Ala's POV
"Pak? Masih lama gak?" Kesabaran ku seperti begitu terbatas jika menyangkut tentang Felix.
"Tidak, Non. Sebentar lagi sampai, tinggal belok kiri di pertigaan depan, Non." Jawab pak Anto.
"Gak sabaran banget sih." Entah mengapa gumaman Felix sering kali kudengar.
Saat aku ingin membalas gumaman Felix, pak Anto sudah bersuara yang membuatku mengurungkan niat untuk membalas. "Nah, itu sudah sampai, Non."
Dari jendela mobil terlihat desain restoran yang begitu mewah dan apik. Banyak orang berlalu lalang di kawasan parkir karena memang tempat parkir begitu luas. Dari luar resto, orang luar bisa melihat penampakan dalam resto yang dindingnya memang di dominasi oleh kaca.
Sesaat aku melihat kebanyakan pengunjung adalah sepasang muda-mudi yang mungkin sedang ngedate atau sekedar hangout bersama. Mungkin aku bisa mengira rata-rata usia mereka sekitar 15-20 tahun?
Mobil sudah terparkir rapi, aku dan Felix keluar dari mobil. Namun, baru dua langkah kami berjalan, Felix berbalik kembali ke mobil. Sayup-sayup aku mendengar dia bertanya pada pak Anto. "Gak ikut turun dan makan, Pak?" Tanya Felix..
"Gak usah, mas. Saya sudah makan tadi." Entah jujur atau tidak perkataan pak Anto tentang makan. Yang jelas aku salut akan sifat Felix yang tidak pernah memandang rendah pada orang lain.
"Yaudah pak, kalau lapar nanti masuk aja nyari keberadaan kita. Atau telpon kak Ala juga boleh." Ujar Felix.
"Siap, Mas."
Felix berlari kecil menuju ke arahku lalu meraih tanganku untuk digandeng. Aku jadi merasa seperti anak bocah sama seperti nya, namun kali ini aku pasrah dan tidak memberontak.
Dalam hati aku menemukan kenyamanan ketika Felix menggandeng tanganku erat. Umurku mungkin sudah 29 tahun, tapi soal cinta? Aku hanyalah seorang newbie yang baru dalam hal percintaan.
Kulihat Felix mengedarkan pandangan mencari kursi yang kosong untuk bisa di duduki. Mungkin karena ini malam minggu, banyak pasangan yang memilih resto ini untuk melewatkan makan malam bersama dengan orang tercinta.
Wait, apakah aku juga orang tercinta bagi Felix? Aku menghela napas kasar. Rupanya berbaur dengan Felix si bocah SMA membuat cara berpikir ku juga sama seperti bocah SMA yang sedang kesengsem cinta.
"Tenang, masih ada kursi kosong kok. Yuk!" Mungkin Felix mendengar helaan napas ku.
Tangan Felix masih menarik tanganku melewati meja kursi yang sudah penuh oleh orang lain. Sampai di meja kursi yang berada dipojok belakang dekat tembok, Felix mempersilahkan aku untuk duduk.
"Sori ya, tinggal meja ini. Yang lain udah penuh soalnya. Kalau weekend emang rame sih disini, kalau hari biasa sepi paling cuma satu atau dua pengunjung yang datang." Tukas Felix. Ia memilih duduk di kursi yang berada di depanku.
"Emang kamu sering dateng kesini, ya?"
"Lumayan, teman-teman ku sering ngajak makan kesini." Jawab Felix.
Mulut ku ber-O ria. Sedetik kemudian, pelayan pria datang dan memberi daftar menu kepada kami.
Keningku mengernyit. "Apa ini? Taboki?"
Felix tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan ku. Aku juga melihat pelayan pria tadi sedang menatap ke arah lain, seperti sedang menahan ketawa terlihat dari kedua bahunya yang sedikit berguncang. "Kenapa?" Aku bertanya karena memang benar-benar tidak tahu.
"Haha, belum pernah makan makanan Korea ya, Kak?" Felix mengusap ujung mata yang sudah basah karena tertawa.
Aku menggelengkan kepala. "Belum. Lagian ini kok namanya aneh-aneh? Taboki, rampoki.."
Ucapan ku belum selesai namun Felix kembali tertawa terbahak-bahak dan kali ini si pelayan pria tidak malu lagi menunjukkan tawanya. "Hahaha, haduh Kak! Itu bacanya toboki bukan tabok-i! terus rabokki bukan rampok-i!" Jelas Felix.
Aku mendengus sebal. "Ya emangnya aku tahu?"
Tawa Felix mulai mereda. "Ehem. Maaf ya kak. Tadi niat hati aku ingin menghibur kakak, eh malah aku yang jadi terhibur."
Mataku menangkap senyum yang tercetak di bibir Felix. Senyum tulus ala kadarnya yang biasa di perlihatkan Felix membuat ketampanannya semakin meningkat.
"Aku pesan apa aja deh kalau gitu, yang sekiranya enak." Aku akhirnya mengalah.
"Ok, pesan tteokbokki 1, rabokki 1, patbingsoo 1, sama Jajangmyeon 1." Felix mengakhiri pesanannya dan si pelayan mengatakan ulang menu yang sudah dipesan Felix.
Setelah pelayan pamit pergi, Aku bertanya. "Kok pesannya cuma satu semua?"
"Semua menu Korea itu biasanya porsi besar. Bisa buat 2-3 orang." Jawab Felix.
Aku menganggukkan kepala.
"Oh ya, Kak. Sebenarnya.. Ada alasan lain aku ngajak kakak kesini." Aku menatap Felix yang seperti ingin berbicara serius.
"Alasan apa?"
"Aku cuman mau ngomong. Emm, kalau aku bersedia untuk menikah dengan kamu, Kak." Kali ini wajah Felix terlihat begitu serius. Aku mengamati dalam ekspresi Felix berharap kalau yang diucapkan bukan sebuah keusilan.
Tanganku terlipat di depan dada. "Kamu serius?"
"Aku serius, Kak. Dan aku ingin jujur sekalian aja, kalau aku ingin menikah karena ingin membantu perusahaan papa. Belakangan ini beliau sedang stres menghadapi saham perusahaan yang sedang anjlok."
Sekali lagi aku tertegun melihat Felix yang selalu mengutamakan orang sekelilingnya dibanding dirinya sendiri.
Percakapan ku dengan Felix terjeda ketika seorang pelayan datang membawakan pesanan yang sudah di pesan Felix. Keningku mengernyit mendapati bentuk makanan yang asing di mataku.
Dalam wadah mangkok sebesar baskom, di dalamnya terdapat makanan berwarna putih dengan kuah berwarna oranye kemerah-merahan.
Pelayan menyajikan dua makanan lainnya yang tentu aku belum pernah melihat apalagi merasakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
moga apa yang diucapkan oleh Felix benaran dan smoga akan ada cinta yang hadir diantara mereka..
2023-02-24
1
Natha
Wahhhh... Kakak Ala cakep curang nih.. 😁 curi start bucin duluan 🤣🤣🤣🤣
2022-02-15
5
Auliazahra 1602
mnaa upny kak ...ditungguin
2022-01-02
0