3. Emosi Pak Jemari

Ojek Kang Slamet sudah selamat sampai di terminal kota kecil tersebut. Kang Slamet menurunkan kardus mie instan dan tas pak Jemari yang berada di motornya.

"Terimakasih ya Kang" ucap pak Jemari sambil mengulurkan uang jasa ojek.

"Sama sama Pak" ucap kang Slamet sambil menerima uang ongkos ojek.

"Mar hati hati ya, belajar yang rajin semoga jadi orang" pesan kang Slamet sambil menatap Marginah

"Iya Kang, emang sekarang aku jadi apa?" tanya Marginah

"Maksudnya biar jadi orang sukses Nah" ucap kang Slamet sambil menjalankan pelan motor nya.

"Terima kasih Kang" ucap Marginah kemudian Marginah dan pak Jemari berjalan menuju ke tempat bis parkir.

Beberapa orang laki laki datang pada mereka menanyakan mau kemana, dan menawarkan jasanya. Pak Jemari menjawab mau ke terminal kota besar dan tetap berjalan sambil membawa tas besar dan kardus mie instan yang berisi bahan makanan. Sedang Marginah membawa tas slempang dan kedua tangannya kiri kanan membawa kantong plastik berisi bekal di jalan dari Mak Dinah dan Nenek Jampi tersayang.

"Pak mau naik bis yang mana?" tanya Marginah

"Yang sudah ada penumpangnya Nah biar tidak terlalu lama nunggu, tidak lama perjalanan dari sini ke terminal besar" jawab pak Jemari sambil terus berjalan.

Akhirnya mereka sampai di dekat bis kecil yang sudah banyak penumpangnya, kemudian pak Jemari menyuruh Marginah naik lebih dulu, setelahnya pak Jemari ikut naik masuk ke dalam bis tersebut.

Marginah duduk di kursi paling belakang di pojok dekat jendela, kemudian pak Jemari menaruh tas dan kardus bawaannya di lantai bis dan duduk di samping Marginah.

Tak berapa lama bis berjalan menuju ke terminal kota besar. Kondektur bis sudah menariki ongkos dimulai dari penumpang depan kemudian berjalan menuju ke penumpang belakang. Pak Jemari penumpang yang terakhir kali ditarik ongkos karena hanya pak Jemari dan Marginah yang duduk di jok paling belakang. Kemudian kondektur tersebut duduk di samping pak Jemari, juga ada kenek bis yang duduk di kursi belakang pojok dekat pintu.

"Mau kemana pak? tanya pak kondektur

"Ke kota L" jawab pak Jemari

"Mudik?" tanya kondektur dengan nada merendahkan.

"Ora mas aku asli wong kene (tdak mas aku asli orang sini)" jawab pak Jemari

"Terus urusan apa, mondoke anak?" tanya kondektur itu lagi dengan nada ketus

"Ya semacam itu, tapi ini mau ke panti asuhan biar anakku bisa meneruskan sekolah" jawab pak Jemari

"Wah enak ya pak, buat anak terus dititipke dibayari sekolahe" kata kondektur dengan mimik wajah mengejek

"Enak gundulmu kuwi" ucap pak Jemari dengan emosi sampai banyak penumpang yang menoleh

"Pak mosok gundule deke enak (pak mosok kepala dia enak)" ucap Marginah pelan

"Hust" dengus pak Jemari pada Marginah sambil menyikut pelan Marginah.

"Coba kamu tanya anakku pilih tinggal di panti apa kumpul orang tua yang bisa bayari sekolah tinggi" ucap pak Jemari pada kondektur masih dengan nada emosi

"Pilih endi nduk"

"Yo kalau disuruh milih, milih yang bisa kumpul wong tua dan sekolah tinggi pak" jawab Marginah

"Denger tho, beban mental aku ndul ora iso memenuhi pilihan anak, tapi anakku juga ora iso milih dadi anake sopo, wis takdir e dadi anakku, tapi aku lan deke arep memperbaiki, deke sregep sinau aku ngoleke panti sing iso menfa..si..li..tasi cita citane" kata pak Jemari

"Pak aku tetep seneng ditakdirke dadi anake bapak, wis bersyukur banget dudu dadi anake pak gundul kuwi (Pak aku tetap senang ditakdirkan jadi anaknya bapak, sudah bersyukur banget tidak jadi anaknya pak gundul itu)" ucap Marginah pelan sambil memeluk lengan pak Jemari.

Bis sudah sampai di terminal kecil. Marginah turun bis lebih dulu, kemudian saat pak Jemari mau turun dia menatap kondektur yang berdiri di dekat pintu bis

"Nek omong ojo dipadake awakmu dewe, jangan bercermin pada diri sendiri, pemikiran orang beda beda" ucap pak Jemari kemudian turun dari bis. Kondektur tersebut hanya diam saja.

