"Kenzie!"
Sontak siempunya tersentak, menoleh kearah asal suara. Ternyata Gavin, datang dengan kertas putih ditangannya.
"Ngapain Lo?"
"Gue ujian."
"Sangkut pautnya apa sama gue?"
Gavin malah melototkan matanya, sembari menyerahkan kertas putih itu kearah Kenzie. Siempunya diam, menerima kertas putih itu. Beralih menatapnya dengan saksama, dan menganggukan kepalanya.
"Pintar juga Lo."
"Hm, gue lapar."
Kenzie mengeser bekal makan siangnya kearah Gavin, sembari fokus dengan kertas putih hasil ujian Gavin.
"Kurang 1 lagi biar 100."
"Emang Lo pikir otak gue apaan?"
"Gue cuman ngomong, malah nyolot. Besok-besok belajar yang baik, biar nilainya bagus semua."
"Hm, suapin."
Kenzie menoleh kearah Gavin, detik berikutnya memukul lengan kekarnya.
"Gak usah sok manja Lo, badan besar gini malah minta disuapin."
"Mau gak?"
"Jelas, gak. Gue gak bakalan mau. Enak aja, Lo pikir gue apaan?'
"Istri gue."
"Gak nanya."
Gavin bangkit dari tempatnya. Berdiri menjulang tinggi tepat dihadapan Kenzie.
"Ngapain Lo?"
"Main-main dikit sama istri."
Sontak Kenzie bangkit dari tempatnya, meraih buku diatas meja. Dan memukul Gavin secara bruntal.
Gavin pikir Kenzie takut? Kenzie tidak pernah takut sama sekali. Enak aja suruh ini itu, mana sopan-sopan nya gak ada. Bikin kesal mulu.
"Keluar gak Lo!"
"Sakit banget Ken, Lo KDRT sama suami sendiri."
"Makanya jangan macam-macam sama gue."
"Maksud Lo apaan sih."
"Lo mau ngelakuin yang aneh kan sama gue?"
"Otak Lo mikirin yang aneh mulu tentang gue. Gue mau ngambil hp dari saku, malah dipukul."
Sontak Kenzie diam mematung, menatap Gavin mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.
"Sakit banget badan gue." Keluh Gavin, kembali duduk dikursi sembari mengelus tubuhnya bekas pukulan Kenzie.
Pukulan gadisnya ditanggung-tanggung, sampai ke ubun-ubun saking sakitnya. Lama-lama tubuhnya retak gara-gara Kenzei. Mana belum malam pertama lagi.
"Lo sih."
"Kenapa jadi gue, salahin otak dangkal Lo. Suami sendiri malah takut."
Kenzie mengerucutkan bibirnya, sembari melangkah mendekat kearah Gavin.
"Mana yang sakit?"
"Semua, sampai kebawah."
"Mesum."
Kenzie memukul kecil pundaknya, dan mengelus lembut tubuh Gavin bekas pukulannya.
"Duduk!"
Kenzie menurut, duduk kembali dikursi nya. Dengan cepat Gavin mengeser kursinya merapat dengan kursi Kenzie, meletakkan bekal makanan Kenzie didepan gadisnya.
"Suapin gue, gak ada bantahan. Kalo gak, gue bu*tingin Lo detik ini juga."
Dengan cepat Kenzie membuka tutup bekalnya, menatap makanan sebentar dan meraih sendok.
"Buka mulut."
Gavin membuka mulutnya, menerima suapan Kenzie sembari fokus dengan video game nya.
"Makan!"
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, menyendokkan makanannya kedalam mulutnya. Begitu seterusnya, sampai makanan habis tak tersisa.
"Teman-teman Lo mana?"
"Teman yang mana?"
"Kawanan iblis."
Kenzie berdecak kesal, memilih diam tanpa berniat membalas ucapannya. Bukannya mengucapkan terimakasih, malah ngomong yang gak benar.
"Makasih."
Kenzie mengerutkan dahinya, menoleh kearah Gavin yang masih setia fokus dengan layar ponselnya.
"Barusan ngomong?"
"Gak, setan."
"Sadar sendiri." Sindir Kenzie, memilih fokus dengan buku diatas meja.
Mereka berdua sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing, sampai bel berbunyi.
"Masuk sana, belajar yang benar." ujar Kenzie kearah Gavin.
"Malas."
"Apaan malas, Lo pikir ini sekolah bapak Lo?"
"Bapak gue mertua Lo, gak ada sopan santunnya jadi menantu."
"Gak usah omongin menantu disini, keluar gak."
Gavin mematikan ponselnya, beralih menatap kearah Kenzie.
"Jadi Lo ngapain masih disini? Lo juga belajar. Gue gak mau punya bini yang malas, apalagi bodoh."
