Ala's Pov
Aku berjalan dengan cepat sambil menatap layar handphone untuk mencari kontak pak Andi, setelah menemukan nomornya aku langsung memanggil pak Anto untuk segera menemui ku di lobby.
Aku memilih berdiri di dekat satpam yang berdiri di dekat pintu, rasa marah dan kesal bercampur menjadi satu karena Asoka dan Felix. Padahal, aku selalu susah untuk mengatur mood ku menjadi bagus.
Tangan Felix menepuk sebelah bahuku. "Kak! Kok aku ditinggalin sih." Aku bergeming. Malas rasanya untuk menjawab pertanyaan Felix. Rasa sebal akibat mendengar panggilan 'kak' kepada Jessie masih terasa. Biarlah aku dikata kekanak-kanakan karena memang rasanya begitu menyebalkan.
"Kok diem sih." Felix masih mencoba mengajakku bicara.
Sedetik kemudian aku melihat mobilku berhenti di depan pintu masuk, aku langsung bergegas menuju mobilku.
Tanpa basa-basi aku langsung membuka pintu, masuk dan menutupnya dengan keras hingga pak Anto yang di dalam terkaget mendengarnya. Felix menyusul dan duduk di sampingku.
"Pulang, Pak!" Titah ku pada pak Anto.
"Baik, Non." Jawab pak Anto.
Mataku langsung mengarah ke jendela untuk menghindari Felix. Aku teringat kembali percakapan dengan kak Asoka yang membuatku sebal.
"Lepasin, Kak. Apaan sih pake narik tanganku segala!" Tanganku langsung dilepas kak Asoka begitu sampai di tempat yang sepi.
Kak Asoka berkacak pinggang menatap wajahku. Matanya mengkilat menunjukkan kemarahan. "Kamu gak ada pria lain apa?"
"Apa? Maksud kakak apa sih?" Aku begitu sebal dengan Kak Asoka yang tiba-tiba mengajukan pertanyaan seperti itu setelah sekian lama menghilang dari pandangan.
Wajah kak Asoka mendekat ke arahku dan berbisik. "Itu tadi, calon yang akan dijodohkan sama kamu kan?"
Daguku terangkat, aku memberanikan diri menantang kak Asoka. "Kalau iya kenapa?"
"Dia itu masih bocah, La! Kamu gila apa? Jangan hanya karena kakek yang minta, terus kamu jadi pasrah gitu nurutin keinginan kakek!" Ucap kak Asoka dengan emosi.
Aku terkejut mendengar kak Asoka yang ternyata sudah mengetahui tentang perjodohan ku dan usia Felix. "Darimana kakak tahu?"
"Itu gak penting, La. Yang terpenting adalah kebahagiaanmu!" Kedua tangan kak Asoka memegang erat kedua bahu ku. "Ala, dengerin kakak! Sekarang kamu sudah besar, harus sudah bisa menentukan sendiri apa yang kamu suka dan tidak. Hidupmu bukan milik orang lain, jadi kamu tidak harus menuruti keinginan orang lain untuk memenuhi rasa puas mereka."
"Lalu, apa bedanya kakak dengan kakek? Bukankah dengan kakak bilang seperti itu tidak ada bedanya dengan kakek?" Bibir ku bergetar saat berucap.
"Tidak! Kakak tidak memaksakan kehendak seperti kakek!" Ucap kak Asoka.
Bulir air mata menggenang di pelupuk mata ku. "Memang kakak tahu apa tentang keinginan ku? Kakak yang sedari dulu selalu pergi dari rumah sesuka hati meninggalkanku sendiri, tahu apa tentang keinginan ku?"
Aku menangis tergugu. Hal sesak yang sedari dulu aku tahan kini ku ungkapkan di depan kak Asoka. Ia selalu egois pergi mencari tujuan hidupnya sendiri tanpa melihat sekelilingnya yang terluka akan kepergiannya dari rumah.
Kak Asoka terlihat kaget melihatku, sebelum bibir kak Asoka bersuara lagi aku berucap. "Udahlah kak, kalau urusan kakak saja tidak mau dicampuri. Jangan ikut campur juga dengan urusanku! Seperti kata kakak, aku juga sudah besar, sudah bisa menentukan sendiri apa yang suka!"
Aku bergegas meninggalkan kak Asoka yang masih bergeming sambil mengusap air mata yang masih meleleh di pipiku. Sebelum aku kembali ke tempat keramaian, aku menarik napas dalam dan menghembuskan nya pelan. Agar tak diketahui orang lain kalau aku habis menangis.
Namun hatiku kembali memanas kala melihat Felix yang dengan mudahnya membaur dengan Jessie. Aku melihatnya tertawa dengan wanita lain membuat rasa tidak suka dalam hatiku muncul. Ku putuskan untuk menghampiri mereka berdua dan mengajak Felix pulang.
Dan disinilah aku sekarang, berada di mobil untuk perjalanan pulang. Namun, aku terkejut saat aku menyadari jalanan yang dilewati begitu asing, lalu aku bertanya pada pak Anto. "Loh, Pak? Kita mau kemana kok jalannya beda dari yang kita lewati tadi?"
"Loh? Kan tadi mas Felix yang minta ke arah restoran Korea di Jl.xxx, Non?" Jawab pak Anto sambil melihat kaca atas.
Keningku mengernyit lalu beralih menatap Felix yang ternyata juga sedang menatapku. "Emang tadi gak denger aku bilang pengen ke restoran Korea ke pak Anto?" Tanya Felix.
Aku hanya menggelengkan kepala. Lalu aku melihat wajah Felix yang maju mendekat ke wajahku. Sontak aku mengundurkan wajahku kebelakang hingga terbentur jendela mobil. "Kamu apaan sih?" Aku memekik karena panik.
Gerakan Felix terhenti namun matanya masih menelusuri wajahku. "Kamu habis nangis, Ya?"
Mataku terbelalak karena mendengar pertanyaannya. Tanganku mendorong dada Felix agar bergeser. "Apaan sih, siapa juga yang habis nangis!" Aku membuang muka agar tak di tatap Felix.
"Yaudah sih gak usah ngegas!" Felix mulai terlihat sebal.
"Lagian kenapa kita mau ke restoran? Kan tadi aku bilang pengennya pulang!" Aku memprotes sikap Felix yang tiba-tiba ingin mengajakku ke restoran.
"Laper." Mungkin Felix masih sebal dengan ku karena ia menjawab dengan singkat dan tanpa menoleh ke arahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Chen Wasih
cerita nya bagus,,,tapi aodio nya ngk ada,,,baca lama bikin mata ku sakit thorr
2022-03-27
2
Natha
Cieee.. yang main cemburu ajeee..
woi.. ingat kontrak pernikahan oii🤣🤣🤭🤭🤭🤭
2022-02-15
9
mamak"e wonk
walaupun masih muda sikap felix dewasa juga...💋
2022-01-31
1