"Kalau aku ga mau, bagaimana?" Ulang Teddy.
Sesaat Langit terdiam lalu membalikkan badannya.
"Alasan kamu ga mau jauhi Gita apa? Kamu cinta? silahkan. Aku sudah bilang, kalau kamu serius menyayangi Gita, terserah. Aku juga ikut senang, tapi kalau kamu jadikan Gita salah satu permainanmu demi hanya untuk kesenanganmu aja, lebih baik jangan teruskan." Langit masih berusaha berbicara dengan tenang, walaupun gemuruh emosi siap meloncat dari dadanya.
"Yakin kamu ikut senang kalau aku jadian sama Gita?" Teddy tertawa mengejek.
"Jelas, kalau itu bisa buat Gita bahagia dan kamu memperlakukan dia dengan baik." Ada rasa nyeri saat Langit mengatakan hal ini.
"Baiklah." Teddy tersenyum penuh arti.
"Tapi aku tahu 'siapa kamu', Ted."
"Maksudmu?" ucap Teddy waspada.
"Aku tahu 'siapa kamu di luar sana', jadi berhati-hatilah karena jika kamu bersama Gita, kamu dalam pengawasanku," ujar Langit mengancam Teddy.
"Hah!, Gita mau aku apakan terserah aku, kamu bukan siapa-siapanya!" Teddy mengacungkan telunjuknya ke wajah Langit dan berjalan pergi meninggalkan Langit di belakang.
Langit menarik baju Teddy, hingga terjengkang ke belakang. Sebelum Teddy sempat bangkit berdiri, Langit sudah menahan tubuhnya agar tetap rebah di tanah.
Belum puas sampai di sana, Langit menarik kemeja depan Teddy, hingga pria itu setengah terduduk dengan Langit di atasnya.
"Ngomong apa kamu tadi?!" ancam Langit.
"Kenapa? kamu takut Gita aku apa-apain?" ucap Teddy dengan nada mengejek, sengaja memancing kemarahan Langit.
"BRENGS*EK!" Bugh ...
Satu hantaman keras menyentuh rahang kanan Teddy.
"Hahahaa ... kamu cemburu??" Meski sudut bibirnya mengeluarkan darah karena terkena tinju dari Langit, Teddy masih bisa tertawa mengejek.
"Gita itu sangat manis dan penurut, pasti asyik jika sedikit bermain-main dengan dia." Teddy tersenyum licik dan menjilat darah yang keluar dari bibirnya yang pecah.
"BAJING*AN!" Langit menarik kemeja Teddy hingga berdiri, dan langsung memberikan hantaman kedua di rahang kiri Teddy.
Teddy tidak tinggal diam, setelah berhasil berdiri lagi ia membalas pukulan Langit. Mereka berdua mulai bergulung di atas tanah. Kekuatan yang imbang, membuat keduanya sama-sama terluka cukup parah.
"Wooiii, ada yang kelahiii."
"Langit sama Teddy pukul-pukulan Pak!"
"Heii ... heii stop kalian."
"Berhentiii!!!"
Suara siswa dan guru bersahut-sahutan meminta mereka berdua untuk berhenti saling memukul.
Semakin ramai orang yang mengerumuni, akhirnya mereka menghentikan perkelahian setelah tampilan keduanya berantakan.
Hampir satu jam Gita berdiri di depan ruang bimbingan konseling, menanti dua pria yang sedang mendengarkan petuah dari guru yang bertugas.
Saat pintu terbuka, Gita yang ditemani dua sahabatnya segera menghampiri Langit dan Teddy.
Gita menutup mulutnya melihat tampilan keduanya yang sangat kacau. Baju kecoklatan penuh dengan tanah, rambut acak-acakan, wajah lebam memerah serta bibir dan pelipis yang berdarah.
"Kalian berdua kenapa sih kayak anak kecil aja!" sembur Gita pada keduanya.
"Ga apa-apa, hanya adu kekuatan antar laki-laki." Teddy memasang senyum semanis mungkin.
"Aduuhh." Teddy membungkuk memegang perutnya.
"Kak Teddy kenapa?" Gita berjalan mendekati dan ikut memegang perut Teddy.
"EMPI!! Mata Langit membesar melihat tingkah polos Gita.
"Apa sih Kak?!, Ini juga gara-gara Kak Langit sampe Kak Teddy kesakitan seperti ini!" Teddy menyembunyikan senyuman liciknya, saat Gita balik marah pada Langit.
"Aku antar ke klinik sekolah ya," ajak Gita lembut pada Teddy.
"Ga perlu Git, aku ga apa-apa. Makasih ya, kamu baik banget." Teddy kembali mengirim senyum mautnya pada Gita.
