"Mbak, tolong jaga Mama sebentar. Fay mau menemui dokter," ujar Fay pada Mbak Jum--wanita yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri.
"Iya, Mbak juga hari ini enggak ada kerjaan," sahut Mbak Jum.
"Terima kasih, Mbak. Fay tinggal sebentar, Ma." Yuri hanya menjawabnya dengan anggukan. Efek obat yang diberikan dokter mulai bekerja, Yuri merasa matanya berat untuk dibuka.
Fay sedang berada di ruang administrasi untuk membayar biaya pengobatan sang ibu. Dia terpaksa menggunakan uang tabungan untuk biaya kuliahnya karena tidak memiliki uang lain. Salah satu syarat agar sang ibu bisa ditangani lebih lanjut.
Setelahnya ia menemui dokter yang menangani Yuri membawa kwitansi pembayaran uang muka. Sisanya bisa dilunasi setelah Yuri sembuh beserta tambahan biaya lainnya.
"Siang, Dok."
"Silakan duduk," ujar sang dokter dengan ramah. "Apakah ibu Anda memiliki riwayat penyakit ginjal sebelumnya?"
"Setahu saya tidak, Dok. Apakah penyakit Mama begitu parah?"
"Ini hanya dugaan awal saja, ginjal Ibu Yuri bermasalah, beliau mendapat banyak tekanan dan berpengaruh pada imun tubuhnya. Itulah sebab tidak sadarkan diri. Terlebih tensi darahnya sangat tinggi, melebihi batas normal. Jika tidak segera ditangani, saya takut hal ini akan berdampak buruk pada tubuhnya." Dokter muda itu menjeda kalimatnya. "Namun, ini hanya dugaan awal. Lebih jelasnya kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter ahli yang akan menanganinya."
Hal itu sangat mengejutkan Fay. Memang ibunya sering mengeluh sakit di pinggang, tetapi selalu beralasan karena telat makan. Jika tidak ada kejadian hari ini, mungkin ia tidak akan pernah tahu keadaan sang ibu yang sebenarnya. Selama ini, Yuri tidak pernah mengatakan keadaan ginjalnya yang bermasalah karena tidak ingin membuat Fay cemas.
Ana ternyata belum beranjak dari rumah sakit, ia mendengar semua percakapan Fay dan petugas administrasi. Bola matanya membulat seperti hendak keluar dari tempatnya saat tahu Yuri dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih baik.
Dari mana anak ingusan itu mendapatkan uang untuk membayar sewa kamar pasien ini? Heh, jangan-jangan dia mengandalkan tubuhnya dan menjadi simpanan pria kaya.
Tapi baguslah kalau wanita itu benar-benar memiliki penyakit serius. Dengan begitu ia akan semakin tersiksa dan perlahan sakitnya itu akan menggerogoti kewarasannya. Aku tidak perlu bersusah payah mengotori tanganku, dia akan meregang nyawa dengan cara yang menyakitkan.
"Sudah kuduga, kamu pasti mencari sugar daddy, tidak sadar kalau sama murahnya dengan ibumu," cibir Ana menghadang Fay yang hendak masuk kembali ke ruang perawatan ibunya.
"Jaga ucapan Anda!" Fay sangat marah ia merendahkannya, terlebih menyebut ibunya murahan.
"Kenapa marah? Bukankah semua itu benar? Kalau tidak, bagaimana kamu mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya rumah sakit yang mahal ini?"
Suara ribut Ana membangunkan Yuri yang baru saja terlelap. Apakah benar yang dikatakan Ana bahwa Fay rela bertindak sembarangan untuk membiayai pengobatannya? Jangan sampai hal itu terjadi, dalam mimpi pun Yuri tidak pernah terpikirkan bahwa Fay akan melakukan hal itu.
"Tidak, Fay bukan orang yang seperti itu, aku harus percaya padanya. Dia tidak akan melakukan hal itu hanya untuk mendapatkan uang." Yuri meyakinkan dirinya sendiri, ia tahu betul bagaimana sifat Fay.
"Uang dari mana bukan urusan Anda, terserah saya mau dapat uang dengan cara apa yang pasti tidak akan mengemis uang pada kalian, dengan suami Anda sekali pun," elak Fay.
"Mulutmu boleh berkata tidak, tapi kita lihat saja nanti. Semuanya akan segera terungkap." Ana berjanji akan mengungkap semua keburukan Fay. "Aku pasti akan segera menwmukan buktinya padamu, salah satunya tanda kepemilikan di leher kamu."
Fay sendiri tidak menyadarinya, ia segera menutup leher jenjangnya dengan rambut. Tetap saja Ana sudah terlanjur melihatnya.
Bukkk!
"Fay, cepat tolong Mama kamu," teriak Mbak Jum.
Fay terbelalak melihat Yuri kembali terbaring di lantai, ternyata ia mendengar semua percakapannya dengan Ana.
"Suster, dokter, cepat tolong ibuku," teriak Fay dengan wajah panik.
Para tenaga medis bergegas membantu Yuri kembali ke kamarnya, Fay tidak diperbolehkan masuk dan harus menunggu di luar.
Ma, jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk padamu, kalau tidak, Fay akan menyalahkan diri sendiri karena sudah membuat Mama sedih.