Pak Jemari dan Marginah kemudian berjalan menuju peron penumpang masuk terminal besar. Mereka berjalan menuju tempat bis berparkir. Mencari deretan bis yang bisa membawa mereka ke kota tempat panti berada. Marginah kadang berjalan di samping bapaknya, kadang di belakangnya tetapi tanpa jarak.

"Bis yang mana Pak?" tanya Marginah saat berjalan di samping bapaknya.

"Yang sana Nah, agar tidak ganti ganti bis lagi" jawab pak Jemari sambil menunjuk ke arah barisan bis dengan mengangkat dagunya.

Akhirnya mereka sampai pada barisan bis yang dimaksud. Pak Jemari dan Marginah berjalan menuju bis yang parkir di deretan paling depan.

"Itu Nah bis nya" kata pak Jemari sambil menunjuk bis dengan dagunya lagi sebab kedua tangannya membawa barang.

Seorang laki laki datang mengambil kardus pak Jemari, sambil bertanya tujuan pak Jemari. Kemudian laki laki itu membawa kardus dan tas travel pak Jemari dibawanya masuk ke dalam bis lewat pintu belakang. Pak Jemari dan Marginah mengikutinya masuk ke dalam bis.

Pak Jemari matanya mencari cari tempat duduk

"Nah yang agak depan sana" kata pak Jemari sambil mengambil tas dan kardus nya yang ditaruh petugas bis di lantai bis bagian belakang.

Marginah berjalan menuju tempat duduk yang ditunjuk pak Jemari, kemudian masuk ke deretan kursi dan mendudukkan pantatnya di kursi samping jendela. Kemudian Pak Jemari meletakkan kardus di bawah kaki Marginah dan di sebelahnya lagi tas travel nya kemudian pak Jemari duduk di samping Marginah.

"Ini nanti langsung Pak?" tanya Marginah

"Iya tapi bukan di kota terakhir tujuan bis ini, maka kita duduk di bagian agak depan biar mudah nanti kalau turun ngasih tahu pak sopir" jawab Pak Jemari

Setelah beberapa menit menunggu terlihat sopir bis sudah masuk dan duduk di tempatnya, dan tidak berapa lama bis berjalan meninggalkan terminal kota besar, berlalu membelah jalan raya.

"Pak" panggil Marginah pelan

"Apa" ucap pak Jemari

"Bapak tadi kok bisa omong fa..si..li..tasi, aku mau tanya tadi tapi bapak masih marah marah ke pak gundul" tanya Marginah

"He.. He... aku tahu dari pak Kades"

"Kok bisa?" tanya Marginah lagi

"Iya waktu lapor kalau kamu akan ke luar kota melanjutkan sekolah kan pak Kades tanya tanya, terus aku jawab mau tinggal di panti, sekolah di sana, lalu pak Kades bilang ya syukur kalau ada yang menfa..si..li..tasi, aku tanya pak Kades apa artinya pak Kades bilang ya yang memberi kemudahan, yo wis terus ku ingat ingat kata itu" jawab Pal Jemari.

"Untung bapak inget inget bisa ngaya di depan pak gundul" ucap Marginah sambil tersenyum bangga pada bapaknya.

Sejenak mereka terdiam, terlihat Marginah membuka susu kotak pemberian Nenek Jampi dan menyedotnya kemudian membuka bungkus makanan ringan.

Sementara itu kondektur bis sudah mulai berjalan menariki ongkos penumpang. Dan tiba saatnya berada di dekat tempat duduk pak Jemari, kondektur menatap kemudian pak Jemari menyebutkan kota tujuannya, dan pak kondektur menyebutkan ongkos yang harus di bayar pak Jemari, lalu pak Jemari memberikan uang sejumlah yang dimaksud.

"Mas nanti kalau aku tertidur dibangunkan ya kalau sudah sampai kota itu" pesan pak Jemari

"Ngih Pak" ucap kondektur bis dengan sopan, dan melanjutkan menariki ongkos penumpang lainnya.

Marginah menoel pelan lengan bapaknya sambil berbisik.

"Pak kalau yang ini tidak seperti pak gundul" ucap Marginah

"Iya pak gundul hanya segelintir oknum, he...he..." kata pak Jemari sambil mengambil pisang rebus bekal dari istri tercinta.

Terpopuler

Comments

Follow ig : tinatina3627

Follow ig : tinatina3627

mampir lagi kakak di karya yang baru

2022-04-02

2

🎐Tsubaki

🎐Tsubaki

pak gundul..

