Selesai makan, Gavin yang bergantian mendiami Kenzie. Mulai dari tadi ia memilih di balkon, sesekali mengumpat dan berteriak.
Saking penasarannya, Kenzie keluar dari kamar duduk disampingnya.
Menatap layar ponsel itu, dan mengehela napas lega. Kenzie pikir apaan, ternyata main game doang.
"Edo br*ngsek, gila kali Lo." teriak Gavin tiba-tiba. Sontak Kenzie memukul lengannya.
"He, ngomong kasar mulu mulai dari tadi."
"Siapa vin? sejak kapan Lo punya cewek?"
Terdengar suara dari ponsel Gavin, bersahutan dengan tawa renyah.
"Bini gue, mau apa Lo?"
"Gaya Lo tong, sejak kapan Lo punya bini. Punya pacar aja gak pernah."
"Ngomong yang."
Kenzie hanya mengelengkan kepala, merasa tidak asing dengan suara dari ponsel suaminya.
"Kita mana percaya sama omongan setan, iya gak Do?"
"Kebiasaan bohong sih Vin."
"Bentar, Edo sama Angga Vin?" tebak Kenzie.
"Iya."
"Pantasan, gak ada akhlak."
Sontak Gavin tertawa terbahak-bahak, terdengar umpatan kecil dari sebrang.
"Jaga mulut Lo berdua, bisa-bisanya Lo ngomong kasar sama bini gue."
"Vin, masuk ayo. Di sini dingin."
"Angga, benaran punya bini dia."
"Ngapain Lo berdua? jangan macam-macam Lo Vin sama anak orang."
"Seharusnya Lo dukung Edo bodoh, kasian Gavin main solo mulu."
Terdengar tawa setan dari sebrang, sontak Gavin mematikan ponselnya.
"Masuk!"
Kenzie mengerucutkan bibirnya, bangkit dari tempatnya masuk kedalam kamar.
Mulai dari tadi Gavin ngomongnya singkat, kadang dikacangin. Padahal salah sendiri melawan orangtua. Aneh.
"Vin."
"Apaan?"
"Ck, gak jadi."
Kenzie mematikan lampu kamar, menganti nya dengan lampu tidur. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, merebahkan tubuhnya disamping Gavin dan memejamkan matanya.
Walaupun Kenzie baru bangun, tapi soal tidur jangan dipertanyakan. Kenzie tahan tidur seharian, dari pagi hingga ke pagi nya. Makanya tiap hari sebelum menikah, bundanya selalu marah-marah.
Anak gadis kerjanya cuman tidur, kata-kata yang sering Kenzie dengar.
Gavin yang melihat gadisnya tidur membelakanginya, hanya diam tanpa berniat membuka suara.
•••••
Pukul 03:00, Kenzie terbangun dari tidurnya. Mengerjap matanya berkali-kali, dan menghela napas. Tidak bisa tidur lagi, mana lapar.
Kenzie diam melamun menatap lurus kedepan, tiba-tiba merinding saat napas hangat menerpa lehernya.
Tangan kekar itu semakin mengeratkan pelukannya, merapatkan tubuhnya dengan tubuh kecil nya. Padahal semalam marahan, tapi sekarang malah main peluk-peluk aja.
"Vin gue lapar."
Kenzie membalikkan tubuhnya menghadap kearah Gavin, menatap wajah tampan itu yang terlihat tenang. Sebenarnya tidak tega membangunkannya, tapi Kenzie lapar. Mana perutnya meronta-ronta meminta diisi.
Perlahan Kenzie mengerakkan lengannya, meletakkannya diwajah Gavin dan menepuk pelan.
"Vin, maling yok. Besok gak ada uang belanja." Kenzie tertawa kecil, sembari memukul kecil wajah suaminya. Awalnya pelan, lama kelamaan semakin kuat.
Lagian ini manusia susah banget dibangunin, udah kayak anak ayam saja.
Merasa ada pergerakan Gavin, Kenzie mengelus wajah tampan itu agar rencananya berjalan mulus. Karena pria yang satu ini harus digoda dulu baru mau.
"Kenapa Ken? mau lahiran? atau mau dib*ntingin? Sakit banget muka gue, mana kuat banget mukulnya."
"Hehehe, maaf-maaf."
"Apaan, masih subuh."
"Lapar."
"Makan sendiri, gue ngantuk."
Kenzie mengerucutkan bibirnya, dengan cepat memeluk tubuh kekar itu. Dan pura-pura menangis didada bidangnya.
"Vin."
"Ck, besok."
"Tapi lapar."
"Lo kayak bocil, sumpah. Bocil yang bisa bikin bocil."
"Katanya ngatuk, tapi marah-marah."
Dengan kesal Gavin mencium pucuk rambut gadisnya, bangkit dari tidurnya dengan terpaksa.
"Ayo."
"Serius?"
"Hm."
