"Lo tertarik sama gue?"
"Dih, kepedean."
Kenzie bangkit dari tempatnya, melangkah kearah pintu. Dengan santainya membuka kunci, dan berbalik kearah Gavin.
"Bye."
Kenzie menjulurkan lidahnya, dan menutup pintu dengan kencang.
Sontak Gavin gegalapan meronggoh saku celananya, mencari kunci dari saku nya. Ternyata Kenzie kesempatan sedari tadi saat memeluknya, pintar juga gadisnya.
Kenzie menuruni tangga satu persatu, sayu-sayu terdengar suara dari dapur. Saking penasarannya Kenzie melebarkan langkahnya, melototkan matanya menatap punggung Tiara yang sibuk memasak dengan mertuanya.
Apa-apaan anak yang satu itu, sekarang cari perhatian mertuanya. Emang dia siapa? Kenzie hanya mengangkat bahunya acuh, melangkah mendekat.
"Masak apa ma?" Tanya Kenzie, berdiri disela-sela Tiara dan Lara.
"Kesukaan kamu."
"Mama so sweet banget sih, jadi makin sayang."
"Bisa aja kamu."
"Oh, iya. Ada yang bisa dibantu nyonya besar?"
"Kamu duduk aja, bentar lagi matang."
"Oke."
Kenzie menganggukan kepalanya, sembari melangkah ke meja makan. Untung ada Tiara jadi Kenzie bisa duduk.
"Nak, kenalin Tiara tentangga baru kita."
"Oh, tetangga baru. Kita udah kenalan kok ma."
Tiara hanya diam, merasa iri dengan Kenzie. Mama Gavin lebih perhatian dengan Kenzie, padahal sepupu Gavin yang satu ini jarang berkunjung kesini. Padahal dia sudah lama dekat dengan keluarga ini, bahkan berkhayal menjadi nyonya muda keluarga Megantara.
Tapi kelihatannya susah mencari perhatian Gavin, gak segampang yang dipikirkan.
"Sekarang nyonya besar udah ganti, orang lain masak dia duduk aja." Sindir Gavin, sembari duduk disamping Kenzie.
"Diam kamu! Mama yang nyuruh Kenzie duduk." Bentak Lara.
"Slow mom, gak usah ngengas."
Kenzie berdecak kecil, dengan kesal mencubit lengan kekar suaminya. Makin lama akhlak anak yang satu ini makin hancur. Masa ngomong gitu sama orangtua.
"Apaan sih, sakit."
"Rasain."
Kenzie mengeser kursinya, diikuti yang Gavin mengeser kursinya.
"Jangan dekat-dekat."
"Gak mau."
Kenzie menatapnya tajam, memilih pasrah duduk merapat dengannya. Sebenarnya Kenzie kurang nyaman duduk berdekatan dengan Gavin, cari kesempatan mulu.
Mana Tiara menatap kearah mereka berdua, dengan mengerucutkan bibirnya. Aneh. Orang Gavin suaminya, bisa-bisanya cemburu melihat kedekatan mereka berdua.
Calon pelakor. Batin Kenzie.
"Papa mana ma?" Tanya Gavin.
"Yah biasa kerja, lama-lama papa kamu nikah sama berkas-berkasnya."
"Kenapa gak sekretarisnya aja, udah cantik, langsing, mo*tok lagi."
Lara mengepalkan kedua tangannya, menatap tajam kearah putranya. Bisa-bisanya anak sendiri mendukung orangtuanya poligami, punya anak satu kelakuannya gini amat.
"GAVIN!"
"Ampun ma, Gavin cuman bercanda."
Lara mendekat kearahnya, dengan kesal menjewer telinga Gavin. Kenzie hanya diam, mengulum senyumnya melihat Gavin meringis kesakitan.
Kenzie senang melihat Gavin disiksa mertuanya. Soalnya ada dendam pribadi yang tidak bisa dibalas. Takutnya durhaka sama suami.
"Mama capek sekolahin kamu tinggi-tinggi, akhlak kamu makin hari makin hancur."
"Maaf ma, besok Gavin belajar jadi anak yang baik. Serius, iya kan? Bantu gue dong Ken, sakit banget kuping gue."
Kenzie mengelengkan kepalanya, membiarkan Lara melakukan semaunya. Orang Gavin putranya, Lara pasti tau mana yang baik dan buruk.
Lagian anak yang satu ini, wajib diberi pelajaran tiap hari. Biar gak rusuh mulu.
"Tante kasian bang Gavin."
Sontak mereka bertiga menoleh kearah Tiara, menatapnya dengan tatapan tajam.
"Gak usah ikut campur Lo bocil." Sergah Gavin.
Lara melepaskan jeweran nya, beralih kearah Kenzie. Takutnya menantu nya salah paham, membiarkan gadis seumurannya masuk kedalam rumah. Apalagi Lara tau maksud kedatangan Tiara kerumah.
Tapi sayangnya, Lara kurang suka. Gadis yang satu itu terlalu manja, kekanak-kanakan, dan Lara kurang suka dengan keluarganya.
