan dulu.” ucap Kaivan seraya menyodorkan Roti Cokelat ke arah Gendis.

Gendis yang mendengar suara Kaivan akhirnya menatap kearahnya, tidak lama kedua matanya kembali berkaca-kaca.

“Stop..stop.. jangan nangis lagi Gendis! Kamu itu udah kebanyakan nangis hari ini!” seru Kaivan panik seraya mencari tisu di meja samping tempat tidur Shila.

“Aku minta maaf Mas..” ucap Gendis pelan. “Kalo aja aku lebih perhatian ke Shila pasti nggak begini jadinya.”

Gendis terus menyesali kejadian dipagi ini. Ketika ia sibuk melengkapi berkas-berkas lamaran pekerjaannya di Singapura, ia mengabaikan makanan yang dimakan Shila. Gendis tidak memeriksa kue yang tengah dimakan Shila, karena terlalu fokus pada berkas-berkasnya, alhasil ia tidak sadar Shila tengah memakan kue yang mengandung kacang, padahal Shila memiliki alergi terhadap kacang.

Gendis tidak pernah melupakan, kejadian Shila yang tiba-tiba mengeluh sesak nafas dan berakhir dengan tidak sadarkan diri. Rasanya separuh nyawanya ikut mencelos dan hilang saat melihat Shila seperti itu, terlebih lagi semuanya terjadi karena kelalaiannya.

“Kamu mau minta maaf berapa kali lagi? Kan dokter juga sudah bilang, Shila keadaannya sekarang sudah stabil, sudah cukup oke.” Ucap Kaivan seraya menyodorkan tisu kepada Gendis.

“Tapi.. Mas..” ucapan Gendis terpotong ketika sebuah potongan Roti Cokelat masuk kedalam mulutnya, rupanya Kaivan yang tidak tahan dengan keras kepalanya Gendis menolak makanan, membuatnya memotong Roti cokelat itu dan memaksa menyuapkannya kepada Gendis.

“Dikunyah rotinya dong.” ujar Kaivan memerintah Gendis, dan seperti terhipnotis Gendis mengikuti perintahnya.

“Shila sebentar lagi sembuh, jadi nggak lucu kan kalo gantian kamu yang pingsan dan dirawat disini gara-gara nggak makan.” ucap Kaivan sedikit ketus, tapi Gendis tahu maksud Kaivan sebenarnya baik.

“Kamu tuh sebenernya nggak usah minta maaf juga ke Aku. Yah.. namanya juga anak-anak suka coba-coba segala makanan” ucap Kaivan mencoba membesarkan hati Gendis. “Lagian yang aku tahu nanti semakin besar riwayat alerginya juga bakal berkurang dan bahkan menghilang.”

“Oh ya?” tanya Gendis tertarik dengan ucapan Kaivan, ia juga tidak sadar kalau Kaivan menyuapinya sepotong roti lagi ke mulutnya.

Kaivan nampak sedikit tersenyum. Strateginya mengajak ngobrol Gendis seraya menyuapinya makanan berhasil. “Iya.. Kamu ingetkan Aku dari kecil punya alergi sama seafood?”

Gendis mengangguk cepat. “Iya.. kalau habis makan cumi Mas Kaivan pasti bakal sakit perut, terus kalau makan udang bakal gatel-gatel dan bibirnya jontor bengkak disana-sini.”

“Yah nggak usah inget bagian bibir jontornya juga dong!” gerutu Kaivan kesal yang disambut dengan tawa kecil dari Gendis.

“Jadi sekarang alergi Mas sudah sembuh?” tanya Gendis lagi, seraya terus mengunyah roti cokelatnya yang entah sudah suapan keberapa dari Kaivan.

Kaivan nampak berpikir sesaat. “Ya.. gitu deh.. Kamu lihat kan sekarang Aku sehat-sehat aja?!”

Gendis tersenyum senang seraya menatap Shila. “Syukur kalau begitu… jadi alergi Shila juga nanti bisa berkurang juga dan bahkan hilang seperti Papanya ya..”

Diam-diam Kaila tengah menatap keduanya dari celah pintu kamar perawatan yang tampak sedikit terbuka. Ia senang melihat Gendis tampak berbincang dan bahkan mau makan roti suapan dari Kaivan. Ehh.. sebentar.. sebentar itu mereka suap-suapan?

Kaila nampak tersenyum jahil dan mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya. Bahan bagus untuk dilaporkan kepada orangtuanya terutama Ibunya yang pasti kegirangan setengah mati nanti jika melihatnya.

...***...

“Shila.. bawa makanan apa itu? coba Tante lihat dulu.” Seru Gendis saat melihat Shila membawa sekantung makanan kecil.

Shila nampak menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjawab. “Ini roti kering Tante, katanya dibuatnya dari beras. Shila boleh makan kan?”

Gendis tetap menghampiri Shila dan memeriksa dengan teliti membaca kemasan makanannya.

“Tenang aja Gendis.. Makanan Shila Itu Aku yang bawa, produk baru dari perusahaanku jadi aku tahu betul bahan makanannya.” Ujar Kaivan yang tampak baru datang dari arah belakang Gendis.

Semenjak kejadian Shila pingsan akibat makan Kue Kacang, Gendis memang menjadi sangat ekstra perhatian dengan makanan yang Shila makan.

“Tante Gendis kok rapi dan cantik sekali?” ujar Shila tiba-tiba mengomentari tampilan Gendis saat ini. Shila mengenakan kemeja biru muda dan blazer navy yang warnanya juga senada dengan rok sepan selututnya.

Mendengar perkataan Shila, membuat Kaivan ikut memperhatikan penampilan Gendis, bukan hanya berpakaian formal, wajah Gendis juga tampak mengenakan riasan meskipun tipis tapi cukup terlihat lebih berwarna dibandingkan penampilan biasanya.

Gendis nampak tersenyum kaku. “Tante Gendis izin pergi ke studio foto sebentaaar saja ya..”

“Foto buat apa Tante?” tanya Shila penasaran.

Gendis nampak terdiam sesaat, sampai kemudian berusaha menjelaskan pelan-pelan kepada Shila. “Eumm.. Shila inget kan.. Kalo Tante Gendis sekolahnya di Singapura? Nah.. rencananya minggu depan Tante mau pergi lagi kesana untuk menyelesaikan urusan sekolah dan lanjut bekerja.”

“Tante perginya berapa lama?” Tanya Shila lagi.

Gendis tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian sedikit tersenyum canggung. “Tante Gendis belum tahu sayang…”

Shila nampak memutar kedua bola matanya, ekspresi khasnya saat berpikir. “Kalau jawabannya belum tahu.. berarti perginya bisa jadi lamaaa sekali dong.”

Diam-diam Gendis memuji kecerdasan cara Shila berfikir.

“Kalau begitu Shila boleh ikut?” tanya Shila tiba-tiba yang membuat Gendis terkejut dan reflek menatap Kaivan seolah meminta bantuannya untuk menjawab pertanyaan Shila.

“Kalau Shila nggak boleh ikut, gimana kalau Tante Shila aja yang nggak usah pergi jauh-jauh kesana? Tante Shila kerjanya sama Ayah Gendis aja?” Ujar Shila kembali mengejutkan keduanya.

“Jangan pergi ya Tante Gendis… please…” ucap Shila seraya menggamit kedua tangan Gendis.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!