Ojek Kang Slamet sudah selamat sampai di terminal kota kecil tersebut. Kang Slamet menurunkan kardus mie instan dan tas pak Jemari yang berada di motornya.
"Terimakasih ya Kang" ucap pak Jemari sambil mengulurkan uang jasa ojek.
"Sama sama Pak" ucap kang Slamet sambil menerima uang ongkos ojek.
"Mar hati hati ya, belajar yang rajin semoga jadi orang" pesan kang Slamet sambil menatap Marginah
"Iya Kang, emang sekarang aku jadi apa?" tanya Marginah
"Maksudnya biar jadi orang sukses Nah" ucap kang Slamet sambil menjalankan pelan motor nya.
"Terima kasih Kang" ucap Marginah kemudian Marginah dan pak Jemari berjalan menuju ke tempat bis parkir.
Beberapa orang laki laki datang pada mereka menanyakan mau kemana, dan menawarkan jasanya. Pak Jemari menjawab mau ke terminal kota besar dan tetap berjalan sambil membawa tas besar dan kardus mie instan yang berisi bahan makanan. Sedang Marginah membawa tas slempang dan kedua tangannya kiri kanan membawa kantong plastik berisi bekal di jalan dari Mak Dinah dan Nenek Jampi tersayang.
"Pak mau naik bis yang mana?" tanya Marginah
"Yang sudah ada penumpangnya Nah biar tidak terlalu lama nunggu, tidak lama perjalanan dari sini ke terminal besar" jawab pak Jemari sambil terus berjalan.
Akhirnya mereka sampai di dekat bis kecil yang sudah banyak penumpangnya, kemudian pak Jemari menyuruh Marginah naik lebih dulu, setelahnya pak Jemari ikut naik masuk ke dalam bis tersebut.
Marginah duduk di kursi paling belakang di pojok dekat jendela, kemudian pak Jemari menaruh tas dan kardus bawaannya di lantai bis dan duduk di samping Marginah.
Tak berapa lama bis berjalan menuju ke terminal kota besar. Kondektur bis sudah menariki ongkos dimulai dari penumpang depan kemudian berjalan menuju ke penumpang belakang. Pak Jemari penumpang yang terakhir kali ditarik ongkos karena hanya pak Jemari dan Marginah yang duduk di jok paling belakang. Kemudian kondektur tersebut duduk di samping pak Jemari, juga ada kenek bis yang duduk di kursi belakang pojok dekat pintu.
"Mau kemana pak? tanya pak kondektur
"Ke kota L" jawab pak Jemari
"Mudik?" tanya kondektur dengan nada merendahkan.
"Ora mas aku asli wong kene (tdak mas aku asli orang sini)" jawab pak Jemari
"Terus urusan apa, mondoke anak?" tanya kondektur itu lagi dengan nada ketus
"Ya semacam itu, tapi ini mau ke panti asuhan biar anakku bisa meneruskan sekolah" jawab pak Jemari
"Wah enak ya pak, buat anak terus dititipke dibayari sekolahe" kata kondektur dengan mimik wajah mengejek
"Enak gundulmu kuwi" ucap pak Jemari dengan emosi sampai banyak penumpang yang menoleh
"Pak mosok gundule deke enak (pak mosok kepala dia enak)" ucap Marginah pelan
"Hust" dengus pak Jemari pada Marginah sambil menyikut pelan Marginah.
"Coba kamu tanya anakku pilih tinggal di panti apa kumpul orang tua yang bisa bayari sekolah tinggi" ucap pak Jemari pada kondektur masih dengan nada emosi
"Pilih endi nduk"
"Yo kalau disuruh milih, milih yang bisa kumpul wong tua dan sekolah tinggi pak" jawab Marginah
"Denger tho, beban mental aku ndul ora iso memenuhi pilihan anak, tapi anakku juga ora iso milih dadi anake sopo, wis takdir e dadi anakku, tapi aku lan deke arep memperbaiki, deke sregep sinau aku ngoleke panti sing iso menfa..si..li..tasi cita citane" kata pak Jemari
"Pak aku tetep seneng ditakdirke dadi anake bapak, wis bersyukur banget dudu dadi anake pak gundul kuwi (Pak aku tetap senang ditakdirkan jadi anaknya bapak, sudah bersyukur banget tidak jadi anaknya pak gundul itu)" ucap Marginah pelan sambil memeluk lengan pak Jemari.
Bis sudah sampai di terminal kecil. Marginah turun bis lebih dulu, kemudian saat pak Jemari mau turun dia menatap kondektur yang berdiri di dekat pintu bis
"Nek omong ojo dipadake awakmu dewe, jangan bercermin pada diri sendiri, pemikiran orang beda beda" ucap pak Jemari kemudian turun dari bis. Kondektur tersebut hanya diam saja.
