Terjebak Antara Dua Cinta

Terjebak Antara Dua Cinta

Awal Pertemuan

"Aku pergi ya, Sayang" ucap Tania sebelum berangkat.

"Iya, kamu hati-hati ya di sana." Reyhan mengelus lembut puncak kepala Tania.

Tania mengangguk sambil tersenyum manis.

"Jangan lupa, jaga hati kamu buat aku," ujar Reyhan menunjuk ke da-da sang kekasih.

"Siap, itu pasti." Tania memasang gaya seperti peserta upacara yang sedang menghormat bendera.

"Ya udah, pergilah." Reyhan memcubit gemas pipi wanita yang paling disayanginya.

"Da ...." Tania melambaikan tangannya lalu melajukan scoopy merah kesayangannya.

Reyhan menatap kepergian sang kekasih dengan senyuman. Reyhan sangat ingin memgantar sang kekasih ke lokasi PPL Tania yang terletak di sebuah desa yang membutuhkan 2 jam perjalanan dari kota, namun sayang wanita pujaannya itu menolak.

Tania sudah berjanji dengan beberapa temannya untuk berangkat konvoi dari lokasi yang sudah mereka janjikan, Tania bersikeras berangkat sendiri dengan membawa scoopy tercintanya dengan alasan agar dia memiliki alat untuk mengantarkannya kemana pun saat di desa.

🌷🌷🌷

"Maaf, Buk," ucap seorang siswa yang telah menabrak Tania yang menyebabkan semua buku-buku yang ada di tangan Tania berhamburan di lantai tepat di koridor sekolah.

Tania tersenyum sambil memungut buku-buku yang dibawanya tadi.

Sang siswa pun ikut membantu memunguti buku-buku yang berserakan.

"Sekali lagi saya minta maaf ya, Buk," ucap sang siswa pada Tania.

“Iya, gak apa-apa,” gumam Tania lembut dengan tersenyum.

Tania bersikap seperti seorang guru yang berwibawa di depan siswanya, lalu Tania pun berlalu meninggalkan siswa laki-laki yang tadi menabraknya. Dia melangkahkan kakinya menuju kantor guru.

“Pak, ini buku-buku yang bapak minta,” ujar Tania pada seorang guruyang sangat tampan dengan senyuman ramahnya.

“Makasih, Tania,” ucap sang guru populer di sekolah tempat Tania PPL.

Pak Lingga, begitu para siswa memanggilnya. Seorang guru pria nan tampan serta sangat ramah pada semua kalangan sehingga para siswi banyak yang kagum pada pria beristri satu ini.

Tania juga kagum pada pak Lingga tapi hanya sebatas kekaguman dari seorang peserta didik, sikap ramahnya menjadi seorang guru pamong bagi Tania membuat diamenjadi nyaman dalam menjalani tugas PPLnya.

“Ya sudah, kamu sudah bisa pulang.” Pak Lingga mengizinkan Tania pulang setelah bebrapa pekerjaan yang ditugaskan pak Lingga berhasil diselesaikannya dengan baik.

Tania pun melangkah menuju ruang khusus yang disediakan sekolah untuk para mahasiswa PPL di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 ini, di sana Tania mendapati Nurul sahabatnya duduk dengan wajah ditekuk.

“Loe, kenapa?” tanya Tania heran melihat sahabatnya.

“Pake nanya lag, gue nungguin loe udah hampir satu jam di sini, bosan tau!” cicit Nurul meluapkan kekesalannya pada sang sahabat.

“Sorry, gue kan harus menyelesaikan beberapa tugas yang dikasih pak Lingga.” Tania berusaha membujuk sahabatna.

“Iya, tapi gue bete sendirian di sini,” rahuk Tania.

“Trus gimana dong? Besok kalau ku ada tugas dari pak Ling kamu ikut aja bantuin aku,” ujar Tania memberi ide.

“Iya deh, yuk kita pulang!” ajak Tania.

Nurul pun berdiri dari duduknya, sedangkan Tania langsung mengambil tasnya, mereka melangkah menuju parkiran mengambil scoopy merah kesayangan Tania dan mereka pun kembali ke kost.

Tania dan Nurul tinggal di sebuah rumah kost yang berjarak sekitar 100 meter dari sekolah, setiap hari scoopy merah milik Tania denga setia mengantarkan mereka ke sekolah dan ke mana pun mereka pergi.

“Eits,” pekik Tania saat laju scoopynya oleng di tengah jalan.

Tania menghentikan scooter miliknya di pinggir jalan.

“Ada apa, Tan?” tnya Nurul heran.

“Lihat! Bannya bocor,” keluh Tania sambil menunjuk ke ban depan scoopynya.

“Ya ampun, terus gimana dong?” tanya Nurul kesal.