"Nak, bawa Gavin ke atas!"
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, menarik ujung kaos Gavin yang sibuk mengelus telinganya.
Sampai malam tiba Tiara masih dirumah. Duduk dengan santainya di sofa, fokus menatap layar televisi.
Kenzie tidak peduli, matanya mengantuk.
••••
Alarm berbunyi entah keberapa kalinya, dengan malas Kenzie meraba-raba nakas mematikan alarm.
"Vin, bangun udah siang."
"Hm."
Bukannya mengindahkan ucapannya, Gavin malah menarik selimut menutupi tubuh mereka berdua.
"Gue ngantuk."
"Sama gue juga ngantuk."
"Tumben Lo malas."
"Gue juga manusia kali."
Gavin tertawa kecil, dengan menahan ngantuk. Rasanya malas bangkit dari tempatnya, matanya berat untuk sekedar dibuka.
"Gavin, Kenzie udah siang. Bangun nanti telat." Teriak Lara, sembari mengetuk pintu.
"Vin udah jam berapa?"
"Gue gak tau."
"Lihat dulu."
Gavin menghela napas, mencari letak ponselnya yang entah dimana. Merasa benda pipih itu terjangkau jemarinya, Gavin menyerahkannya ke arah Kenzie.
Dengan mata menahan ngantuk, Kenzie berusaha fokus menatap layar ponsel. Detik berikutnya, turun tergopoh-gopoh dari ranjang.
"Setengah jam lagi Vin."
Gavin menghela napas pasrah, memungut seragamnya yang dilempar Kenzie.
"Ke kamar mandi bawah sana, cepatan."
Gavin hanya mengangguk kan kepalanya, keluar dari kamar dengan mata setengah terpejam.
Merasa seragamnya sudah rapi, Kenzie keluar dari kamar dengan menenteng tas dan sepatu sekolah Gavin.
Entah kelautan mana mandinya, batang hidungnya tidak muncul juga.
"Ma, Gavin mana?"
"Apaan?"
Kenzie langsung melempar tas dan sepatu Gavin diatas lantai. Dengan cepat merampas dasi yang ada di genggamannya.
"Lo jangan bolos, kalo terlambat masuk dari gerbang depan. Jangan coba-coba manjat tembok lagi."
Gavin hanya mengangguk kan kepalanya, fokus menatap wajah cantik itu yang terlihat serius memasangkan dasinya.
"Gue duluan "
"Mau kemana?" Gavin melilitkan tangannya kepinggang rampingnya, menahan pergerakannya.
"Lepasin Vin."
"Cium."
"Apaan sih."
Dengan gerakan kilat, Gavin mencium pipi gadisnya.
"Udah sana."
Kenzie memukul lengannya, dengan mengerucutkan bibirnya.
"Mesum."
_________
Seperti biasa, Kenzie keliling pekarangan sekolah. Menjaga keamanan, sekalian mencari anak brandal yang sering bolos belajar.
Kenzie selalu menikmati kegiatannya, dan sudah menjadi kebiasaan selama dua tahun. Yah Kenzie menjabat sebagai ketua OSIS mulai dari kelas 2, sampai sekarang.
"Kenzie!"
Siempunya menoleh ke arah asal suara, dan tersenyum manis kearah kepala sekolah.
"Selamat pagi pak."
"Pagi. Boleh kamu antar adek kelas kamu ini keruangan nya?"
"Boleh pak."
Kenzie beralih kearah Tiara, dengan senyuman manis yang tetap terukir indah dibibirnya.
"Ayo Ra gue antar."
"Permisi pak." Kenzie menundukkan kepalanya sedikit, dan berlalu pergi dengan Tiara dibelakangnya.
"Kakak ketua OSIS?"
"Iya."
Kenzie berjalan dengan santainya, sesekali melirik ke sana kemari. Sebenarnya malas berjalan berdua dengan gadis kecil ini, apalagi mengingat tatapan mertuanya semalam. Tatapan tidak suka.
"Kak aku boleh titip sesuatu gak?"
"Apa?"
"Bekal siang buat bang Gavin."
"Boleh."
"Makasih kak."
Kenzie hanya mengangguk kan kepalanya, menerima bekal makan dari Tiara. Enak juga jadi orang ganteng, bukan siapa-siapa malah diperhatiin.
"Permisi Bu."
Kenzie mengetuk pintu kelas 10 IPA 3, dan mengintruksi Tiara masuk kedalam.
"Siswa baru Bu."
"Iya makasih Kenzie."
Siempunya hanya mengangguk kan kepalanya, berlalu keluar dari ruangan.
Kini maniknya fokus dengan bekal makan siang dari Tiara, dan tersenyum jahat.
"Sok perhatian banget sama suami gue."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
A.0122
msh kecil udh mau jd pelakor aja
2022-03-31
0
Suky Anjalina
harus di hepas jauh tuh Tiara
2022-03-27
0
Santi Haryanti
bibit pelakor tuh
2022-01-12
0