Dengan girang Kenzie bangkit dari tidurnya, berdiri diatas ranjang. Sembari menarik-narik rambut suaminya, yang masih memejamkan matanya.
"Lo duluan."
"Takut."
"Apaan ratu iblis takut setan, yang ada setan nya takut sama Lo."
Perlahan Gavin turun dari ranjang, memakai sandalnya asal dan melangkah gontai. Dengan cepat Kenzie turun dari ranjang, mengikuti Gavin dari belakang, sembari memegang ujung kaos suaminya.
"Vin, gelap."
"Nanti juga Lo kebiasaan, soalnya gue lebih suka gelap. Biar seru main nya."
"Main apaan?"
"Main diranjang."
"Br*ngs*k."
Kenzie memukul kecil punggung suaminya, siempunya malah tertawa kecil. Bisa-bisanya pria yang satu ini bercanda, mana rumah gelap. Semua lampu dimatiin.
Tepat dinding menuju tangga, Gavin menekan saklar lampu.
"Udah terang ayo buruan."
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, mengikuti langkah kaki Gavin dari belakang, dengan memegang ujung kaos suaminya.
Didapur, Gavin hanya duduk dengan mata yang terpejam, dan Kenzie sibuk mengambil makanan dari kulkas. Makanan apa saja Kenzie makan, asal kenyang.
Kebetulan ada puding coklat sisa tadi malam, dan cake 2 potong. Dengan cepat Kenzie duduk disamping Gavin, dan memakannya dengan lahap.
"Vin, gak lapar?"
"Lapar, tapi gue mau nya Lo."
"Itu bukan lapar namanya, tapi mesum."
Gavin terkekeh, perlahan membuka matanya melihat apa yang istrinya makan, takutnya malah makan racun. Untungnya makan puding.
"Yakin kenyang makan puding? mana dingin lagi. Kasian anak gue diperut Lo."
"Ngomong apaan sih."
Dengan cepat Gavin menarik mangkok puding didepan Kenzie, dan mengusap wajahnya gusar.
"Ck, dilemari diatas wastafel banyak makanan. Malah makan puding."
"Gue mana tau, orang Lo tuan rumah."
"Makanya nanya."
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, bangkit dari tempatnya hendak membuka lemari diatas wastafel. Tapi sayangnya, tidak terjangkau. Bahkan Kenzie berjinjit, dan melompat tapi sayangnya tidak terjangkau juga. Sampai lengan kekar membuka lemari, dan meletakkan mie instan ditelapak tangannya.
"Makanya jangan pendek."
Kenzie mencibir ucapannya, dan mengikuti Gavin menuangkan air panas kedalam cup mie.
"Katanya gak lapar."
Gavin hanya mengangkat bahunya acuh, melangkah kembali kemeja makan. Hanya membutuhkan waktu yang singkat, dua cup mie ludes kosong tak tersisa.
"Kenyang?"
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, sembari menoleh kearahnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Gavin langsung menarik lengan Kenzie melangkah kearah kamar. Sembari mematikan lampu.
"Vin, lampunya gak usah dimatiin. Gelap."
"Hemat, bayar listrik juga pakai uang."
"Tau."
"Nah Lo juga tau."
"Masalahnya gue takut." Kenzie menarik ujung kaos Gavin, sembari merapatkan tubuhnya dengan tubuh kekar suaminya.
"Sampai kapan Lo takut? Harus dibiasain, lagian ini juga bakalan rumah kita."
Kenzie mengerutkan dahinya mendengar ucapan Gavin. Kata rumah kita, berarti pernikahan ini selamanya dong. Padahal rencananya besok Kenzie mencari selingkuhan, jodoh yang sebenarnya. Siapa tau tiba-tiba Gavin diculik kawanan setan, akibat kekurangan anggota.
"Tidur."
Kenzie tersadar dari lamunannya, dengan cepat naik keatas ranjang. Saking sibuknya dengan pikirannya, Kenzie tidak sadar sampai dikamar.
Gavin yang baru mengunci pintu, ikut berbaring disampingnya. Menarik selimut tebal, dan memeluk tubuh kecilnya.
"Ken."
"Hm."
"Buat debay yuk."
"Jangan ngada-ngada Lo."
Kenzie mendorong dada bidangnya, menatapnya tajam
"Cuman buat debay doang kok."
"Cuman Lo bilang."
"Iya, Lo tinggal dibawah gue. Baru mend*sah nikmat."
"Mesum."
"Cuman 9 menit jadi 9 bulan."
"Diam gak! sebelum gue lempar Lo dari sini, biar tau rasa Lo."
"Gampang, gue bunt*ng*n Lo."
"GAVIN MESUM."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
DeNussy
ngkak baca ini
2022-07-13
0
Nanda Khusuma
cerita ny makin seru thor plus kocak..
2022-07-07
0
Suky Anjalina
🤣🤣
2022-03-25
0