"Kok pulangnya cuman seminggu sih, Kak?" Gita langsung bersandar manja, saat Bima baru saja menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.
"Ini anak cewek, bukannya buatin kakaknya minum malah ikut duduk nyantai di sini." Mama mulai mengeluarkan ayat-ayat petuahnya.
"Aauuuw sakit, Maa." Gita mencebik saat Mamanya menarik daun telinganya dari balik sofa, dengan wajah masih merengut Gita tetap berjalan ke dapur dengan langkah kaki diseret.
"Pakai es batu ya, Git."
"Buatin dua loh, pake gelas yang gede."
"Air yang berwarna jangan yang bening."
Bima dari ruang tengah terus meneriaki adiknya yang sedang membuat minum untuknya dan Langit, sedangkan sahabatnya itu terus terbahak melihat Bima mengerjai Gita.
"BAWEEEELLL!, mo minuman berwarna segala. Minum tu sanlait bersih sampe ke dalem-dalemnya sekalian." Gita terus menggerutu di dalam dapur.
"Eh, anak wadon iniii!." Tante Silvi kembali menarik telinga Gita.
"Sakiittt Maaaa," rengek Gita, sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Ga baik mengomel depan makanan atau minuman. Cepat bawa keluar sana, kasihan kakakmu sama Langit sudah kepanasan."
"Loh, lama di dapur yang keluar cuman teh," seloroh Bima saat adiknya menaruh dua cangkir di atas meja.
"Teh juga ada warnanya ... eehh, cium dulu baunya kali aja aku salah masukin renso bukan gula." Bima dan Langit yang sudah menempelkan bibir mereka ke mulut cangkir, langsung dengan spontan meludahkan kembali air teh yang sudah sempat masuk.
"Apaan sih Git, ga lucu tau becandanya." Bima menyeka bibir dan bajunya yang basah dengan kesal.
"Sukanya godain, sekalinya di bales malah ngamuk," cetus Gita kesal sambil berdiri dari sofa, hendak masuk ke dalam kamarnya.
"Eh, mau ke mana kamu. Duduk dulu, kakak mau bicara." Bima menatap adiknya tajam.
"Kamu pacaran sama Teddy Aliando?" tanya Bima langsung pada intinya.
Gita melirik Langit dengan pandangan menuduh. Orang pertama yang paling dicurigai, membocorkan berita di sekolah sampai masuk ke dalam rumah.
"Ga usah lirik-lirik sinis gitu. Langit memang Kakak minta untuk ngawasin kamu di sekolah. Jawab aja, apa susahnya?"
"Deket aja, bukan pacaran," sahut Gita dengan kepala tertunduk.
"Bagus."
"Jangan dekat-dekat lagi, mumpung belum jadian. Kalo sudah jadian ... putusin," ucap Bima santai.
Gita yang awalnya mengira kakaknya menyetujui hubungannya, langsung melongo mendengar kalimat selanjutnya dari Bima.
"Kamu belum tau siapa dia, cari cowok tu jangan lihat gantengnya aja. Masih ada yang lebih bersinar malah kamu cuekin." Bima tersenyum dalam hati melihat sahabatnya bergerak salah tingkah.
"Tapi aku suka sama Kak Teddy," cetus Gita.
"Yakin?" tanya Langit.
"Yakin!" seru Gita mantap, ia merasa kesal saat Langit ikut-ikutan melarangnya berhubungan dengan Teddy.
"Tapi Kakak ga suka, Gita. Maaf, tapi ada sesuatu yang kamu belum tahu tentang Teddy. Dia bukan pria yang baik untuk kamu." Bima memajukan tubuhnya dengan kedua sikunya bertumpu pada lutut, ia menatap serius pada Gita yang duduk di seberangnya.
"Apa yang aku belum tau?. Yang aku tau tuh dia ketua OSIS, kapten team basket, cakep banget, idola cewek-cewek di sekolah. Tuh paket lengkap kan, justru kakak tuh harus bangga aku jalan sama cowok keren macam Teddy," ucap Gita angkuh. Wajah Langit berubah masam saat Gita dengan berapi-api memuji Teddy.
"Banyak yang kamu tidak tau dan tidak perlu tau!" ucap Bima tegas.
"Aku dah gede, dah tau mana yang baik dan ga!" Gita mendekapkan kedua lengannya di dada. Matanya menatap tidak suka pada Bima dan Langit.
"Justru karena kamu dah gede, kamu harus tau dan mau mendengarkan saran Kakak."
"Kakak bukan nyaranin, tapi ngelarang!" Gita berdiri dari duduknya dan masuk ke dalam kamar, dengan menghentak-hentakkan kaki kesal.