Fay berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit, sampai akhirnya dokter yang menangani Yuri mempersilakan Fay masuk ke ruang perawatan, hembusan nafasnya berat, tetapi ia harus mengatakan apa yang terjadi.
"Dokter, bagaimana keadaan Mama?" tanya Fay dengan wajah cemas.
"Ibu Yuri baik-baik saja, ia hanya syok dan beruntung bisa langsung ditangani. Untuk saat ini beliau sedang beristirahat, dan efek obat yang saya berikan akan membuatnya tidur dalam waktu yang lama," jelas dokter itu.
"Syukurlah." Fay bisa bernapas lega mendengar penjelasan yang baru saja dokter wanita itu katakan.
"Tapi, saya harap kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Karena hal itu sangat beresiko dan membahayakan nyawa pasien," imbuhnya.
"Terima kasih, Dok. Saya pasti tidak akan membiarkan hal ini terulang lagi," ucap Fay dengan tegas.
"Kalau begitu saya permisi," pamit dokter itu bergegas keluar ruangan.
Fay membenarkan selimut yang menutupi wanita yang telah melahirkannya. Ia sangat sedih telah membuat kesehatan sang ibu menurun.
"Istirahatlah dengan baik, Ma! Maafin Fay yang sudah membuat Mama seperti ini." Gadis itu mengecup wajah Yuri dan melenggang ke luar ruangan.
Tatapan gadis itu beralih pada wanita yang memakai dress merah, semua ini terjadi karena ulah wanita itu. Dia pasti sengaja ingin memprovokasi dirinya dan memperkeruh keadaan.
"Aku tidak akan melepaskanmu jika terjadi sesuatu pada Mama," gumam Fay pelan.
Sorot mata tajam yang menusuk, seolah mengatakan bahwa dia pasti akan melakukan apa pun untuk kesembuhan samg ibu.
Ana yang mendengar penjelasan dokter sangat menyayangkan hal itu, mengapa Yuri masih baik-baik saja dan hanya pingsan? Ia justru berharap kejadian itu akan membahayakan nyawa Yuri atau membuatnya pergi untuk selamanya.
"Heh, kali ini kamu beruntung, tapi kita lihat saja nanti, kamu pasti akan meregang nyawa dengan cara yang lebih menyakitkan," ucap Ana dengan tangan terkepal erat.
Wanita itu merasakan hawa dingin di sekitarnya, tatapan Fay seolah ingin menelannya hidup-hidup. Ana merasakan perubahan wajah Fay, tapi segera menepisnya. Untuk apa juga memikirkan hal itu, dia hanya gadis kecil yang lemah.
"Percuma kamu memindahkan dia ke ruangan ini, jangan lupakan kekuasaan keluarga Adijaya. Dengan kekuasaan yang kumiliki pasti bisa melakukan semuanya. Termasuk mengusir wanita rendahan seperti ibumu keluar dari rumah sakit ini." Ana mengancam akan membuang Yuri dari rumah sakit ini.
"Coba saja kalau berani," tantang Fay.
"Memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan? Kamu hanyalah anak haram yang tak dianggap bahkan suamiku juga tidak menganggap keberadaan kalian," ejek Ana.
"Kalian ini tidak lebih berharga dari sampah, miskin, kotor, dan bau."
"Cukup, meskipun saya miskin tetapi masih memiliki hati. Tidak seperti kalian memiliki harta tapi miskin hati," ucap Fay dengan bibir menyungging.
Ucapan Ana membuat darah Fay terasa mendidih, tetapi memang benar adanya. Selama ini Riko tidak pernah membela saat orang lain menghina dan merendahkan mereka, lelaki itu seolah buta melihat kesulitan yang dihadapi Fay dan ibunya.bHanya hinaan dan caci maki yang Fay dapatkan, bahkan sebagai ayah ia lari dari tanggung jawab. Tunggu, ayah? Pantaskah ia memanggilnya ayah? Ah, hati ini sakit sekali setiap mengingatnya.
Jika saja ia dilahirkan dari keluarga kaya, pasti tidak akan ada yang berani menghina dan merendahkannya.
"Anda tunggu saja, saya pasti akan membuktikan pada semua orang bahwa saya bisa melalui ini semua dan saya harap Anda yang terhormat tidak akan melupakan ucapan Anda. Bahwa kekuasaan bisa melakukan segalanya."
Fay mencari benda pipih persegi miliknya, ia harus menghubungi seseorang untuk meminta bantuan. Namun, Fay tidak menemukan benda itu di dalam tasnya.
"Dimana ponselku? Perasaan tadi aku sudah memasukkannya ke dalam tas," gumamnya. Fay mengingat kembali saat terakhir memegang benda pipih persegi miliknya. Di hotel, Fay menepuk kening pelan. Bagaimana dia begitu ceroboh meninggalkan benda berharganya di hotel?
Ponsel yang dibeli dari hasil kerja kerasnya, ia kumpulkan sedikit demi sedikit dari pekerjaan paruh waktu. Tidak hanya itu, yang terpenting semua nomor penting ada di sana.
"Aaaa..., Bagaimana ini, apa aku sebaiknya kembali ke sana?"
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ayu Astrike
kok bab pertana diskip si jadu gk seru
2022-10-08
1
Epi orleaes
😡😡
2022-05-13
1
Ma'e Dina
ouh iya mirip cerita lain...semangat Thor nmny jg dalam misi💪💪😊
2022-04-03
1