“Ya, terpaksa dong kita dorong sampai bengkel,” ketus Tania kesal melihat ekspresi sahabatnya.

Beginilah gaya bicara dua sahabat yng selalu menunjukkan rasa kekesalan mereka, namun hati mereka saling meyayangi satu sama lain.

“Loe sich, gak hati-hati bawanya,” gerutu Nurul sambil berjalan dan mendorong scoopy milik Tania.

Tania hanya diam mendengar gerutuan Nurul, dia menganggap setiap ocehan Nurul seperti musik dari sebuah Radio rusak.

“Kenapa, Buk?” tanya seorang siswa yang sedang duduk di sebuah warung bersama teman-temannya.

“Ini, bannya bocor.” Tania menunjuk ke arah ban scoopynya.

“Oh, sini saya bantu dorongnya, Buk!” seru sang siswa berbaik hati menawarkan bantuan.

“Nggak usah, saya bisa kok.” Tania mencoba menolak tawaran sang siswa.

“Makasih, dengan senang hati,” ucap Nurul sambil menoel pinggang Tania agar Tania menerima tawaran sang siswa.

Siswa tampan yang memiliki postur tubuh sangat sempurna itu mendekat ke arah Tania lalu memegang scoopy milik Tania,membuat Tania terpaksa mundurmembiarkan sang siswa membantunya.

Tania dan Nurul melangkah mengikuti siswa yang tengah mendorong scoopy tercinta. Nurul masih sibuk mengerutu di belakang sang siswa, hingga akhirnya Tania mencubit pinggang Nurul.

“Udah deh, loe nggak malu apa ngomel-ngomel terus depan siswa. Ingat, Rul. Loe itu sekarang guru.” Tania membelalakkan bola matanya kesal melihat tingkah sahabatnya.

Nurul pun terdiam mendengar omelan Tania, seketikas situasi menjadi hening tanpa suara hingga mereka sampai di depan sebuah bengkel.

“Bang, tolong ya,” ujar si siswa pada tukang bengkel ramah.

“Oke, San.”Seorang montir di bengkel itu mengacunkan jempolnya.

“Bentar ya, Buk,” ujar Sandy pada Tania.

“Makasih, ya. Eh, kalau boleh tahu nama kamu siapa?” tanya Tania pada siswa tampan yang berbaik hati.

“ Sandy, Buk,” ujarnya sambil tersenyum.

“Oh, iya. Makasih ya,” ucap Tania.

“Sama-sama, Buk. Kalau gitu saya tinggal dulu, Buk. Teman saya menunggu di warung tadi.”Sandy pun berlalu meninggalkan Tania dan Nurul setelah mendapat anggukkan dari guru PPL di sekolahnya itu.

***

“Gila loe, San. Loe mau jadiin guru PPL itu mangsa berikutnya?” tanya Rio sahabat Sandy.

“Mhm, kayaknya lebih seru deh ganti suasana” ujar Sandy dengan senyuman aneh yang sulit diartikan di paras tampan nan menawan.

Rio hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia tahu betul sifat sahabatnya, Sandi sang siswa idola di sekolah sangat terkenal dengan sifat play boy nya.

Rio yakin kali ini mangsa berikutnya tertuju pada sang guru muda nan cantik di sekolah mereka.

****

Siang telah berganti petang, langit biru mulai berwarna jingga di ufuk barat, semilir angin petang menyapu wajah gadis cantik yang tengah duduk di balkon kamar kostnya.

Tania merasa bosan berbaring di atas ranjangnya, dia memilih menghirup udara segar di balkon kamarnya. Dari balkon kamar, dia bisa menikmati keindahan pemandangan alam yang menyejukkan hati dan jiwa.

Sawah-sawah yang bertangga dan sungai yang mengalir di tengah persawahan menyempurnakan keindahan alam semesta, Tania menatap kagum pada keindahan yang terhampar di hadapannya.

Dari kejauhan Sandi menangkap sosok cantik dan bersahaja yang tengah menikmati keindahan petang hari di sebuah desa nan damai jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Sandy memiliki sebuah ide, dia mengambil sepeda motor bututnya ast**a grand peninggalan almarhum ayahnya. Sandy melajukan sepeda motornya, dia sengaja melintas tepat di depan kost Tania.

Bersambung...

Readers yang baik hati mohon dukungan nya dengan meninggalkan jejak...

Rate...

Like...

Komentar...

Hadiah...

dan

Vote...

Terima kasih🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

Itu motor scoopy nya bkn ban tubles apa, knp bocor, psti gk dikasi cairan anti bocor..

2023-06-18

0

Ryoka2

Ryoka2

Mampir kak

2022-03-16

0

Your name

Your name

Pertemuan yang tak di sangka ya, mungkin tempat tadi bisa jadi kenangan indah. Bagi Sandy.

2022-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!