POV Langit Angkasa
Aku sebenarnya tahu aja dia lagi sedih dan ingin menangis, melihat cowok yang disukainya menggonceng cewek lain.
Seribu kata dariku dan kakaknya untuk menjauhi Teddy tidak menyurutkan rasa sukanya pada pria itu, sial*an memang apa bagusnya cowok model itu.
Laah, kenapa aku harus sewot kalau Gita suka sama Teddy?, biar ajalah kalo cewek cerewet itu tahu siapa sebenarnya pria itu dia bakalan mundur sendiri.
"Mau ngikuti mereka berdua?, aku tau kok tempat biasa mereka nongkrong." Aku tawarkan dia untuk mengikuti Teddy, barangkali kalau Gita melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana brengseknya pria itu dia akan sadar.
"Mau lihat aja boleh?" Duuh, kasihan banget lihatnya anak ini, kalo lagi sedih dan mewek gini lucu banget tapi kalo lagi galak pingin jitak aja rasanya.
"Ya boleh aja, siapa yang larang. Buruan naik."
Aku arahkan motorku ke salah satu cafe yang cukup terkenal di kota ini. Tempat ini buka dari siang sampai hampir tengah malam. Tempat berkumpulnya anak muda usia belasan hingga dua puluhan.
Sebenarnya tempat ini aman aja, hanya cafe biasa, ada live music, suasananya asyik, di setting khas anak muda.
Saat ini aku tidak memperlihatkan sisi gelap Teddy pada Gita, tidak saat ini ... belum saatnya. Kali ini aku hanya tunjukan pada Gita, bahwa cowok yang dipujanya itu sebenarnya tidak benar-benar menginginkan dia.
Teddy di kelilingi oleh banyak wanita, mulai dari yang usianya sepantaran sampai yang sudah duduk di bangku kuliah.
Kamu tampan, aku menarik. Aku punya uang, kamu butuh aku. Yuk kita main. Mereka Like simbiosis mutualisme, miris banget kan?
"Waaahh," Gita melongo terkagum melihat tampilan cafe ini dari luar. Aku menahan tawaku dalam hati melihat reaksi wajahnya seperti orang baru menang lotre.
Gita Gempita, anak bungsu dari dua bersaudara. Papa Gita dan Bima adalah pengusaha yang sukses, beliau dulunya bergelimang uang dan harta. Hal itu bagaikan magnet yang menyedot perhatian kaum hawa.
Sayangnya kaum hawa yang dipilih Papa Gita dan Bima adalah anak usia belasan tahun, yaah sugar baby istilahnya.
Kebejatan Papanya berganti-ganti sugar baby membuat Tante Silvi muak dan akhirnya memilih berpisah.
Mempunyai anak yang masih gadis, membuat Tante Silvi sangat khawatir jika Gita akan jatuh ke dalam pergaulan semacam itu.
Mama dan Kakaknya menjaga dia dari kecil hingga sekarang sangat over protektif. Jadilah sekarang, Gita seorang anak SMU yang layaknya baru keluar dari gua setelah ribuan tahun.
"Jangan melongo gitu, malu." Aku tarik dia masuk ke dalam cafe sebelum menjadi pusat perhatian pengunjung lain yang memilih duduk di luar.
"Widiiihhh bagusnyaaa, Kakk fotoin di situ dong, iiiihh di situ juga keren, lucu banget gambar kelincinyaa aku sukaakk." Lihatlah cewek bawel itu, melompat dari satu sudut ke sudut lainnya.
Suasana dalam cafe ini memang nyaman dan sangat instagramable, membuat siapapun terpana dan betah di dalam termasuk bocah ini.
Untung masih siang jadi cafe ini belum terlalu ramai, kalau tidak bisa-bisa kelakuan Gita yang dianggap aneh diunggah oleh akun nakal dalam aplikasi toktok.
"Duduk sini, Mpi." Aku memilih tempat duduk di pojok, tempat di mana biasanya dua sejoli yang di mabuk cinta mojok berduaan.
Bukan berarti aku mau macam-macam dengan Gita, tapi agar sasaranku tidak melihat keberadaan kami.
Aku mengirim pesan pada Tante Silvi dan Bima, bahwa Gita bersamaku dan mungkin akan pulang agak sore. Entah mengapa Mama dan Kakak cewek ini sangat percaya padaku, andaikan Gita tidak kupulangkan malam ini mungkin bagi mereka tidak jadi masalah, tapi aku belum segila itu.
