Episode 4

Pov Felix

Malam kali ini terasa berbeda, aku akan mengunjungi seseorang yang akan menjadi calon istriku. Aku selalu percaya diri dengan penampilanku, siapa yang akan menolak pesona seorang Felix? Aku menatap cermin kamar mandi dan menatap wajahku yang begitu sempurna.

Karena mood ku yang sedang baik, aku menari ala 'Oppa' Korea seperti yang para gadis teriakan ketika melihatku. Aku teringat mereka sering berteriak ketika aku lewat dengan panggilan 'Oppa'. Awalnya aku marah karena tampang ku yang masih muda dan tampan ini malah di panggil 'Opa' oleh mereka. Lalu mereka menjelaskan kata 'Oppa' yang mereka maksud.

Rasa percaya diriku semakin meningkat setelah mengetahui arti kata 'Oppa'. Aku jadi semakin tertarik untuk kenal dengan dunia K-pop tentu tanpa sepengetahuan yang lain. Diam-diam aku belajar menari dan menyukai musik-musik mereka. Kenapa diam-diam? Ya karena teman-temanku yang laki-laki menganggap pria K-pop adalah banci, sampah, dan plastik.

Lagu yang ku putar kali ini adalah 'Sticker' dari NCT 127. Beat nya asik, membuat tubuhku seketika bergerak mengikuti irama musik.

Dan.. Inilah bagian lirik yang ku suka. "Who put this all together, i'm the sticker for your love!" Ketika sampai di lirik tersebut pasti aku akan ikut menyanyi.

Aktivitasku seketika terhenti kala suara ketukan pintu kamar dan teriakan terdengar sampai di kamar mandi. "Fel, selesai belum? Udah telat nih!!" Jerit suara mama dari balik pintu.

"Yah, padahal belum selesai." Aku bergumam sambil mematikan smartphone yang masih memutar lagu. "Bentar ma! Felix lagi ganti baju!" Aku teriak dari kamar mandi.

"Oke." Sahut mama.

Aku keluar dari kamar mandi dan membuka lemari dengan cepat, pilihanku jatuh ke perpaduan X8 White Shirt, Tolliver long chinos biru tua, dan adidas match court shoes. Tak lupa aku memakai outerwear tipis berwarna gelap. Jam tangan dari Rolex pun sudah ku sematkan di pergelangan tangan kiriku.

***

"Ma! Emang mama udah kenal sama calon istriku nanti?" Tanyaku yang berusaha memecah keheningan di dalam mobil.

"Ciyee, sekarang manggilnya 'calon istriku'" Yang kutanya mama yang menyahut malah papa.

Mama juga terlihat kompak tertawa mengejekku. "Jangan gitu dong sayang, nanti Felix jadi malu tuh." Aku hanya memutar bola mata mendengar godaan mama.

"Mama sama papa belum kenal, Fel. Ini juga pertama kali buat kami untuk mengenal. Tapi kalau kakek dan ayah nya papa sudah tentu kenal karena merekalah yang sering membantu perusahaan kita ketika ada kendala." Jawab papa.

Mulutku ber-O ria dengan jawaban papa.

"Nah itu rumahnya udah terlihat. Siapkan dirimu dengan baik, Fel. Papa ingin kamu bersikap sopan dan santun dihadapan mereka. Jaga nama baik kakek. Mengerti?"

"Iya, Pa." Jawabku dengan malas.

Saat mobil sudah memasuki gerbang rumah, aku sedikit terkejut karena jarak antar gerbang menuju rumah yang sedikit jauh. Mataku membulat ketika mobil sudah sampai di rumah tersebut. 'What the hell! Ini sih bukan rumah tapi istana!'

Aku bukan bermaksud untuk norak, meski rumahku juga besar tapi rumah itu lebih besar dengan interior yang lebih mewah tentunya. 'Sial, pantes aja papa sama mama bersikeras ingin menikahkan ku dengan cucu keluarga ini. Kaya 7 turunan ternyata!'

"Selamat datang di kediaman Kusuma. Silahkan Tuan dan Nyonya sudah ditunggu di dalam." Seorang pria paruh baya menyambut kami ketika turun dari mobil.

