Di sisi lain, nampak riuh ramai dari penonton yang menyimak pertandingan basket antar sekolah. Di antara baris penonton, suara para perempuan yang menjerit menyoraki nama seorang lelaki lah yang mendominasi.
"Feliiix!! Semangat Feliix!!" Sorakan mereka membuat beberapa orang yang duduk di samping mereka merasa risih.
Selang setengah jam pertandingan, kemenangan di dapat oleh SMAN 68. Sorakan kemenangan semakin riuh terdengar. Dengan bangga tim basket SMAN 68 menggendong pemain lelaki yang menjadi pentolan tim dengan nama punggung 'Felix P'.
"Felix, ini buat kamu." Seorang gadis cantik menyodorkan minuman dingin ke Felix.
"Makasih." Felix tersenyum ramah. Gadis itu tersipu malu dan berbalik badan meninggalkan Felix.
"Wih, gila! Itu tadi bukannya Adelai ya? Beruntung banget lo!" Celetuk teman satu timnya.
Felix mengendikkan bahunya. "Yah gitu deh."
Kesombongan terlihat dari wajahnya. Wajah tampan, populer, dan berprestasi di bidang olahraga cukup untuk membuat dirinya sendiri bangga.
Tak usah Felix yang mengejar para gadis karena justru para gadis lah yang terus mendekatinya silih berganti. Cap playboy yang ada pada dirinya sudah menjadi rahasia umum mengingat dirinya yang sering gonta-ganti pacar.
"Ayaaang!!" Pekik seorang gadis dari kejauhan kala melihat Felix yang berada di parkir.
Felix memutar bola matanya, ia nampak enggan melihat wajah gadis tersebut.
"Feliix, tunggu dulu. Kenapa tadi pagi aku gak kamu jemput?" Tanya gadis imut tersebut dengan bibir yang mengerucut.
"Sera! Kita itu udah gak ada hubungan apa-apa. Apa kurang jelas kalau kemarin kamu udah aku putusin?!" Bentak Felix.
"Tapi aku masih sayang sama kamu!" Tangan Sera berusaha menarik lengan Felix.
"Tapi aku gak!!" Felix menepis tangan Sera dengan kasar, dengan cepat ia melajukan motornya meninggalkan Sera yang terus meneriakkan namanya.
"Felix!Felix!" Sera berusaha mengejar motor Felix namun gagal. "Hih!! Awas kamu Felix!! Tunggu balasan dariku! Aarrgh!" Pekik Sera.
Bukan sekali atau dua kali Felix dikejar para gadis macam Sera. Bagi Felix, para gadis yang di pacarinya hanyalah sekedar mainan untuk hiburan di kala suntuk. Jika sudah bosan, ia akan memutuskan gadis tersebut dan beralih mencari gadis yang baru.
Namun jangan salah, meski ia sering gonta-ganti pacar, tak ada satupun dari mereka yang Felix sentuh tubuhnya. Hanya ada satu gadis yang pernah ia sentuh bibirnya, lewat ciuman perpisahan 2 tahun lalu. 'Hilda' adalah nama gadis tersebut. Ia mengikuti ayahnya yang pindah dinas ke Belanda.
Tak terasa motor yang melaju cepat sudah sampai di pekarangan rumahnya. Kening Felix mengerut, matanya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Tumben papa udah pulang jam segini." Gumam Felix.
Jam masih menunjukkan pukul 15.45 WIB, papa Felix yang bernama Steve Purnomo adalah CEO perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian. Ia biasa pulang larut malam membuat Felix terheran karena mobil yang biasa membawa papa nya kerja sudah terparkir di halaman rumah.
"Assalamu'alaikum. Felix pulang!" Ucap Felix memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam. Eh, anak papa udah pulang. Sini, duduk dulu! Ada yang mau papa bicarakan." Sahut Steve yang tengah duduk di sofa.
Felix mendudukkan pantatnya di sofa samping Steve. "Tumben papa udah pulang. Ada hal penting apa?" Tanya Felix.
"Iya, sayang. Ada hal penting yang menyangkut dirimu." mama Felix- Fara ikut menyahut dengan membawa secangkir hangat di atas nampan.
"Ini, pa! kopinya." Fara meletakkan secangkir kopi untuk suaminya.
"Makasih sayang!" Jawab Steve yang langsung menyesap kopi tersebut.
"Emang ada apa sih, pa?" Tanya Felix yang mulai penasaran.
Steve meletakkan cangkir kopinya di meja. "Gini, Fel. Kamu akan segera menikah." Ujar Steve.
Ucapan Steve bak petir di siang bolong. "Apa??! Papa lg main prank ya? Mana kamera nya? Mana??" Felix menoleh kanan-kiri.
"Haha, papa gak becanda. Besok minggu kita berkunjung ke calon istrimu untuk berkenalan."
"Ma! Papa lagi becanda kan?" Felix berganti menatap ibunya.
Fara menggeleng. "Papa kamu serius, Fel. Ini semua karena perjanjian dari kakek mu."
"Perjanjian apa?"
Steve menceritakan semua perjanjian dari awal sampai akhir.
Wajah Felix memucat. "Tapi pa, kan aku masih SMA! Masak udah disuruh nikah, lagian papa gak mikir aku belum kuliah dan kerja!"
"Tenang, Fel. Papa udah mikirin itu semua, meski kamu nanti sudah menikah itu tidak akan menyulitkan langkahmu untuk melanjutkan sekolah dan kuliah. Kamu kan pria, menikah gak akan terlihat bedanya."
"Terus gimana kata teman-teman ku nanti, Pa. Aku ini anak populer, pasti mereka akan mengejekku karena sudah menikah. Di tambah, aku belum punya penghasilan! Istriku nanti mau di kasih makan apa?" Elak Felix.
"Wah, ternyata anak kita udah besar ya Pa! Sudah mampu berpikir ke depan!" Sahut Fara dengan kagum.
"Iya ma, papa semakin percaya untuk menikahkan Felix. Gini Fel, soal penghasilan mereka tidak akan mempermasalahkan. Lagi pula nanti pasti akan ada waktunya kamu bisa bekerja. Soal teman-teman, kan kamu bisa merahasiakan? Papa juga akan memberi kebebasan untukmu kuliah di jurusan apapun. Papa tidak akan memaksa lagi supaya kamu kuliah di jurusan bisnis."
"Serius, Pa? Kalau gak kuliah juga boleh Pa?"
Steve menatap tajam ke arah Felix. "Oke, oke Felix setuju untuk menikah." Jawab Felix dengan cengengesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Wiek Soen
mampir Thor
2023-07-04
0
Natha
Jadi penasaran..
saat dipertemukan.. menolak atau malah saling tersepona..😁 ehhh..
terpesona 🌹🌹❤️❤️❤️
2022-02-15
5
Zain Zain
bagus novel nya
2022-02-08
0