"Kenapa? Enggak bisa buktiin, kan? Aku tahu kamu itu hanya membual, sama seperti ibumu." Ana tak henti menrendahkannya.
"Suatu hari nanti, saya akan menjadi Nyonya CEO dan membalas semua perbuatan kamu," tantang Fay. Entah pemikiran dari mana sehingga dia berani mengatakan hal seperti itu. Mimpi di siang bolong, siapa tahu ada malaikat baik yang lewat dan mengabulkan doanya.
"Aku tidak takut meski kamu menjadi CEO sekali pun," tantang Ana dengan tangan dipinggang.
"Kita lihat saja nanti." Fay menepis tangan Ana yang menghalanginya.
"Kalau mimpi nggak usah ketinggian, nanti jatuhnya pasti sakit banget," ejek Ana. Dia masih berteriak meski Fay sudah melenggang meninggalkannya.
Fay menghentikan langkahnya, menelengkan kepala tanpa membalikkan badan.
"Tunggu saja, siapa yang akan merasakan sakit dan menangis di akhir. Saya, Fadila Atsya Yuuna, tidak akan melupakan semua penghinaan ini. Jangan harap Anda bisa lari! Karma akan senantiasa menghantui sepanjang hidup Anda, Nyonya. Akan kukembalikan rasa sakit ini berkali-kali lipat!"
"Heh, anak haram macam kamu bisa apa? Berani menggertakku, kamu bisa melakukannya pada orang lain, tapi tidak denganku."
Suasana semakin menegang, mereka saling mengejek dan bersikukuh.
"Silakan keluarkan saja semua trik yang Anda punya. Saya tidak takut dengan semua itu." Fay semakin tertantang, ia tak sabar untuk membuat wanita itu merasakan pembalasan yang setimpal. Dia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Tiga puluh menit kemudian, Ana menelepon pihak rumah sakit dan memberitahu keinginannya. Bukan hal yang sulit baginya, dengan uang semua bisa diatasi.
"Saya tidak mau tahu, pasien bernama Yuri harus diusir dari rumah sakit," ucapnya pada kepala rumah sakit.
"Saya nggak bisa melakukan hal itu, Nyonya." Kepala rumah sakit tidak bisa menyalahgunakan pekerjaannya hanya karena dendam pribadi.
"Kamu tahu siapa yang sedang berbicara denganmu?" tanya Ana kesal.
"Saya tahu, Anda …."
"Sebutkan nominal yang harus saya bayar agar kamu menyetujuinya." Ana tidak peduli dengan uang yang harus ia keluarkan, yang terpenting ia harus bisa mengusir Yuri dari rumah sakit saat itu juga.
"Mohon maaf, Nyonya. Saya tidak berani melakukannya, sebaiknya Anda berpikir dua kali sebelum melakukannya." Pria itu tidak menyetujuinya. Ia memang
membutuhkan uang sekarang ini untuk biaya pendidikan putra kesayangannya, tapi apa perlu melakukan hal sekejam itu?
"Hah, kamu pasti akan dipecat dari pekerjaanmu besok. Aku adalah Riana Adijaya, apa yang aku inginkan harus terwujud."
Baiklah, sesuai keinginan Anda, Nyonya." Terpaksa mengiyakan keinginan Ana, kepala rumah sakit meminta bagian admistrasi, setelah itu meminta security untuk mengusir Yuri daru rumah sakit.
Seringai muncul di wajah Ana. Ia tidak sabar melihat Yuri diusir dari rumah sakit. Terlebih Fay pasti akan memohon padanya, kalau perlu berlutut dan meminta pengampunan untuk ibunya. Itulah yang Ana tunggu. Pihak rumah sakit bergerak cepat, sesuai keinginan Ana.
Yuri mengerjap, kepalanya masih terasa berputar setiap melihat sesuatu. Apa penyakit darah rendahnya kambuh lagi? Pikirnya.
Fay memang sengaja tidak memberitahu kondisi kesehatan ibunya yang semakin memburuk, ia tidak ingin ibunya merasa terbebani jika mengatakan yang sebenarnya.
Di ruangan itu hanya mereka berdua, Mbak Jum sudah pulang untuk mengambil pakaian ganti dan berisirahat sejenak.
Hal mengejutkan kembali terjadi. Kening Fay berkerut saat melihat dokter dan suster berbondong-bondong datang ke kamar yang ditempati sang ibu.
"Eh, ada apa ini?"
"Permisi, Nona. Saya mendapat perintah untuk meminta Nyonya Yuri keluar dari rumah sakit ini karena biaya administrasi yang tidak kunjung dilunasi," ucap seorang laki-laki berpakaian serba putih.
"Apa? Saya baru saja membayar uang muka ruangan ini beberapa jam yang lalu dan kalian mengatakan akan mengusir Mama?" ketus Fay.
"Yah, dan ibu harus segera meninggalkan rumah sakit ini," imbuh seorang suster.
"Ini pasti ulah nenek lampir itu, gak bisa dibiarkan. Aku harus segera bertindak," gumamnya seraya memikirkan ide agar sang ibu tetap dirawat di rumah sakit ini. "Tapi apa yang harus ia lakukan sekarang? Nomor orang yang diharapkan dapat membantunya ada di ponsel. Sedangkan ponsel itu tidak berada di tangannya.