Kami mengikuti pria paruh baya tersebut memasuki rumah yang begitu mewah, terlihat sekumpulan orang yang tengah duduk di sofa, namun mataku terpana melihat seorang gadis yang begitu cantik dengan polesan tipis di wajahnya. Pesonanya begitu memikat hingga seolah aku terkunci untuk melihat dirinya saja.

"Fel."

Aku terkejut dengan tangan mama yang menyenggol bahuku. "Eh iya ma?"

"Sini duduk." Mama menyuruhku duduk yang masih berdiri melamun.

Aku mendudukkan pantatku di sofa di samping mama.

"Bagaimana kabarmu, Steve?"

"Alhamdulillah baik, bagaimana dengan kabar anda pak Hiromi?"

Para orang tua saling menyapa dan beramah tamah, pandanganku masih tertuju pada gadis yang rautnya begitu tenang, dewasa namun sekaligus imut. Ah, aku sampai bingung untuk mendeskripsikan nya. Dia mirip dengan Miyawaki Sakura yang sering ku tonton ketika berada di ajang survival 'Produce 48'.

"Oh iya, kita lanjut berbincang dengan makan malam bersama. Kali ini khusus saya hidangkan makanan barat dari koki ternama untuk keluargamu, Steven." Ucap pria tua yang mengaku bernama Heru Kusuma. Dialah orang yang diceritakan papa, orang yang membantu perusahaan keluargaku dan membuat kakek mengusulkan perjanjian dengan orang tersebut.

Berbagai menu tersaji di meja makan, mulai dari steak, macaroni and cheese, bahkan ratatouille pun ada di meja ini. Mataku seperti dimanjakan melihat pemandangan dinner yang begitu mewah kali ini, meski keluargaku juga termasuk golongan orang kaya. Namun level kekayaan keluargaku berbeda dengan kekayaan keluarga ini.

Pilihanku terpaku pada sup berwarna hijau yang aku yakini berisi sayuran. "Wah, apa kamu suka caldo verde? Kalau iya, berarti kamu sama dengan kakek." Tanya kakek Heru kepadaku.

"Oh namanya caldo verde ya kek. Saya belum pernah mencicipinya, saya ambil karena saya suka makanan yang berbau sayuran." Jawabku.

"Oh iya? Kalau gitu silahkan kamu cicipi! Kakek yakin pasti kamu suka. Makannya dengan roti jagung ini karena ini memang pasangannya." Kakek menyodorkan roti jagung ke arahku.

Aku mengangguk dan mulai menyicip sup tersebut. "Wah enak, kek."

"Haha, kamu umur berapa sih? Kok keliatan imut gitu?" Tanya bu Arina istri pak Hiromi.

"18 tante." Ketika aku menjawab, gadis imut yang membuatku terpana tadi menyemburkan air putih yang ia minum. Aku juga melihat bu Arina, pak Hiromi, dan kakek Heru melongo menatapku.

"Eh, e.. Memangnya putri anda umur berapa, jeng?" Giliran mama yang bertanya.

Kulihat wajah bu Arina menegang. "Umur Ala 29, jeng."

Mataku membulat seketika. Wajah imut itu ternyata terpaut 11 tahun di atas ku. Ku yakin mama dan papa juga sama terkejutnya dengan ku. Siapa yang menyangka jika dia gadis yang akan menikah denganku nyatanya lebih cocok untuk menjadi tanteku. Caldo verde yang ku santap jadi tidak terasa enak di lidahku.

"Ehem, Steve.. Apa anak laki-laki mu hanya dia saja?" Tanya kakek Heru.

"Ya pak Heru. Hanya dia anak satu-satunya yang saya punya." Jawab papa.

"Hemm." Wajah kakek Heru terlihat sedang menimbang.

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

18 dg 29...... astaga 😁😁🤭

2023-07-04

0

Natha

Natha

Yang penting cocok 🌹🌹❤️❤️
Soal umur malah mirip dengan umur Saidina Muhammad dengan Siti Khadijah RA🌹🌹❤️❤️

2022-02-15

7

mamak"e wonk

mamak"e wonk

pasangan pemecah MURI...🤭🤭🤭👍👍👍

2022-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!