Gadis iti menghela napas lega saat mendengar suara air di kamar mandi yang menyatu dengan ruangan itu. Dia meletakkan kotak makan yang dibawanya di meja kecil samping tempat tidur.
"Huh, untung saja Mama nggak kabur seperti dugaanku. Kalau iya, aku tidak tahu lagi bagaimana harus mencarinya."
Fay terkekeh karena sudah berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimanapun juga, para pengawal tidak pernah meninggalkan tempatnya, mereka selalu berjaga di luar. Bagaimana Yuri bisa kabur dengan pengawalan ketat? Dia berjalan menuju ke pintu kamar mandi dengan senyum tak memudar. Yuri menyadari kehadiran Fay dan memintanya masuk.
Fay dibuat tercengang saat melihat apa yang dilakukan Yuri di dalam sana. Wanita itu tengah merapikan helaian demi helaian rambut yang sebagian menutupi wajahnya.
"Ma."
"Ya, Sayang."
"Ini benar Mamaku?" Yuri menghentikan aktivitasnya, kedua tangannya menangkup wajah putrinya yang kini tumbuh menjadi gadis cantik.
"Memangnya kamu kira Mama ini siapa?" Yuri terkekeh melihat putrinya menatapnya intens.
"Hehe ..., maaf. Habisnya Mama cantik."
"Biasanya gak cantik, dong?"
"Cantik, Mama adalah wanita paling cantik di mata Fay." Yuri memcubit pipi Fay gemas.
"Tapi anak Mama juga gak kalah cantik."
"Ini warisan dari Mama."
"Haha ..., kamu bisa aja buat Mama senang."
Wanita itu sengaja memoles wajahnya, bedak tipis dengan warna nude cerah yang menyatu dengan warna kulitnya. Tidak lupa pelembab bibir dengan warna rose pink, membuat Yuri terlihat lebih segar. Tidak terlihat seperti orang yang sakit.
"Mama mau pergi kemana dandan seperti ini?" tanya Fay dengan kening berkerut.
"Fay, temani Mama belanja, ya."
"Belanja?"
"Iya, Mama bosan di rumah sakit sepanjang hari. Mama ingin sesekali keluar untuk menghirup udara segar," rengek Yuri pada putrinya.
"Apa dokter sudah mengizinkan Mama pergi?"
"Anak Mama yang paling cantik, jangan khawatirkan hal itu, Mama sudah bertanya dan dokter mengizinkannya."
"Baiklah." Fay tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan permintaan sang ibu.
"Mama tahu hari ini Fay gajian?"
"Benarkah hari ini kamu gajian? Mama tidak tahu kapan kamu gajian, Fay. Mama hanya ingin pergi belanja, itu saja."
"Iya, Ma. Sekarang akhir bulan, jadi gaji Fay sudah turun, sebentar aku kasih liat buktinya."
Fay mengambil benda pipih dari tas selempangnya. Ia mencari bukti transfer bank yang masuk ke rekeningnya.
"Ma, kemari dan lihatlah!" Fay meminta Yuri duduk di sebelahnya. Ia memperlihatkan bukti transfer itu pada Yuri.
"Ini benar gajimu, Fay? Banyak banget." Yuri menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Delapan digit angka, jumlah yang sangat besar menurutnya.
"Iya, Ma. Ini gaji dan bonus karena pekerjaan Fay baik."
Meski gaji yang didapatkan putrinya cukup besar, tetapi resikonya juga besar bagi seorang wanita. Di sana pasti banyak laki-laki jahat, bagaimana Fay menjaga dirinya?
"Fay, Mama mau kamu keluar pekerjaan itu."
"Kenapa harus keluar, Ma? Mama sudah lihat sendiri gaji yang Fay dapatkan. Lebih dari cukup untuk kita berdua."
"Mama tahu, tapi pekerjaan itu terlalu beresiko untuk anak perempuan, Fay. Mama tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ucap Yuri dengan wajah sedih. Ia tahu betul betapa keras perjuangan Fay, bahkan ia harus bekerja hingga larut malam.
"Ma, Fay mendapatkan pekerjaan ini dengan kerja keras dan kekuatan Fay sendiri, lagi pula bos di sana sangat baik dan menghargaiku sebagai perempuan."