Di tengah kebingungan yang melanda, Dokter Adam--wakil kepala rumah sakit datang bersama dua orang perawat ke ruangan Yuri.
Kedatangan mereka tentu saja membuat semua orang terheran-heran. Terlebih Fay, dia merasa takut jika sang ibu benar-benar diusir dari rumah sakit. Sedangkan kondisinya sekarang membutuhkan perawatan.
"Nona Fay?" tanya seorang perawat.
"Ya, saya sendiri."
"Mari ikut saya."
"Kemana?" ujar Fay dengan wajah bingung, terlebih mereka membawa sang ibu dengan kursi roda. Semakin menguatkan dugaannya bahwa pihak rumah sakit akan memulangkan paksa.
"Nanti juga tahu," ucap wanita itu menyunggingkan senyum di bibir, tetapi Fay menahan diri untuk tidak bertanya. Tenaga medis yang mendatangi mereka bukan orang yang sama dengan yang sebelumnya. Justru orang-orang itu membisikkan sesuatu yang membuat security meninggalkan ruangan. Mereka menaiki lift khusus, dan berhenti di lantai teratas gedung rumah sakit.
"Nona, perkenalkan saya Adam--wakil kepala rumah sakit ini. Mulai sekarang Ibu Yuri akan menempati kamar ini."
Fay membulatkan matanya saat melihat dekorasi kamar yang begitu mewah. Kamar tidur yang nyaman seperti busa di rumah, di sana juga terdapat meja dan sofa yang ia yakini pasti tidak murah harganya. Tidak hanya itu, di ruangan itu juga terdapat tempat untuknya beristirahat untuk orang yang menunggu pasien. Jangan lupakan pemandangan yang terlihat dari ruangan ini.
"Ini lebih mirip hotel, bukan rumah sakit," lirih Fay.
Wanita itu benar-benar terkesima akan kamar mewah ini. Gajinya satu bulan saja mungkin tidak akan cukup untuk membayar biaya menginap satu malam di kamar ini. Hik, siapa orang baik itu?
Tidak berbeda dengan Fay, Yuri juga tidak kalah heran. Apa yang sudah Fay lakukan sehingga dirinya bisa ditempatkan di ruangan ini? Apa benar yang dikatakan Ana bahwa Fay mencari sugar daddy demi pengobatannya? Yuri akan menanyakannya nanti.
Adam dan tenaga medis yang ada di sana hanya terdiam memperhatikan sikap Fay.
"Aku tidak boleh menyinggungnya, pasti wanita ini memiliki tempat spesial di hati Tuan Melviano. Dia mampu menggerakkan pemilik rumah sakit untuk turun tangan langsung," batin Adam.
"Dokter." Fay mengibaskan tangannya.
"Ah, ya. Ada yang bisa dibantu, Nona?" ucap Adam setelah mengembalikan kesadarannya.
"Tidak, ini lebih dari cukup."
"Mengenai penyakit Ibu Yuri, Anda tidak perlu cemas, saya sendiri yang akan mengawasi perkembangannya. Saya juga yang akan memimpin saat operasi itu berlangsung," ucap Adam menambahkan.
"Benarkah?"
"Ya, jika Anda memerlukan sesuatu jangan sungkan untuk mengatakannya langsung pada kami. Anda juga bisa memanggil kami kapan saja melalui alat itu, terutama jika dalam keadaan darurat." Adam menunjuk sebuah tombol yang tidak jauh dari tempat Yuri terbaring.
"Baik, Dok. Terima kasih."
"Kalau begitu selamat beristirahat," ucap Adam berpamitan.
Fay menatap punggung dokter muda itu hingga menghilang di balik pintu. Memang benar, dalam hitungan menit, hidupnya berubah drastis. Siapa orang yang membantunya? Atas dasar apa dia bersedia melakukan itu semua?
"Ma, sekarang kita tidak perlu cemas. Mama akan sembuh, isirahatlah. Fay di sini menemani Mama."
Fay menggenggam jemari Yuri dan menempelkannya di wajah, tidak lupa menghadiahkan banyak kecupan di punggung tangan yang mulai terdapat guratan halus tersebut.
"Tangan ini yang selalu memberikan kehangatan, tangan yang selalu bekerja keras untukku. Sudah saatnya Fay yang menggantikan Mama."
Tak terasa butiran kristal meluruh dari kedua sudut mata Fay. Ia bisa bernapas lega, akhirnya sang ibu tidak jadi diusir dari rumah sakit, justru sebaliknya. Namun, Fay masih menyimpan banyak pertanyaan yang tersimpan.
"Terima kasih, Ma. Sudah menjadikan Fay menjadi seperti sekarang ini. Fay tidak pernah menyesal meski semua orang menghina Mama. Buat Fay, Mama adalah yang terbaik di dunia."
"Katakan dengan jujur, apa yang sudah kamu lakukan sehingga Mama berada di sini sekarang?"
Apa yang akan Fay katakan? Akankah Fay tahu siapa orang yang sudah membantunya?
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Musthyni 608
😍
2022-04-26
1
ira
tuan CEO udh kepincut nih kayanya
2022-03-22
1
Ryry aja
maaf kak... kok novel ini mirip dengan novel sebelah yah... hanya judul nya yg beda... ceritanya 💯% hampir mirip... hanya nama yg beda
2022-03-06
1