2022-03-19

2

Mari ani

Mari ani

lanjut semangat

2022-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 1. Celoteh di persiapan pagi hari
2 2. Pesan Nenek
3 3. Emosi Pak Jemari
4 4. Toko Mekar
5 5. Panti asuhan Budi Luhur
6 6. Kamar Tamu yang horor
7 7. Teman sekamar
8 8 Sedikit cerita Nesya
9 9 Cerita Nesya
10 10 Gebrakan di meja pak Jemari
11 11. Sedikit cerita tentang Angga
12 12. Igauan Angga
13 13. Pak Jemari jangan pulang
14 14. Sepuluh juta
15 15. Salah Paham
16 16. Salah Paham 2
17 17. Kedatangan Papinya Angga
18 18. Keputusan Papinya Angga
19 19. Bantuan
20 20. Sabar
21 Bab. 21. Kabar dari Rumah Sakit
22 Bab. 22. Bersyukur
23 Bab. 23. Dikejar Bapaknya Nesya
24 Bab. 24. Dalam Bahaya
25 Bab. 25. Membangkitkan Semangat Marginah
26 Bab. 26. Harus Sabar dan Terus Semangat
27 Bab. 27. Waspada
28 Bab. 28. Menjemput Angga
29 Bab. 29. Mobil Antar Jemput
30 Bab. 30. Yang Penting Aman dan Senang
31 Bab. 31. Pak Jemari Hilang
32 Bab. 32. Ada Bapaknya Nesya di Pasar Malam
33 Bab. 33. Belajar Bela Diri
34 Bab. 34. Berbinar Binar
35 Bab. 35. Musibah Pak Jemari
36 Bab. 36. Nasehat Mbah Parjan, Mimpi Pak Jemari
37 Bab. 37. Rahasia Mbah Parjan
38 Bab. 38. Semangat Belajar
39 Bab. 39. Pak Jemari Pamit Pulang
40 Bab. 40. Persiapan Malam Perpisahan
41 Bab. 41. Malam Perpisahan
42 Bab. 42. Bisa Karena Terbiasa
43 Bab. 43. Penghuni Baru
44 Bab. 44. Mencari Ibu Sang Bayi
45 Bab. 45. Kalimat yang Viral
46 Bab. 46. Masih Mencari Ibu Sang Bayi
47 Bab. 47. Terlambat
48 Bab. 48. Informasi dari Pak Jemari
49 Bab. 49. Ada itu Berkah
50 Bab. 50. Menjadi Orang Miskin bukan Takdir
51 Bab. 51. Penasaran
52 Bab. 52. Doa Ibu Sari
53 Bab. 53. Nesya Histeris
54 Bab. 54. Ancaman Nesya
55 Bab. 55. Ide Angga
56 Bab. 56. Menanti Keterangan Pak Jemari
57 Bab. 57. Dilancarkan Urusannya
58 Bab. 58. Ibu Sang Bayi
59 Bab. 59. Cerita Ibu Sang Bayi
60 Bab. 60. Tangisan
61 Bab. 61. Curiga
62 Bab. 62. Waspada
63 Bab. 63. Memberikan Kepercayaan dan Kesempatan
64 Bab. 64. Pintar Saja Tidak Cukup
65 Bab. 65. Emak Baru
66 Bab. 66. Kekuatiran Emak Baru
67 Bab. 67. Rencana Emak Baru
68 Bab. 68. Jangan Mengkuatirkan yang Belum Pasti
69 Bab. 69. Diambil Alih
70 Bab. 70. Tekad Emak Baru
71 Bab. 71. Tidak Sendiri
72 Bab. 72. Emak Baru Kepo
73 Bab. 73. Ujian Hidup
74 Bab. 74. Keahlian Tersembunyi
75 Bab. 75. Kebahagiaan Emak Baru
76 Bab. 76. Anomali
77 Bab. 77. Menunggu
78 Bab. 78. Kedatangan Tamu
79 Bab. 79. Menyambut Tamu 1
80 Bab. 80. Menyambut Tamu 2
81 Bab. 81. Tak Bisa Tidur
82 Bab. 82. Siapa Gadis Berkacamata Tebal
83 Bab. 83. Dilema
84 Bab. 84. Kecewa?
85 Bab. 85. Akhirnya Asyik
86 Bab. 86. Hujan Badai
87 Bab. 87. Membaca Bahasa Alam
88 Bab. 88. Saling Memberi Manfaat
89 Bab. 89. Berita Menggelegar
90 Bab. 90. Tenang Bagai Samudra
91 Bab. 91. Rambut Dibelah Tujuh
92 Bab. 92. Bantuan Sandra
93 Bab. 93. Penolakan dari Nesya
94 Bab. 94. Rahasia
95 Bab. 95. Izin
96 PROMO NOVEL BARU
97 PROMO NOVEL BARU "DIPECAT MALAH JADI JURAGAN"
98 PROMO NOVEL SUKSES SETELAH DIHINA DAN DICERAI
99 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 99 Episodes