"Git ... GITA!!" seru Bima, tapi tidak di hiraukan oleh adiknya yang terus masuk dan membanting pintu kamarnya.
"Ada apa sih Bim, kenapa adikmu marah-marah seperti itu?. Emang siapa sih si Teddy itu? Mama kok jadi penasaran sampe Gita kepincut macam gitu?" Mama menggantikan Gita duduk di hadapan Bima dan mulai mengorek informasi.
Bima menarik nafas berat dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Serba salah jika mamanya ini tahu siapa yang dekat dengan anak gadisnya.
Jika mama tahu Teddy adalah seorang pengedar obat terlarang dan pelanggan tetap klub malam, apakah mamanya bakal menarik Gita dari sekolah dan memasukan adiknya di sekolah khusus wanita atau langsung pingsan di tempat.
Bima dan Langit saling berpandangan menimbang-nimbang.
"Teddy itu yang kapan hari ajak jalan Gita sampai sore, Tan," jelas Langit.
"Oooww ituuu ... tapi emang ganteng sih, Bim." Langit dan Bima meringis mendengar pujian Mama.
"Ya, ganteng sih. Cuman suka ganti-ganti cewek," sahut Bima. Biarlah sementara ini Mamanya cukup tahu sebatas ini aja.
"Oowww, ya panteslah ganteng gitu. Adekmu keren juga bisa bikin cowok ganteng macam sapa namanya? Edi ya ... ya itu Edi nempel sama dia." Mama menggelengkan kepala kagum.
Bima dan Langit hanya bisa saling bertatapan dan melongo.
"Aku balik dulu, Bim." Langit bangkit dari duduknya, dan menepuk bahu Bima.
"Oke, thanks, Sob dah dijemput dianterin macam jailangkung aja aku." Bima mengiringi langkah Langit ke luar.
"Sama-sama, biasalah asal bayarannya pas aja." Langit mengedipkan sebelah matanya.
"Minta apa emangnya kamu?" pancing Bima. Langit tidak menjawab hanya terkekeh kecil, dan langsung menarik gas sepeda motornya.
"Ma, Langit selama aku kuliah sering bantu jagain Gita kan?" tanya Bima setelah Langit kembali pulang.
"Iyaaa, Mama sampe ga enak, Bim. Gita itu suka asal sama Langit. Suka marah-marah, mukul juga loh sekarang. Mama juga sudah sering tegur adikmu itu, sopan dikit meski sudah akrab, nanti kalo si Langit dah marah nangis tuh si Gita."
"Terus Langitnya marah?" Bima mendekat agar suara mamanya tidak terdengar sampai kamar Gita.
"Ga, Langitnya masih baik aja. Itu yang bikin Mama ga enak sama Langit, kemarin juga Mama minta jemput karena ban mobil bocor mau loh dia." Bima tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya.
...❤...
"Giiittt, buruan bangun! telat nanti." Bima mengetuk kamar Gita.
"Kakak yang anter aku ke sekolah?" Gita melihat tampilan Bima yang sudah rapi.
"Iya, kenapa ga suka? atau lebih suka dianter sama Langit?"
"Sama aja!, sama bawelnya. Lebih suka yang jemput Teddy Aliando." Gita tersenyum-senyum sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
Tesss ... Bima menyentil daun telinga Gita.
"Duuuh, kenapa sih kalian ini sukanya nyiksa!" Gita merengut sambil memegang telinganya.
"Itu karena kamu ga bisa dibilangin."
"Sebutkan satu alasan kuat, aku ga boleh dekat-dekat sama Kak Teddy!, kalo masuk akal aku nurut sama Kakak." tantang Gita.
"Git, kamu ngerasa ga kalo Langit sayang sama kamu?" tanya Bima pelan.
"Ngerasa," sahut Gita cuek sambil tetap menikmati nasi goreng dan susu hangatnya.
"Itu salah satu alasannya."
"Apa hubungannya? Gita menatap Bima bingung.
...❤❤...
Hai readers terima kasih sudah masih mengikuti kisah Langit dan si Empi Gita Gempita.
Ini karya ikut event lomba, jadi mohon bantuan support like tiap babnya ya 🙏😊
Komen, bunga, kopi dan vote nya juga boleehh ❤🥰
Promo ya punya Kak Santi Suki Judulnya Trio Kancil ramaikan disana yaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Red Velvet
What , ternyata si Teddy itu "bad boy" kenapa bisa jdi ketos😣😣😣
2023-03-23
0
Santi Haryanti
ceritain aja yng sebenarnya
2022-04-05
0
~🌹eveliniq🌹~
bunga sekebon untuk langit 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-01-21
1