Kenzie melototkan matanya, dengan kedua tangan terkepal. Memang manusia yang satu ini benar-benar, bikin kesel mulu tiap detik.
Gavin meletakkan ponselnya diatas meja, tepat didepan Kenzie. Dan bangkit dari tempatnya, menjulang tinggi dihadapan Kenzie.
"Titip ponsel gue, ibu ketua OSIS yang terhormat. Gue mau belajar, biar jadi suami yang pintar." Bisik Gavin tepat didepan wajah Kenzie, dan detik berikutnya mencium pipi chubby gadisnya.
"Lo jangan bolos, masuk ke kelas."
Ucap Gavin, berlalu pergi meninggalkan Kenzie begitu saja.
1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 detik, 5 detik kemudian Kenzie baru sadar.
"Gavin mesum, cari kesempatan dalam kesempitan mulu Lo."
Gavin yang masih berdiri dibalik pintu ruangan OSIS tertawa kecil, dan kembali melanjutkan langkahnya. Gavin senang menjahili Kenzie, apalagi sampai tanduk iblis nya keluar. Menambah kesan seram dimata Gavin.
Seram, Kenzie memang seram kalo marah. Gak ada imut-imutnya sama sekali. Gavin tidak bohong, mana pukulannya sakit. Ratu iblis memang selalu berbeda.
••••
Sesuai ucapan gadisnya, Gavin benar-benar kembali kedalam kelas. Duduk dikursi paling pojok, mengeluarkan bukunya dari laci.
Karena selama ini, lemari penyimpanan bukunya dilaci meja. Lagian tidak ada yang berani duduk di sini, apalagi sampai mencuri bukunya. Karena sama saja, menyerahkan diri kedalam goa singa.
"Selamat siang." Sapa Bu Ayu guru bahasa Indonesia, yang kini berdiri didepan kelas. Dengan senyuman manis, dan manik langsung tertuju ke meja paling pojok. Jarang-jarang anak yang satu ini di dalam kelas, sejarah mengguncangkan dunia.
"Selamat siang Gavin."
"Siang Bu."
"Lagi sakit? atau lupa ingatan?"
"Jatuh cinta Bu."
Sontak satu ruangan riuh, bersorak kegirangan kearah Gavin. Bu Ayu saja yang berdiri didepan kelas, tertawa kecil sembari mengelengkan kepalanya.
"Sudah, sudah jangan ribut. Ruangan sebelah bisa terganggu."
Semua siswa kembali duduk tegap dikursi masing-masing, dan pelajaran dimulai.
Gavin yang duduk paling pojok, sedari tadi hanya diam fokus mendengar Bu Ayu mengajar. Sampai bel pulang berbunyi, baru Gavin mengarahkan tatapannya kearah yang lain.
Sebelum gadisnya pulang duluan, Gavin bergegas keluar dari ruangan. Berdiri didepan pintu kelas Kenzie, mencari keberadaannya.
"Cari siapa?"
Gavin menoleh ke asal suara, menatap gadis yang berdiri didepannya. Gadis centil yang paling terkenal disekolah karena kecentilannya. Gak ada cantik-cantik juga dimata Gavin, lebih cantik kan Istrinya.
Mana matanya ngeselin, ngapain juga dikedip-kedipin. Aneh, pikir Gavin.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Gavin melongos masuk begitu saja, saat maniknya bertemu dengan manik Kenzie.
"Pulang!"
"Pulang kemana?"
"Hutan, masih aja nanya. Ayo."
"Bentar."
"Cepatan, teman-teman Lo centil semua. Kesal gue ngeliat nya."
Kenzie tertawa kecil, sembari sibuk memasukkan bukunya kedalam tas.
"Seharusnya Lo senang."
"Makin ngawur kalo ngomong."
Dengan cepat Gavin menarik lengan Kenzie keluar dari kelasnya, melangkah lebar kearah parkiran.
"Mana bisa naik motor pakai rok, mana tinggi banget lagi."
"Duduk samping apa susahnya sih."
"Kalo jatuh gimana?"
"Gak bakalan jatuh."
Kenzie menghela napas pasrah, perlahan naik keatas motor Gavin dengan memegang pundaknya.
"Udah nyaman duduknya?"
"Udah."
Perlahan Gavin melajukan motornya, meninggalkan pekarangan sekolah. Sampai di daerah sepi yang lumayan jauh dari pekarangan sekolah, Gavin baru mengehentikan motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sary Ayaaa07
lanjut
2022-12-08
0
Suky Anjalina
seru juga percintaan nya
2022-03-25
0
Sartini Dimitri Mah
ga sabar nunggu punya anak bakal somplak kaya emak sama bapaknya ga tuh 😁😁😁😁
2022-02-17
3