1
1. Celoteh di persiapan pagi hari
2
2. Pesan Nenek
3
3. Emosi Pak Jemari
4
4. Toko Mekar
5
5. Panti asuhan Budi Luhur
6
6. Kamar Tamu yang horor
7
7. Teman sekamar
8
8 Sedikit cerita Nesya
9
9 Cerita Nesya
10
10 Gebrakan di meja pak Jemari
11
11. Sedikit cerita tentang Angga
12
12. Igauan Angga
13
13. Pak Jemari jangan pulang
14
14. Sepuluh juta
15
15. Salah Paham
16
16. Salah Paham 2
17
17. Kedatangan Papinya Angga
18
18. Keputusan Papinya Angga
19
19. Bantuan
20
20. Sabar
21
Bab. 21. Kabar dari Rumah Sakit
22
Bab. 22. Bersyukur
23
Bab. 23. Dikejar Bapaknya Nesya
24
Bab. 24. Dalam Bahaya
25
Bab. 25. Membangkitkan Semangat Marginah
26
Bab. 26. Harus Sabar dan Terus Semangat
27
Bab. 27. Waspada
28
Bab. 28. Menjemput Angga
29
Bab. 29. Mobil Antar Jemput
30
Bab. 30. Yang Penting Aman dan Senang
31
Bab. 31. Pak Jemari Hilang
32
Bab. 32. Ada Bapaknya Nesya di Pasar Malam
33
Bab. 33. Belajar Bela Diri
34
Bab. 34. Berbinar Binar
35
Bab. 35. Musibah Pak Jemari
36
Bab. 36. Nasehat Mbah Parjan, Mimpi Pak Jemari
37
Bab. 37. Rahasia Mbah Parjan
38
Bab. 38. Semangat Belajar
39
Bab. 39. Pak Jemari Pamit Pulang
40
Bab. 40. Persiapan Malam Perpisahan
41
Bab. 41. Malam Perpisahan
42
Bab. 42. Bisa Karena Terbiasa
43
Bab. 43. Penghuni Baru
44
Bab. 44. Mencari Ibu Sang Bayi
45
Bab. 45. Kalimat yang Viral
46
Bab. 46. Masih Mencari Ibu Sang Bayi
47
Bab. 47. Terlambat
48
Bab. 48. Informasi dari Pak Jemari
49
Bab. 49. Ada itu Berkah
50
Bab. 50. Menjadi Orang Miskin bukan Takdir
51
Bab. 51. Penasaran
52
Bab. 52. Doa Ibu Sari
53
Bab. 53. Nesya Histeris
54
Bab. 54. Ancaman Nesya
55
Bab. 55. Ide Angga
56
Bab. 56. Menanti Keterangan Pak Jemari
57
Bab. 57. Dilancarkan Urusannya
58
Bab. 58. Ibu Sang Bayi
59
Bab. 59. Cerita Ibu Sang Bayi
60
Bab. 60. Tangisan
61
Bab. 61. Curiga
62
Bab. 62. Waspada
63
Bab. 63. Memberikan Kepercayaan dan Kesempatan
64
Bab. 64. Pintar Saja Tidak Cukup
65
Bab. 65. Emak Baru
66
Bab. 66. Kekuatiran Emak Baru
67
Bab. 67. Rencana Emak Baru
68
Bab. 68. Jangan Mengkuatirkan yang Belum Pasti
69
Bab. 69. Diambil Alih
70
Bab. 70. Tekad Emak Baru
71
Bab. 71. Tidak Sendiri
72
Bab. 72. Emak Baru Kepo
73
Bab. 73. Ujian Hidup
74
Bab. 74. Keahlian Tersembunyi
75
Bab. 75. Kebahagiaan Emak Baru
76
Bab. 76. Anomali
77
Bab. 77. Menunggu
78
Bab. 78. Kedatangan Tamu
79
Bab. 79. Menyambut Tamu 1
80
Bab. 80. Menyambut Tamu 2
81
Bab. 81. Tak Bisa Tidur
82
Bab. 82. Siapa Gadis Berkacamata Tebal
83
Bab. 83. Dilema
84
Bab. 84. Kecewa?
85
Bab. 85. Akhirnya Asyik
86
Bab. 86. Hujan Badai
87
Bab. 87. Membaca Bahasa Alam
88
Bab. 88. Saling Memberi Manfaat
89
Bab. 89. Berita Menggelegar
90
Bab. 90. Tenang Bagai Samudra
91
Bab. 91. Rambut Dibelah Tujuh
92
Bab. 92. Bantuan Sandra
93
Bab. 93. Penolakan dari Nesya
94
Bab. 94. Rahasia
95
Bab. 95. Izin
96
PROMO NOVEL BARU
97
PROMO NOVEL BARU "DIPECAT MALAH JADI JURAGAN"
98
PROMO NOVEL SUKSES SETELAH DIHINA DAN DICERAI
99
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!