Yuri tidak mengindahkan alasan yang Fay katakan, ia tetap bersikeras memintanya keluar dari tempat bekerja. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi saat Fay menjalankan tugasnya.
"Cepat atau lambat kamu harus melakukannya, Fay."
"Ma, kalau Fay mengundurkan diri dari pekerjaan ini, lalu bagaimana Fay membiayai kehidupan kita selanjutnya?"
Fay tidak habis pikir mengapa ibunya bersikeras memintanya keluar, benar yang dia katakan, pekerjaan ini terlalu beresiko, tetapi Fay sudah bisa menempatkan diri dan mempersiapkan segala resiko yang akan dihadapinya.
"Di masa depan, Vano sudah berjanji akan merawatmu dengan baik, dia paati akan menjadi suami yang bertanggung jawab dan bersedia memenuhi semua keperluan kita, jadi kamu tidak perlu bekerja keras mencari uang dan bisa terus belajar."
Fay menautkan kedua alisnya hingga hampir menyatu, Vano? Siapa Vano? Fay tidak mengenal siapa orang yang sedang mereka bicarakan, atau dia yang salah mengingat?
"Hari ini Vano mengunjungi Mama dan membawakan banyak hadiah, Mama sangat senang kalau kamu bisa bersama dengan orang yang tepat seperti Vano."
"Kamu lihat ini, ini juga, dan ini." Yuri menunjukkan barang-barang yang dibawakan Vano sebagai hadia untuknya.
Fay memperhatikan banyaknya hadiah yang diberikan orang bernama Vano itu pada ibunya. Ada buah segar, buket bunga, juga berbagai makanan ringan yang tidak Fay perhatikan sebelumnya.
"Siapa Vano?" Fay memberanikan diri untuk bertanya. Yuri menatap putrinya nyalang, bola mata itu seperti hendak keluar dari tempatnya.
"Jadi kamu tidak tahu siapa nama calon kamu sendiri, Fay? Keterlaluan, calon istri macam apa kamu ini? Apa jangan-jangan kamu hanya mengarang cerita untuk menghibur Mama? Katakan, ayo katakan yang sebenarnya.
Fay baru tahu orang yang dimaksud oleh Yuri. Calon suami, apakah dia datang menjenguk ibunya?
"Maksud Mama Tuan Melviano? Maksudku Melviano datang ke sini?"
"Memangnya siapa lagi calon mantu Mama? Ya cuma dia, anak Mama juga cuma kamu seorang," ketus Yuri. Ia menggelengkan kepalanya cepat, kesal pada putrinya yang terlihat polos atau bodoh sebenarnya?
"Vano, Melviano." Fay menirukan ucapan sang ibu, mengucapkan nama Vano dengan nama panggilannya.
"Kapan dia datang ke sini?"
"Pagi tadi, sebelum kamu datang. Dia juga menanyakan keberadaanmu."
"Terus, Mama bilang apa?"
"Kamu berharap Mama mengatakan apa?"
"Tidak ada."
"Tenang saja, Mama masih punya hati, Mama cuma bilang kamu kelelahan setelah bekerja."
Dia datang ke sini untuk apa? Hal apa yang membuat Mama berubah pikiran? Semoga saja dia tidak berpikiran yang aneh-aneh. Kalau sampai itu terjadi, kejadian malam itu kupastikan akan terulang untuk kedua kalinya, atau bahkan ketiga kali.
Fay terdiam, ia sedang memikirkan apa yang dibicarakan Vano dan Yuri sebelumnya, terlebih perubahan sikap Yuri yang membuatnya heran.
"Aku harus segera mencarinya dan bertanya padanya secara langsung," gumam Fay.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Endang Winarsih
seru
2022-04-17
1
Laura Evlin Prichilia
ini sama persis sama yg itu adu apa ya judul nya pokoknya sama alurnya beda di nama aja kalau yg itu Melia kelvin
2022-02-05
1
Mata Air
kamu salah tendangan Fay .... yg kamu tendang bukan Vano..... tapi masih satu klan sih.....
2022-01-06
4