Sandy menoleh ke arah Rio, lalu tersenyum smirk.
"Buk saya boleh izin keluar, gak?" bisik Sandy di telinga Tania.
Tania hanya diam terpaku.
"Buk," panggil Sandy menyadarkan Tania dari rasa gugupnya.
"Bo-boleh, silakan!" lirih Tania.
Sandy keluar dari kelas. Dia merasa puas melihat ekspresi Tania yang sangat gugup dengan tingkahnya.
Dia sengaja memberikan kenangan yang akan membuat Tania tak pernah melupakan dirinya.
"Mhm, a-anak-anak mari kita lanjutkan pelajaran kita," ujar Tania berusaha mengendalikan dirinya dan kembali menguasai kelas.
"Jika sudah paham, tolong catat penjelasan yang ada di papan tulis!" perintah Tania pada seluruh siswa.
Tania duduk di kursinya, dia menghela napas panjang meluapkan semua rasa gugup yang masih tersisa di hatinya.
"Buk, udah selesai!" seru salah satu siswi.
"Kalau sudah selesai kita cerita dunk, Buk!" pinta siswi lainnya.
Tania tersenyum, lalu dia berdiri. "Kalian mau cerita apa?" tanya Tania pada siswa dan siswinya.
Dia memberi kesempatan pada siswa dan siswi untuk freetime.
"Ibuk udah punya pacar, belum?" tanya Sandy tiba-tiba masuk kelas.
Wajah Tania seketika berubah merah bagaikan tomat. Dia tersipu mendengar pertanyaan dari Sandy. Dia teringat kemarin malam dia sempat menjawab panggilan dari Reyhan sang kekasih di depan Sandy.
"Nih anak maunya apa sih?" gerutu Tania di dalam hati.
"Eheem, menurut saya masalah pribadi tak perlu di umbar di dalam kelas!" ujar Tania dengan tegas.
"Loe apa-apaan sih, San. Nggak sopan, tau!" teriak Dona salah satu wanita yang pernah kecewa ulah sikap Sandy.
Sandy menatap tajam ke arah Dona. "Bukan urusan, loe!" ketus Sandy lalu melangkah menuju bangkunya.
"Sudah! Sudah! Jangan bertengkar! Kita lanjutkan, ya. Ibuk akan bercerita tentang pengalaman ibuk." Tania pun mulai bercerita tentang masa-masa dia duduk di SMA.
Para siswa merasa senang mendengarkan cerita Tania hingga mereka tak ingin keluar saat bel pergantian jam berbunyi.
*****
"Huufft!" Tania menghela napas panjang saat sudah berada di perpustakaan.
"Tuh anak maunya apa sih? Asli gue benar-benar gugup. Syukur aja gue bisa mengontrol diri gue," gumam Tania di dalam hati setelah meminum segelas air putih.
"Woi, loe kenapa?" tanya Nurul menghampiri Tania yang sedang beristirahat sejenak.
"Mhm, emangnya gue kenapa?" tanya Tania balik pada sahabatnya.
"Kayaknya kecapean gitu, habis ngapain di kelas?" Nurul mulai penasaran.
"Eh, Rul. Loe ingat gak sama anak yang bantuin kita dorong scoopy gue kemarin? Sama anak yang ikut makan bareng kita tadi malem?" Tania pun menceritakan kejadian di kelas pada Nurul.
"Loe harus hati-hati sama dia, kayaknya dia punya niat tersendiri deh sama loe." Nurul berusaha memberi peringatan pada Tania.
"Ah, jangan su'udzhoon lah!" Tania mengibaskan tangannya.
"Apa yang dikerjakan?" tanya Tania mengalihkan pembicaraan.
"Tuh, buku-buku yang di kardus kita susun ke rak buku sesuai judulnya," ujar Nurul kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti.
Tania pun membantu Nurul menyusun beberapa buku, saat asyik mengerjakan pekerjaannya.
"Perlu bantuan, Buk?" suara yang mulai tak asing di telinga Tania terdengar tepat di belakangnya.
"Hah?" lirih Tania kaget.
Dia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah suara yang mengajaknya berbicara.
Posisi Sandy yang sangat dekat membuat Tania sulit bergerak. Postur tubuhnya yang tinggi menutupi tubuh mungil Tania.
Tania berusaha menenangkan hatinya. Dia mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan sang siswa. Aroma maskulin tubuhnya tercium jelas di indera Tania.
Jantung Tania seketika berdegup dengan kencang.
"Buk!" panggil Sandy sambil melambaikan tangannya.
Tania tersentak dari lamunannya. "Eh, iya."
"Ada yang bisa saya bantu, Buk?" tanya Sandy lagi pada Tania.
"Mhm." Tania bingung harus menjawab apa.
"Hei, Kamu!" panggil Nurul saat mendapati Sandy mulai mendekati sahabatnya.