Pak Jemari dan Marginah kemudian berjalan menuju peron penumpang masuk terminal besar. Mereka berjalan menuju tempat bis berparkir. Mencari deretan bis yang bisa membawa mereka ke kota tempat panti berada. Marginah kadang berjalan di samping bapaknya, kadang di belakangnya tetapi tanpa jarak.
"Bis yang mana Pak?" tanya Marginah saat berjalan di samping bapaknya.
"Yang sana Nah, agar tidak ganti ganti bis lagi" jawab pak Jemari sambil menunjuk ke arah barisan bis dengan mengangkat dagunya.
Akhirnya mereka sampai pada barisan bis yang dimaksud. Pak Jemari dan Marginah berjalan menuju bis yang parkir di deretan paling depan.
"Itu Nah bis nya" kata pak Jemari sambil menunjuk bis dengan dagunya lagi sebab kedua tangannya membawa barang.
Seorang laki laki datang mengambil kardus pak Jemari, sambil bertanya tujuan pak Jemari. Kemudian laki laki itu membawa kardus dan tas travel pak Jemari dibawanya masuk ke dalam bis lewat pintu belakang. Pak Jemari dan Marginah mengikutinya masuk ke dalam bis.
Pak Jemari matanya mencari cari tempat duduk
"Nah yang agak depan sana" kata pak Jemari sambil mengambil tas dan kardus nya yang ditaruh petugas bis di lantai bis bagian belakang.
Marginah berjalan menuju tempat duduk yang ditunjuk pak Jemari, kemudian masuk ke deretan kursi dan mendudukkan pantatnya di kursi samping jendela. Kemudian Pak Jemari meletakkan kardus di bawah kaki Marginah dan di sebelahnya lagi tas travel nya kemudian pak Jemari duduk di samping Marginah.
"Ini nanti langsung Pak?" tanya Marginah
"Iya tapi bukan di kota terakhir tujuan bis ini, maka kita duduk di bagian agak depan biar mudah nanti kalau turun ngasih tahu pak sopir" jawab Pak Jemari
Setelah beberapa menit menunggu terlihat sopir bis sudah masuk dan duduk di tempatnya, dan tidak berapa lama bis berjalan meninggalkan terminal kota besar, berlalu membelah jalan raya.
"Pak" panggil Marginah pelan
"Apa" ucap pak Jemari
"Bapak tadi kok bisa omong fa..si..li..tasi, aku mau tanya tadi tapi bapak masih marah marah ke pak gundul" tanya Marginah
"He.. He... aku tahu dari pak Kades"
"Kok bisa?" tanya Marginah lagi
"Iya waktu lapor kalau kamu akan ke luar kota melanjutkan sekolah kan pak Kades tanya tanya, terus aku jawab mau tinggal di panti, sekolah di sana, lalu pak Kades bilang ya syukur kalau ada yang menfa..si..li..tasi, aku tanya pak Kades apa artinya pak Kades bilang ya yang memberi kemudahan, yo wis terus ku ingat ingat kata itu" jawab Pal Jemari.
"Untung bapak inget inget bisa ngaya di depan pak gundul" ucap Marginah sambil tersenyum bangga pada bapaknya.
Sejenak mereka terdiam, terlihat Marginah membuka susu kotak pemberian Nenek Jampi dan menyedotnya kemudian membuka bungkus makanan ringan.
Sementara itu kondektur bis sudah mulai berjalan menariki ongkos penumpang. Dan tiba saatnya berada di dekat tempat duduk pak Jemari, kondektur menatap kemudian pak Jemari menyebutkan kota tujuannya, dan pak kondektur menyebutkan ongkos yang harus di bayar pak Jemari, lalu pak Jemari memberikan uang sejumlah yang dimaksud.
"Mas nanti kalau aku tertidur dibangunkan ya kalau sudah sampai kota itu" pesan pak Jemari
"Ngih Pak" ucap kondektur bis dengan sopan, dan melanjutkan menariki ongkos penumpang lainnya.
Marginah menoel pelan lengan bapaknya sambil berbisik.
"Pak kalau yang ini tidak seperti pak gundul" ucap Marginah
"Iya pak gundul hanya segelintir oknum, he...he..." kata pak Jemari sambil mengambil pisang rebus bekal dari istri tercinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Follow ig : tinatina3627
mampir lagi kakak di karya yang baru
2022-04-02
2
🎐Tsubaki
pak gundul..
2022-03-19
2
Mari ani
lanjut semangat
2022-02-27
1