Episode 8

Suara pintu terbuka membuat Ala menoleh ke arah pintu. "Ibu? Ada apa?"

Bibir Arina mengulum senyum menatap putrinya yang nampak cantik dengan balutan dress hitam selutut, polos namun elegan. Bagian atas dress terbuka sedikit menampilkan leher dan dadanya yang mulus menawan.

Arina menghampiri Ala, tangannya memegang kedua bahu Ala. "Bagaimana sayang? Kamu beneran mau lanjut menikah dengan Felix?"

Kening Ala mengerut. "Emang kenapa bu?"

Tangan Arina mengelus putrinya dengan lembut. "Pernikahan itu adalah hal yang sakral, La. Jangan hanya karena suatu hal, kamu jadi bermain-main dengan pernikahan ini."

Deg. Ala seperti tertampar dengan perkataan ibu nya. Pasalnya, setelah pertemuannya yang terakhir dengan Felix, ia sudah merencanakan banyak syarat untuk Felix ketika kelak sudah menjadi suaminya. "Emm, Ala boleh jujur gak, Bu?"

"Mending kita ngobrolnya sambil duduk dulu aja." Arina menarik tangan Ala untuk duduk di sofa panjang yang terletak di sebelah nakas.

"Coba ibu mau dengar apa yang mau kamu bicarakan." Ucap Arina.

"Sebenarnya Ala kemarin bertemu sendirian dengan Felix. Terus membujuknya biar dia bersedia menikah denganku karena aku gak mau ngecewain kakek, Bu. Aku juga berencana untuk memberitahu syarat untuknya jika kita sudah menikah nanti." Ujar Ala dengan menutup mata. Sebenarnya ia malu untuk mengungkapkan hal seperti ini ke ibunya.

Arina sedikit terkejut mendengar pengakuan putrinya. "Ala, kalau menurut ibu jika kamu tidak yakin dengan Felix mending kamu bilang ke kakek untuk menikah dengan orang lain saja. Ibu ingin putri ibu satu-satunya menikah sekali seumur hidup dan bahagia. Jadi pikirkan baik-baik! Tapi, jika memang menurutmu Felix adalah pilihan yang tepat maka ibu akan terus mendukungmu untuk maju."

"Kalau dulu, bagaimana ibu bisa yakin untuk menerima pinangan dari ayah?"

Mata Arina beralih ke depan mencoba mengingat masa lalunya. "Dulu, ibu memang sudah terlebih dahulu memiliki rasa cinta sebelum menikah dengan ayahmu. Namun percayalah, modal cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan rumah tangga. Badai akan menerpa di setiap rumah tangga seseorang, hanya mereka yang bisa menekan ego masing-masing lah yang mampu bertahan sampai badai tersebut berlalu."

Otak Ala berpikir keras untuk mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh ibunya. Baginya mempelajari segala permasalahan di kantor lebih mudah dibanding mempelajari tentang cinta dan rumah tangga.

Wajah Ala yang kebingungan tertangkap oleh netra ibunya. "Jangan dipikir terlalu berat, suatu saat kamu akan mengerti maksud ibu. Yang terpenting ikuti dulu apa yang akan menjadi takdirmu, Sayang."

Bibir Ala mengulum senyum, ia merasa syukur hidup di keluarga yang berkecukupan dan memiliki ibu yang begitu hangat. "Makasih bu."

Tubuh keduanya saling berpelukan erat menunjukkan kasih sayang antara ibu dan anak. Namun suara ketukan pintu disertai ucapan dari balik pintu membuat keduanya melepas pelukan. "Maaf non Ala, pak Heru menyuruh nona untuk segera keluar. Beliau bilang tuan Felix sudah datang." Ternyata suara dari bu Yayuk, seorang pelayan yang sudah melayani keluarga Kusuma 11 tahun lamanya.

"Iya, Yuk! Bilang Ala akan segera keluar!" Jawab Arina dengan sedikit berteriak.

"Baik, Nyonya."

Arina beralih ke putrinya. "Nah, sekarang kamu temui dulu. Ibu yakin pasti setelah ini kamu bisa tahu apa yang harus kamu lakukan."

Ala mengangguk pelan dan beranjak dari sofa untuk keluar menuju ruang tengah.

Sayup-sayup Ala sudah mendengar suara Felix dan kakeknya meski ia belum benar-benar sampai di ruang tengah. Saat ia menengok dari balik tangga, matanya menangkap rupa ceria yang di tampilkan dari Felix. Ia begitu luwes mengobrol santai dengan kakek Ala.

"Ayo, kita berangkat." Ucap Ala tanpa basa-basi saat menghampiri Felix.

"Felix baru ngobrol dengan kakek! Tunggu sebentar lah!" Protes Heru.

"Tapi ini Ala udah sengaja terlambat 5 menit lho, Kek. Padahal belum perjalanan dari sini ke sana, ntar kalau.."

"Alah, yaudah! Pergi sana!" Usir Heru dengan Kesal, Ala memang terlalu kaku seperti ayahnya. Heru berharap Ala bisa menikah dengan seorang yang lebih luwes seperti Felix agar hidupnya tidak terlalu monoton.

"Tenang, Kek. Kapan-kapan Felix akan datang lagi dan kita bisa ngobrol lebih leluasa." Felix senang dengan perlakuan Heru kepadanya yang begitu ramah, tidak seperti kakeknya yang sudah meninggal. Kakeknya semasa hidup tidak terlalu dekat dengan anak dan cucunya.

"Wah, boleh! Tapi pastikan datang sendiri dan tidak sedang ada janji dengan Ala ya! Biar tidak ada yang mengganggu." Ucap Heru dengan terkekeh.

"Siap Kek." Felix menunjukkan dengan tangan hormatnya ala tentara dan mereka berdua pun tertawa bersama.

Ala hanya memutar kedua bola matanya menatap kelakuan kedua pria tersebut. Yang satu kelakuannya seperti bocah, yang satu memang masih bocah.

Terpopuler

Comments

Dewi

Dewi

suka banget kalau tentang anak SMA sama yang lebih dewasa🤭🤭

2022-01-19

0

❤️

❤️

klo bisa up ny sehari 3x ya Thor 🙏

2021-12-29

2

❤️

❤️

lanjut thor...... cerita ny menarik dan bikin nagih pengen baca terus

2021-12-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!