Sandy menoleh ke arah Nurul.
"Kamu mau bantuin, kan? Nih tolong angkatin buku-buku ini ke rak yang paling pojok.
"Baik, Buk," ucap Sandy, dia pun berlalu meninggalkan Tania.
"Huufft," Tania menghela napasnya berat, dia mengelus dadanya lega serta menyandarkan tubuhnya ke rak buku, kakinya terasa lemas setelah jantungnya berdetak begitu cepat.
"Ya Tuhan! Apa yang terjadi padaku?" gumam Tania di dalam hati.
Setelah menenangkan hati dan jiwanya, Tania kembali melanjutkan pekerjaannya. Sandy juga ikut membantu menyelesaikan pekerjaan di perpustakaan.
Sandy memang biasa menghabiskan waktu pelajaran kosong di perpustakaan. Kebetulan 2 jam terakhir guru yang mengajar di kelas Sandy tidak masuk karena urusan lain di luar sekolah.
"San, kamu pergi beli makan buat kita, ya!" pinta Yeni petugas pustaka.
"Oh iya, Buk." Sandy meletakkan beberapa buku yang tinggal disusun di samping Rak buku.
"Tania, kamu bisa temani Sandy?" tanya buk Yeni.
"I-iya buk," jawab Tania gugup.
"Yes!" pekik Sandy di dalam hati.
Sandy merasa keberuntungan tengah berpihak padanya. Ini akan dijadikan sebuah kesempatan untuk dapat mendekati Tania sang guru muda di sekolahnya.
Tania dan Sandy keluar dari perpustakaan, mereka melangkah menuju parkiran. Tania memberikan kunci motornya pada Sandy.
Sandy pun melajukan scoopy merah milik Tania melintasi jalanan yang masih sepi, Tania yang duduk berbonceng di belakang Sandy hanya diam dengan pikiran campur aduk mengingat beberapa kejadian yang dilewatinya bersama Sandy.
Sedangkan Sandy tersenyum bahagia, dia mengendarai scoopy milik Tania dengan wajah yang sumringah.
15 menit perjalanan mereka sampai di sebuah rumah makan Padang, mereka memesan beberapa nasi bungkus untuk makan siang.
Sandy dan Tania duduk di sebuah bangku sambil menunggu pesanan mereka selesai di bungkus.
Sandy memandang dalam ke arah Tania, dia mencoba memberikan aliran cinta yang akan merasuki jiwa Tania.
Lagi lagi, hati Tania berdegup kencang menerima tatapan yang menembus hatinya. Dia mulai tak sanggup mengendalikan sebuah rasa dan asa yang terbesit di hatinya.
******
"Tania, Nurul! Ntar sore datang ke sekolah,ya!" pinta Eko ketua mahasiswa PPL di SMA 1 tempat mereka bertugas.
Tania dan Nurul saling berpandangan, mereka mengernyitkan dahinya bingung.
"Ntar sore ada acara OSIS, kita sebagai mahasiswa PPL diminta untuk hadir dalam acara tersebut." Eko menjelaskan saat menyadari tanda tanya di benak kedua temannya.
"Oh, oke!" sahut Tania dan Nurul serentak.
"Kalau gitu, kita udah boleh pulang duluan, kan?" tanya Tania.
"Boleh,"ucap Eko.
Tania dan Nurul melangkah menuju parkiran, dan menaiki kuda besi milik Tania menuju kostan.
Sore hari setelah ashar, Tania dan Nurul telah siap menggunakan pakaian santai, mereka sengaja mengenakan jeans panjang dan kaos yang longgar.
Tania mengikat rambutnya agar terlihat lebih dewasa, sedangkan Nurul hanya memakai jepit rambut di bagian kiri kepalanya.
Tania melajukan kuda besi kesayangannya melintasi jalanan sepi menuju sekolah. Sesampainya mereka di sekolah, para siswa telah ramai di lapangan.
Kali ini OSIS mengadakan acara tournament futsal antar kelas.
Para mahasiswa PPL diminta hadir untuk meramaikan acara OSIS.
Ada beberapa orang guru yang juga hadir dalam acara ini sebagai pendamping acara yang diadakan oleh OSIS.
Tania dan Nurul melangkah menuju lapangan, tiba-tiba seorang siswi sengaja menabrak tubuh Tania.
"Aw!" pekik Tania kesakitan.
Siswi tersebut menatap tajam ke arah Tania.
Bersambung...
Readers yang baik hati mohon dukungan nya dengan meninggalkan jejak...
Rate...
Like...
Komentar...
Hadiah...
dan
Vote...
Terima kasih🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Nastio Iman
sandy
2022-01-12
0
Siti Halimah
😍😍😍
2022-01-02
0
Azfa Humaira
ulah sandy
2022-01-02
0