"Mau pesan apa?" Sudah berulangkali Gita membolak-balikkan buku daftar menu, keningnya berkerut dan bibirnya mengkerucut lucu.
"Aku ga ngerti bahasanya, ini makanan sama minuman bahasanya aneh." Gita berbisik malu, spontan aku tertawa keras tidak mempedulikan wajahnya yang semakin kesal.
"Aku aja yang pesan, kamu nurut aja tapi habiskan." Aku memesan makanan kecil dan minuman yang sudah pasti disukainya.
Ya, aku yakin dia suka dengan pilihanku. Aku selalu tahu apa yang menjadi kesukaannya, sebegitu perhatianku pada adik sahabatku ini.
"Empi, di sini tempat kumpulnya anak-anak muda termasuk Teddy. Nanti kamu jangan kaget ya kalau lihat Teddy sama cewek lain." Dia hanya menggangguk seperti dakocan, sambil menikmati strawberry cheesecake smoothie yang kupesankan tadi.
Aku yakin Teddy dan cewek itu ada di dalam cafe ini, karena motornya ada di area parkir tadi.
Bangunan ini berbentuk setengah lantai di tingkat keduanya. Jadi aku bisa melihat situasi di sebagian lantai dua, dari tempatku duduk.
Di salah satu sudut lantai dua, ada beberapa anak muda wanita dan pria yang berkumpul dan sesekali mereka tertawa heboh. Kebulan asap dari rokok electric memenuhi area mereka, bahkan tubuh mereka seperti siluet di dalam kepungan asap. Aku sangat yakin, Teddy ada di antara mereka.
Hampir tiga puluh menit kami duduk dan makan, menikmati suasana dan musik yang di mainkan. Kerumunan di atas sudah mulai membubarkan diri, aku melihat Teddy berjalan menuruni tangga dengan seorang cewek yang bergelayut sangat dekat di lengannya.
Aku melihat reaksi Gita, rupanya ia sudah melihat gebetannya itu, nampak dari warna mukanya yang memucat.
"Empii!" Sial!, aku tidak menduga sama sekali Gita berani menghampiri Teddy dan wanita itu.
"Kak Teddy." Dia hanya terdiam saat sudah berhadapan dengan Teddy yang melongo terkejut karena kedatangannya.
"Loh, Git kamu di sini juga? sama siapa?" Muak aku melihat gaya sok keren laki itu, tapi ku acungi jempol untuk ketenangannya dalam mengendalikan situasi.
"Oww, sama Langit." Teddy menatapku sinis.
"Kak Teddy sama siapa?" tanya Gita polos. Wanita di samping Teddy semakin mempererat pelukannya pada lengan Teddy. Wajahnya tersenyum meremehkan. Aku kenal dia, cewek kelas dua belas yang terkenal nakal dalam tanda kutip.
"Ini Lady, kamu kenal kan Git?" Teddy dengan entengnya memperkenalkan dua wanita itu. Teman-temannya yang lain, sudah bersuit-suit memanggilnya agar segera keluar dari cafe menyusul mereka.
"Sori, aku harus jalan dulu sudah ditunggu yang lainnya. Aku tinggal dulu ya, sampai ketemu besok di sekolah." Gelas di hadapanku ini hampir ku lemparkan ke arahnya, saat dengan beraninya ia mengusap pipi Gita.
Saat rombongan itu sudah pergi, Gita masih berdiri di tempatnya.
"Empi, ayo kenapa berdiri terus. Duduk sini." Aku tarik dia kembali ke bangkunya.
Pipinya sudah basah dengan air mata, ia terus memakan es krim di hadapannya, tanpa berusaha menghapus lelehan air matanya.
Ia seperti anak balita yang menangis karena habis di marahin, lalu dibujuk orangtuanya dengan es krim agar segera diam.
Kasihan sekali aku melihatnya, aku mengambil tisu dan menghapus semua air mata dan bekas es krim yang ada di wajahnya.
...❤❤...
Tararatengkyu atas like, komen, bunga dan votenya. lopee lopee sekebun cabe 😘
Dukung Gita dan Langit terus yaa 🙏😍
Mampir juga ke karya temanku yaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Red Velvet
Gita masih bau kencur, ketemu sama Teddy yg bad boy hadeehh kalau lengah sedikit aja bisa2 jd santapan Tedy tuh nanti😖
2023-03-23
0
Santi Haryanti
Gita mah tuh liat gimana kelakuan Teddy bear mu
2022-04-05
0
~🌹eveliniq🌹~
mauu
2022-01-24
1