"Ting."
Bunyi pesan singkat masuk di ponsel Langit.
Sedetik kemudian senyumnya terkembang melihat foto yang di kirimkan Bima.
Tampak foto wisuda kelulusan SMU Persada, Bima tampil sebagai lulusan terbaik seprovinsi, sudah tidak diragukan lagi.
Bima tampak tersenyum bahagia di dampingi Tante Silvi, Mama Bima dan Mamanya sendiri pun juga ikut mengantar sahabatnya itu.
Mamanya benar-benar menganggap Bima seperti anak kandungnya. Ada rasa sedih di hati Langit, pasti Mamanya merasa kesepian selama ia tidak ada di rumah.
Di foto selanjutnya yang di kirim Bima, tampak seorang gadis remaja yang sangat cantik.
Langit mengusap wajah pada foto itu dengan jempolnya, "Si cerewet itu sudah besar rupanya."
Langit teringat saat ia ada di rumah Bima, adiknya itu selalu ingin ikut berada di antara mereka.
Mendengarkan dan ikut menimpali apapun yang mereka bicarakan.
Hanya terkadang sangat menjengkelkan jika gadis itu marah karena keinginannya tidak dipenuhi, ia akan meraung atau membocorkan semua rahasia Bima dan Langit pada mamanya.
Termasuk saat mereka ingin mencoba merasakan rokok, dan menonton video dewasa dalam kamar terkunci.
Saat itu Tante Silvi, Mama Bima sangat marah lalu mengejar Bima dan Langit dengan sapu mengelilingi rumah.
Gita yang melihat itu tertawa terbahak-bahak, dan berakhir menangis karena Bima tidak mau bicara sampai ia meminta maaf.
Langit tersenyum sendu mengingat kehangatan keluarga sahabatnya itu. Sekarang mereka berdua sama-sama yatim, tidak lagi punya ayah.
Mereka sebagai pria paling dewasa di rumah, saat ini menjelma menjadi pemimpin keluarga.
"Akhir bulan aku balik ke Indonesia, kita harus merayakan kelulusanmu … traktir aku maksudnya." Langit membalas pesannya pada Bima.
"Maaf saya hanyalah calon mahasiswa kakak, yang bos kan situ. Anda dong yang harus beri saya hadiah spesial." Balas Bima. Langit terbahak, rindu rasanya ingin cepat pulang ke negara asalnya.
...🔹️...
"Surpriseeeee ...." Langit terpaku melihat sebagian keluarga dan teman-temannya sudah berkumpul di halaman belakang rumahnya.
"Selamat datang sayang," Mama Langit mendekat, lalu memeluk putranya dengan sangat hangat.
"Mama rindu sekali," Mama mengusap pipi Langit dengan sedikit terisak. Hidup terpisah dengan putranya selama satu tahun membuat batinnya sebagai seorang ibu tersiksa.
"Haaiii, bagaimana kabarnya. Sudah dapat bule belum?" seloroh Bima setelah mereka berpelukan melepas rindu.
"Masih cinta produk lokal," sahut Langit singkat.
"Aku kira kamu ga bakal balik ke tanah air, kecantol cewek rambut pirang di sana." Langit hanya terkekeh sambil menyalami dan memeluk semua orang di sana bergantian.
"Kak, welcomeeee …." seru bocah cilik yang dulu rusuh, sekarang sudah berubah wujud menjadi seorang gadis.
"Iiihhh … ini hadiahnya. Bukannya diterima malah bengong." Bibir yang semula tersenyum lebar berubah mengkerucut.
"Iyaa, thank you empi," sahut Langit sambil menarik hidung Gita.
"Gita, namaku GITA," sungut Gita kesal.
"Kan nama kamu Gita Gempita, lebih enak di mulut aku Empiii," goda Langit dengan memberikan penekanan pada nama kecil Gita.
"Kirain pulang dari luar negeri lebih keren, ternyata sama aja. Pokoknya di sekolah nanti ga boleh panggil aku Empi, aku ga mau noleh kalo kakak panggil nama aku ga bener!" cetus Gita.
"Sekolah?" tanya Langit heran.
"Iya, kamu kan belum ada ijazah SMU jadi mau ga mau harus ngulang lagi kelas tiga," jelas mama sambil menaruh beberapa macam kue di atas meja.
Langit menarik nafas panjang, satu tahun tidak memegang buku pelajaran, membuatnya malas untuk kembali duduk di bangku sekolah.
Terlebih sahabatnya, Bima tidak lagi ada bersamanya tapi sebagai ganti ada si … bawel Empi ini di sekolah.
Langit melirik sekilas pada cewek berambut panjang yang bersender manja pada Bima.
Senyuman kecil muncul pada sudut bibir Langit.
"Kenapa senyum-senyum, Kak?, Iiihh, Kak Langit ketempelan vampire Inggris kali tante." Gita memandang Langit ngeri.
...🔹️...