"Mungkin Langit yang butuh pengobatan, kamu bisa anter dia." Teddy melirik Langit sinis.
"Kak Langit sehat-sehat aja kok, tuh lihat. Badan gede gitu ga mungkin kerasa sakit. Kak Langit di anter Anggi aja kalo mau," sahut Gita cuek.
"Eh, kok aku?" Anggita menunjuk dirinya sendiri.
"Ga perlu!" seru Langit langsung berbalik pergi menjauh.
"Kejam banget sih kamu Git, Kak Langit loh selalu baik sama kamu. Kok kamu ngomongnya gitu sih," celetuk Nindy tidak suka.
"Biarin, aku lagi sebel sama dia." Teddy kembali tersenyum dalam hati mendengar perkataan Gita.
"Kak Teddy beneran ga mau aku anter ke klinik sekolah?" tanya Gita lagi.
"Ga perlu, makasih ya." Teddy menegakkan badan dan langsung berjalan, seperti tidak merasakan sakit sama sekali.
"Lah tadi katanya sakit." Anggita melongo melihat Teddy yang langsung terlihat bugar.
...❤...
"Hai Lang, gimana kabar di sana? kamu itu susah sekali sih di hubungi, repot benar sepertinya jadi anak sekolah rangkap bos besar." Suara Bima di seberang sana terdengar ceria di selingi tawa terbahak.
"Baik Bim, ya ginilah kalau pagi yang di pegang buku sekolah, siang dikit yang di pegang proposal penawaran sama kasbon karyawan." Langit ikut terbahak menertawai dirinya sendiri.
"Lang, Mama aku cerita katanya kamu sama Gita sering berantem? kenapa lagi tuh anak, Lang?"
"Sori Bim, kadang aku sedikit kasar sama adikmu," ucap Langit lirih.
"Aku tuh tau kamu banget, Lang. Kalo kamu marah berarti dia sudah keterlaluan kan?" Langit terdiam, kalo dipikir apa yang Gita lakukan juga masih tergolong biasa, tidak terlalu melewati batas.
Ada benarnya juga yang Teddy bilang dia memang bukan siapa-siapanya Gita, sampai harus marah sedemikan rupa.
Tiba-tiba rasa malu menguasai Langit, apa iya dia cemburu seperti yang dibilang Teddy.
"Lang!" panggil Bima karena tidak mendengar jawaban apapun dari Langit.
"Ga kok, cuman ... adikmu lagi deket sama cowok aja, dan aku hanya memperingatkan dia untuk jaga diri. Itu aja."
"Gita pacaran??! seru Bima terkejut.
"Belum, kurang tahu juga sih. Mereka berdua deket tapi katanya belum ditembak, entalah."
"Siapa cowok itu, aku kenal?"
"Teddy Aliando."
"WHAT??!, Lang, kamu tau kan dia siapaa?!"
"Aku tau Bim, sudah kuperingati juga tu cowok jangan macam-macam sama Gita. Malah aku di ketawain, bukan siapa-siapa Gita katanya." Suara Langit terdengar sedih di telinga Bima.
"Ya, di jadikan siapa-siapamu dong," goda Bima.
"Maksudmu apa, Bim?" Langit tertawa canggung.
"Ga adaaa. Eh minggu depan aku libur semester, lumayan tugas cuman dikit jadi bisa pulang kangen masakan emakku." Bima mengalihkan pembicaraan, ia tahu Langit menyimpan rasa sama adiknya.
Selama mereka berteman, Bima bisa melihat perhatian dan sayangnya Langit pada Gita. Jika mereka berdua bertengkar sampai akhirnya adiknya menangis, Langit selalu tampil bak pahlawan bagi Gita.
Maka itu Bima mempercayakan Gita pada Langit selama ia kuliah di lain kota, tapi untuk masalah perasaan Bima tidak mau terlalu ikut campur.
"Serius?!, akhirnyaaa ...." Langit tertawa lega.
"Kenapa? kangen yaa," goda Bima.
"Iya Bim, kangen aku." Tak di sangka Langit malah balik menggodanya.
"Dih, najis kebanyakan makan proposal penawaran otakmu jadi rusak." Langit tertawa senang berhasil menggoda sahabatnya balik.
...❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Red Velvet
Gita itu polos kebangetan, coba tambahin suwiran ayam sama kerupuk plus kecap pasti sedep bener dah😀😀😀
2023-03-23
0
Santi Haryanti
ayo Bima pulang
2022-04-05
0
~🌹eveliniq🌹~
berebut cinta hmm
2022-01-21
1