Vano sudah keluar dari bangsal tempat Ferdi di rawat. Pemuda itu tidak menunjukkan rasa kesal dan amarahnya di depan umum. Ia menarik napas panjang dan mendesisnya perlahan sebelum keluar dari ruangan itu. Saat ini Vano sedang berdiri menunggu lift untuk kembali.
Namun suara bising dari bangsal depan membuatnya terusik, ia mengurungkan niatnya untuk menunggu lift dan menuju ke pusat kebisingan itu terjadi.
Di luar bangsal, Ana sedang membuat keributan. Ia memaksa masuk ke ruangan Yuri.
"Minggir kalian, jangan halangi aku," teriak Ana kepada para pengawal yang berjaga.
Namun pengawal yang memiliki tubuh seperti algojo itu tidak beranjak sedikit pun meski Ana sudah mendorongnya sekuat tenaga.
"Maaf, Nyonya. Kami hanya menjalankan tugas," ucap seorang pengawal.
"Kalian ini tidak tahu siapa aku, hah? Aku adalah istri dari Riko Adijaya. Cepat menyingkir!" Ana terus berusaha untuk masuk, tidak peduli bahwa dirinya sudah membuat keributan dan berteriak-teriak tanpa rasa malu.
"Keluarga Adijaya? Kami tidak mengenalnya," ucap pengawal yang berdiri di sebelah kanan.
"Kalian tunggu saja, aku akan membuat hidup kalian sengsara karena tidak mengizinkanku masuk."
"Yuri, hei perebut suami orang. Cepat keluar!" Ana terus berteriak, meminta Yuri untuk keluar.
Kedua pengawal itu berusaha tidak terkecoh meski telinganya terasa sakit mendengar suara cempreng Ana.
"Aku akan laporkan kalian pada kepala rumah sakit ini. Supaya kalian dipecat dan menjadi gelandangan." Ana terus saja mengancam para pengawal yang berjaga.
"Ish, saya sangat takut, Nyonya. Hahaha …." sahut Bimbim--pengawal yang ada di sebelah kiri, di ikuti tawa keduanya.
"Makanya biarkan aku masuk, atau kalian tanggung sendiri akibatnya."
"Tapi sayang sekali, yang menjadi pengangguran sekarang adalah kepala rumah sakit ini," ucap Bambam.
Ana terdiam sejenak, berusaha mencerna perkataan kedua pengawal yang berjaga. Namun sedetik kemudian matanya membulat penuh. "Apa katamu? Kepala rumah sakit ini dipecat?"
"Seratus untuk Anda." Bimbim mengacungkan kedua jempol tangannya.
"Nggak, kalian pasti salah." Ana berusaha mengelak, tidak mungkin kepala rumah sakit ini dipecat begitu saja, yang ada dia yang akan memecat orang lain. Siapa yang berani memecatnya?
"Kalau tidak percaya Anda bisa bertanya secara langsung pada orang yang bersangkutan. Dan saya beritahu sesuatu yang lain, sekarang yang berhak membuat keputusan adalah wakil kepala rumah sakit, Tuan Adam."
"Heh, pasti wanita itu yang sudah menggodanya," ejek Ana pada Yuri yang tetap memilih di tempatnya.
"Saya bukan orang yang seperti itu."
Percuma juga Yuri membela diri, sekeras apa pun dia berusaha membuktikan pada Ana bahwa dirinya tidak bersalah, semua itu hanya sia-sia belaka. Karena Ana sudah terlanjur membencinya, biarlah dia menilainya sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Pada kenyataannya dia tidak pernah merayu siapapun, termasuk Riko, suaminya. Yang juga suami Ana.
"Kamu orang yang seperti itu atau bukan hanya dirimu yang tahu. Tidak akan ada maling yang mau ngaku atau penjara akan penuh."
Ana tak hentinya menyudutkan Yuri dengan kata-kata pedas. Yah, begitulah. Pedasnya cabai tidak sepedas lidahmu, Ana.
"Hei, perebut suami orang. Jangan bersembunyi, hadapi aku kalau berani."
"Kau tidak berani menemuiku? Wanita murah*n, tidak tahu malu, *alan*, cepat keluar."
Yuri berusaha menahan diri, dia tidak ingin membuat keributan di rumah sakit dan mengganggu pasien yang lain. Biarlah Ana berbicara sesuka hatinya sampai mulutnya berbusa bahkan berbuih. Yuri tidak ingin mendengarkannya.
Ana tidak menyerah, dia tidak berhasil memprovokasi madunya, sekarang ia akan menggunakan anaknya.
"Kau tidak berani menghadapiku? Dasar pengecut, sama saja dengan putrimu itu. Dia tidak ada bedanya denganmu. Menggoda laki-laki kaya untuk memenuhi semua kebutuhannya, rela menjadi wanita simpanan untuk memperoleh kekayaan."
Mendengar Ana berkata hal buruk tentang putrinya, Yuri tidak bisa tinggal diam. Sebagai seorang ibu dia tidak akan pernah rela melihat putrinya dipermalukan. Yuri bergegas menuju ke luar bangsal, ia tidak mau mendengar Ana berkata hal buruk tentang putrinya.
"Saya sudah cukup sabar selama ini, saya tidak peduli bagaimana penilaianmu terhadapku, tetapi jangan pernah mengatakan hal buruk tentang Fay, apalagi mengatakannya di depanku. Dia putriku, meski kami hidup sederhana tetapi kami masih memiliki harga diri," sentak Yuri pada wanita yang telah menghina putrinya.
"Harga diri? Berapa sih, harga mu itu? Wanita penyakitan yang menerima karma akibat perbuatannya. Masihkah memiliki harga?"
"Cukup, kamu gak berhak menilai kami." Yuri menarik rambut Ana dengan sekuat tenaga.
Bimbim dan Bambam tidak bisa menghentikannya. Pertarungan sengit antara istri pertama dan istri kedua sangat menegangkan. Mereka saling melontarkan kata-kata pedas dan pembelaan. Tidak ada yang berniat untuk menyerah.
"Semua ucapanku benar, bukan? Anak kamu itu pandai menggoda pria kaya. Kalau tidak, uang dari mana untuk membayar biaya perawatan semahal ini?"
"Ini hadiah dari calon menantuku, kenapa? Kamu iri karena aku bisa punya calon menantu kaya raya. Bahkan jauh di atasmu," balas Yuri dengan bangga.
"Menantu? Bisa saja dia itu hanya wanita simpanan laki-laki kesepian di luar sana. Atau bisa saja dia sengaja membayar algojo untuk membohongimu. Haha…."
Awalnya Yuri juga berpikir demikian, tetapi setelah mendengar penjelasan Fay dan berbicara langsung dengan Vano, Yuri percaya bahwa putrinya tidak akan melakukan hal-hal yang terlarang. Ia juga yakin Fay bukanlah gadis yang mudah tergiur dengan uang. Sejak kecil ia sudah mengajarkan Fay kedisiplinan dan pendidikan moral.
Meskipun miskin, tetapi tidak boleh menggunakan cara kotor hanya demi memperoleh status di mata manusia. Kita semua sama, di mata Tuhan sekali pun. Yang membedakan hanyalah amal dan kebaikan.
"Jaga ucapanmu, Fay tidak akan pernah melakukan hal itu. Aku percaya padanya."
"Percaya? Kau tahu darimana kalau dia tidak melakukannya? Bisa saja dia berbohong padamu."
Ana seperti tidak ada lelahnya, ia selalu mempunyai stok kalimat yang begitu menyakitkan.
"Dia tidak akan."
"Baguslah kalau tidak, jika iya aku pasti akan sangat kasihan dengan laki-laki itu. Dia pasti sangat sial bisa bertemu dengan putrimu, apalagi sampai menjalin hubungan denganmu. Dan aku ingin lihat, laki-laki sial itu?"
Yuri terdiam, suaranya tercekat di tenggorokan. Yuri menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi pada putrinya. Jika saja waktu itu dia tidak mudah termakan bujuk rayu Riko, pasti semuanya tidak akan seperti sekarang ini. Namun semuanya sudah terjadi, menyesal pun tidak ada gunanya.
Vano sedari tadi hanya diam dan memperhatikan, darahnya terasa mendidih mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut Ana. Dia tidak boleh diam dan membiarkan Yuri ditindas lagi.
"Anda mencari saya, Nyonya?" Suara bariton seorang pemuda yang tengah berdiri di belakang Ana membuat wanita itu berjingkat.
Bukan hanya Ana, Arlan juga terkejut mendengar pengakuan Vano.
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
ira
gak ada abisnya s pengganggu ini😤😤😤
2022-03-23
1
Mega Mega Mega
waw calon mantu datang nyonya
2022-02-20
1
Mata Air
ada yg bisa saya bantu nyonya Ana...???
perkenalkan, saya calon mantu ibu Yuri.
2022-01-04
5