"Lang, aku titip Gita ya," kata Bima saat mereka duduk di teras depan berdua.
"Kayak barang aja main titip."
"Ya maksudnya, bantu awasin. Tau sendiri dia itu anaknya gimana, orang ke selatan dia ikut, orang nyebur laut ngikut juga."
"Yaaa, itu juga kalo dia nurut Bim sama aku," sahut Langit sambil melirik ke dalam rumah di mana Gita sedang berbincang dengan sepupunya.
"Kamu juga yang tegas dong jangan di becandain mulu, kalau perlu marahin. Pergaulan anak SMU jaman sekarang ngeri Lang," keluh Bima.
"Apa nanti aku bawa pecut aja ke sekolah." Langit tertawa terbahak.
...🔹️...
"Kelas sepuluh B?" tanya Gita pada beberapa anak yang berdiri di depan pintu.
"Ho oh, masuk dah." Cewek berambut panjang lurus dan cantik itu menggeser tubuhnya sedikit mempersilahkan Gita untuk masuk.
"Duduk sini aja sama aku," lanjut cewek itu. Ternyata ia mengikuti langkah Gita masuk dalam kelas.
"Aku Anggita, kamu?" Cewek itu mengulurkan tangannya, wajahnya tidak lepas dari senyum cantiknya.
"Gita Gempita," Gita menyambut tangan Anggita. Dalam sekejap mereka sudah terlihat akrab.
Gita memperhatikan penampilan Anggita dari atas hingga ke bawah, rambutnya yang panjang lurus hingga ke punggung jelas terlihat sentuhan dari salon bukan alami.
Baju seragamnya pas membentuk tubuh sempurnanya, wajahnya terlihat memakai make up namun samar.
"Eeh, nggit pakai itu di sekolah apa boleh?" Gita menunjuk wajah Anggita.
"Kalau ga boleh ya tinggal hapus … cuci muka … beres," sahut Anggita cuek sambil menambahkan sapuan bedak di wajahnya.
Gita semakin tampak kagum dengan teman barunya ini, ia mengedarkan pandangannya pada suasana kelas barunya.
Semua tampak bersemangat, tampak dewasa. Gita melihat tampilannya sendiri, hhhh … culun bin polos banget ga beda sama waktu di SMP.
"Heeiii, awas!. Jangan macam-macam loe!" Seorang cewek membuat suasana ribut di depan pintu masuk kelas.
Cewek itu sedang menuding beberapa cowok yang terpojok di sudut ruangan.
"Gue ga ngapa-ngapin kok, sumpahhh." Salah satu cowok itu mengangkat dua jarinya.
"Dia kalii." Si cowok rambut keriting menunjuk teman sebelahnya.
"Eh gila loe main tuduh sembarangan." Cowok terakhir terlihat ketakutan.
"Jaga tangan loe, sekali lagi gue lihat ato denger loe kegatelan di kelas ini … hilang jari loe." Ancam gadis berambut pendek itu.
Suasana kelas mendadak hening setelah kedatangan cewek bar-bar itu.
Braaakk …
"Kosong?" tanya cewek itu, sambil sedikit melempar tasnya di atas meja depan Gita.
"Eehhh … iyaa kosong. Kosong kan nggit??" tanya Gita ragu pada Anggita di sebelahnya. Anggita hanya mengangguk dengan tatapan ngeri pada cewek yang berdiri menjulang di depan mereka.
"Kenapa loe ngeliatin seperti itu?" Cewek itu sedikit terkekeh geli.
"Nindy." Cewek itu mengulurkan tangannya.
"Gita, ini Anggita. Mirip ya nama kita hehehe …." Gita tertawa sumbang sambil mengulurkan tangannya.
Ia menyikut Anggita saat melihat gadis itu masih saja terpaku.
"Ah, iya namaku Anggita. Panggil aja Anggi, karena Gitanya sudah diambil dia."
"Mereka itu tadi kurang ajar, masak p*ant*t gue dicolek pas mau masuk kelas" jelas Nindy kesal sambil melirik ke arah tiga cowok yang masih berdiri di pojok ruangan.
"Masak??" sahut Anggita tak percaya, "Ga sengaja kali kesenggol."
"Peduli amat, yang penting mereka dan para pria di kelas sini tau jangan macam-macam dengan para cewek di sini selama ada gue."
"Woohhoooaa, keren sekali." Gita bertepuk tangan heboh.
"Kita perempuan jangan sampai kelihatan lemah, bisa jadi objek s*ksual mereka kalo hanya pasrah." Gita memandang kagum pada dua teman barunya ini, dua karakter yang unik dan menarik.
Ia sudah membayangkan betapa serunya masa SMA-nya nanti.
...❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Red Velvet
Aku seperti mengulang masa2 SMA ku yg penuh warna🥰
2023-03-06
0
Teteh Neng(IG: teteh_neng2020)
yg di sensor apaan?
2022-05-24
1
Santi Haryanti
wah seru seru
2022-04-05
0