Tolong

"Tolong bilang ke gue sekarang kalau lo udah dapat apa yang gue mau," kata Cindy kepada Dafin yang untungnya memang benar-benar datang ke kelasnya setelah bel pulang sekolah dibunyikan. Lalu mereka sengaja menunggu keadaan kelas kosong untuk berbicara empat mata.

"Maaf, Cin. Gue ... gak bisa," balas Dafin dengan tertunduk lemas.

Cindy langsung memejamkan matanya dan menghela napas kasar. Bukan jawaban ini yang ia harapkan keluar dari mulut Dafin.

"Kenapa?"

"Terlalu susah. Cara lo gak berhasil. Gue ... gue udah cari cara lain, tapi ... tetap sama. Bang Gery gak bisa ditembus. Kayaknya dia juga udah tau tujuan gue ngedekatin dia karena apa," jawab Dafin agak terbata-terbata dan terdengar seperti mencari alasan.

Cindy pun menatapnya cukup lama untuk menelisik lebih jauh. Dan ia sadar kalau Dafin sedari tadi menghindari tatapannya. Jelas ada yang aneh di sini. Rasanya Dafin seperti menutupi sesuatu.

"Lo bohong kan?" Tuduh Cindy yang membuat Dafin langsung mengangkat kepalanya lalu menggeleng kuat.

"Gue serius! Untuk apa gue bohong?"

"Gue tau kalau lo juga punya pemikiran yang sama kayak yang lain. Dari awal lo emang gak mau kan ikut campur dalam urusan ini? Tapi lo terpaksa ngelakuinnya."

Dafin tampak geram mendengar tuduhan tersebut. "Lo gak inget siapa yang duluan nyaranin untuk selidikin ulang kasus ini?"

Cindy pun langsung mendorong bahu Dafin dengan mata yang menyalang. "Terus kenapa lo gak bisa cari cara untuk ngedekatin Bang Gery?! Ada banyak waktu yang udah kebuang dan seenak jidat lo bilang gak bisa?!"

"Kalau emang tujuan lo sama kayak gue, lo pasti bisa dapatin cara untuk nyelesain masalah ini, Pin!"

Dafin menghela napasnya sejenak lalu menggenggam tangan Cindy. "Kayaknya lo butuh istirahat. Ayo kita pulang. Kita omongin lagi hal ini setelah UAS selesai."

Cindy dengan kasar langsung menghempaskan tangan Dafin. "Gak! Gue mau selesain hal ini secepat mungkin."

"Cindy." Dafin memelas padanya. Ia tampak benar-benar frustrasi menghadapi Cindy.

"Gue udah habisin banyak tenaga, Pin. