"BANG GAVIN NIKAH SAMA KAKAK?"Teriak Kenzo mengema seisi ruangan.
"Gak usah teriak, kita gak tuli."
Kenzo syok, menatap Gavin dan Kenzie secara bergantian. Ini pasti mimpi, tidak mungkin Gavin pria yang terkenal di dunia game nya datang kerumah. Sekarang bunda nya bilang Gavin suami kakak nya.
Mimpi nya terasa nyata, apalagi tatapan mata hazel Gavin juga terasa nyata.
"Pasti mimpi, iya kan bund?" Tanya Kenzo serius, dijawab gelengan kepala bundanya.
"Bunda pasti bercanda, gak mungkin."
Kenzie dan Agatha hanya diam, sibuk membersihkkan meja makan dan berlalu kedapur.
"Bang, bunda bercanda kan?"
"Gak, emang kamu gak tau?"
Kenzo hanya mengelengkan kepalanya, menatap Gavin serius dengan mata yang berbinar.
Semua yang ada pada Gavin, menurut Kenzo sempurna. Mulai dari wajah yang tampan, gaya rambut yang keren, tubuh kekar tapi tidak terlalu berotot, tinggi, putih, dan suara bariton serak tapi enak didengar.
Untuk seumurannya, menurut Kenzo Gavin pria yang sempurna.
"Waktu itu bunda pernah bilang, kakak Kenzie nikah. Tapi aku gak tau sama siapa?"
"Kenapa?"
"Kenzo bertanding sepak bola dari sekolah, makanya gak ikut."
"Kelas berapa?"
"Kelas 6."
"Pantasan, anak pungut."
Kenzo tertawa terbahak-bahak, mendengar ucapan Gavin. Kenzo sudah sering mendengar kata-kata itu, karena perbedaan usia nya dengan Kenzie lumayan jauh.
"Mulai besok jangan nakal sama kakak, paham!"
"Siap."
Gavin mengacak-ngacak pucuk rambut Kenzo, gemas melihat pria kecil disampingnya. Apalagi wajahnya hampir mirip dengan gadisnya, terutama senyumnya.
"Abang sama kakak tinggal disini?"
"Cuman 1 minggu."
"Yah, gak seru."
"Kita main game aja biar seru, gimana?"
"Serius bang? Ajarin Kenzo yah,"
"Iya,"
"Kita ke kamar Kenzo aja bang, stick game Kenzo ada dua."
Gavin hanya menganggukkan kepalanya, bangkit dari tempatnya hendak mengikuti langkah kaki Kenzo.
"Mau kemana?" Tanya Kenzie, menghentikan pergerakannya.
"Main game, Kenzo pinjam bang Gavin bentar. Jangan marah, ayo bang."
Kenzie hanya diam, menatap punggung kekar itu berlalu ditarik Kenzo. Tumben suaminya cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, apalagi adeknya terlihat akur.
"Biar bang Gavin tau, semua teman-teman aku fans sama Abang."
"Serius?"
"Iya, mereka bilang pengen ketemu bang Gavin."
Sayu-sayu Kenzie mendengar percakapan merdeka berdua, bersahutan dengan tawa Gavin.
Ada rasa hangat terselip didalam hatinya, melihat mereka berdua akur. Apalagi Gavin terlihat nyaman di rumah.
Padahal Kenzie sempat berpikir, Gavin akan bosan. Apalagi rumah mereka tak sebanding dengan rumah keluarga Megantara. Rumah keluarga Gavin mewah, layaknya istana. Rumah orangtua Kenzie hanya setengahnya.
Kedua orangtuanya hanya bekerja bisnis usaha perabotan rumah tangga, papa Gavin CEO, dan mama mertuanya desainer. Perbandingan yang sangat jauh.
"Tidur sana, jangan melamun. Bunda mau ke toko, mungkin tidur disana sama ayah." Ucap Agatha, menyadarkan lamunan Kenzie.
"Kenzie ikut yah bund."
"Gak, kamu dirumah aja. Bunda berangkat, jangan lupa kunci pintu."
Agatha berlalu pergi, membawa bekal makan malam suaminya. Itu sudah menjadi kebiasaan Agatha, lewat pukul tujuh kalo suaminya belum pulang, Agatha langsung berangkat ke toko membawa bekal makan malam suaminya.
Kenzie dapat dipercaya, apalagi sekarang ada Gavin dirumah.
"Kenzie gak mau punya adek lagi bund." Teriak Kenzie, sembari mengunci pintu.
Kenzie sudah hapal apa yang mereka lakukan, apalagi sekarang Kenzie punya suami. Walau sebenarnya, mereka berdua tidak layak dikatakan suami istri. Tapi tom and Jerry.
Pukul 23:00, Kenzo tidur lelap diatas lantai. Dengan entengnya Gavin mengangkat tubuh kecil itu, memindahkannya keatas ranjang dan mematikan lampu, mengantikanya dengan lampu tidur.
Dengan pelan Gavin membuka pintu kamar Kenzie, menutup dan mengunci dari dalam. Kebiasaan baru Gavin setelah menikah, pintu wajib di kunci.
"Vin,"
Siempunya tersentak, menoleh kearah ranjang.
"Kenzo udah tidur?" Tanya Kenzie dengan suara sayu nya.
"Udah."
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, kembali memejamkan matanya.
Tepat manik Kenzie tertutup rapat, terasa pergerakan ranjang disampingnya. Detik berikutnya lengan kekar Gavin melilit dipinggangnya. Ada desiran aneh mengalir dalam aliran darahnya, padahal Gavin sudah biasa memeluknya saat tidur.
"Malam pertama diundur jadi besok, tidur!"
Kenzie hanya diam, mencoba menyelami dunia mimpi kembali.
________
Entah sekarang pukul berapa, di balik pintu terdengar teriakan dan ketukan pintu. Sekarang hari Sabtu, apa bundanya lupa? Sekolah libur seperti biasanya.
"Bang Gavin!"
Kenzie berdecak kecil, mendengar teriakkan itu. Ternyata bocah ingusan penganggu ketenangannya setiap hari. Siapa lagi kalo bukan Kenzo.
Sebelum menikah dan setelah menikah, Kenzo tidak pernah absen mengangunya. Apa salahnya menunggu Gavin bangun, ini malah teriak-teriak mengganggu tidurnya.
"Bang Gavin olahraga pagi yuk."
Terpaksa Kenzie bangun dari tidurnya, membuka pintu dengan kesal.
"Kak, bang Gavin mana?"
"Jangan teriak-teriak,"
"Iya, tapi bang Gavin nya mana?"
"Tidur." Tunjuk Kenzie kearah ranjang.
Terlihat tubuh kekar itu dibalut selimut tebal, menutupi hampir seluruh tubuhnya.
"Ck, padahal udah jam sembilan."
"Tunggu aja, kakak gak tega bangunin. Bunda udah pulang?"
"Udah."
Kenzie tersenyum lebar, dengan cepat menutup pintu kamar bergegas turun kebawah.
"Ayah." Teriak Kenzie kegirangan, dengan cepat berhambur memeluk tubuh tegap itu.
"Kenzie kangen tau yah,"
Ayah Kenzie hanya tertawa kecil, sembari mengelus lembut rambut putrinya. Rasanya senang melihat putrinya sehat dan tersenyum manis seperti biasanya. Gavin memperlakukannya dengan baik, tidak sia-sia mereka menerima perjodohan itu.
"Suami kamu mana?"
"Masih tidur."
"Kenapa gak dibangunin, udah siang."
"Iya yah, bentar Kenzie masih kangen."
"Bocil." Sindir Kenzo.
Kenzie hanya diam, tanpa berniat membalas ucapannya. Sekarang yang terpenting, Kenzie memeluk ayahnya.
"Bangunin suami kamu gih,"
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, perlahan melepaskan pelukannya menaiki tangga satu persatu.
Tepat pintu terbuka, menampakkan Gavin dengan wajah bantalnya diatas ranjang, rambut berantakan, bibir tebalnya mengerucut kedepan.
"Cuci muka sana."
Siempunya hanya mengangguk kan kepalanya, menatap punggung kecil gadisnya sibuk membuka kaca balkon.
Wajah cantik itu terlihat bahagia, senyuman manis terukir indah dibibirnya. Entah apa yang terjadi, tumben-tumbenan gadisnya sumringah.
"Kenapa?" Tanya Gavin penasaran.
"Apa nya?"
"Tumben Lo senyum-senyum."
"Emang salah?"
Gavin menghela napas panjang, sembari mengaruk tengkuknya. Mereka berdua kalo ngomong tidak pernah nyambung, apa salahnya bicara seperti yang lain. Walau sebenarnya Gavin akui, bicara dengan Kenzie sedikit tidak nyaman untuk jantungnya.
"Cuci muka sana, sekalian mandi."
"Mandiin."
"Masih pagi, jangan ngajak ribut mulu."
"Tinggal jawab iya atau gak apa susahnya."
"Gak."
"Dosa nolak suami."
"Gavin!"
"Cuman mandiin, gak lebih."
"Gavin!"
"Iya, kenapa sayang?"
Kenzie menghela napas panjang, meredakan emosi yang hampir kelepasan. Masih pagi Pria yang satu ini sudah mengajaknya ribut.
"Kalo emosi jangan ditahan, gak baik buat wanita hamil. Kasian anak gue."
"Tobat Lo, sebelum kiamat."
"Malam pertama wajib sebelum kiamat."
"Cari keselamatan sebelum kiamat."
"No, cari kenikmatan sebelum kiamat itu yang benar. Gimana sayang?"
Gavin bangkit dari tempatnya, menunjukkan senyuman smirknya kearah Kenzie.
"Jangan dekat-dekat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Suky Anjalina
pasangan aneh
2022-03-27
0
Araa_chan
yaampun Gavin bikin gemes dehhhh😂😂
2022-03-21
0
Santi Haryanti
ribut Mulu nih
2022-01-13
0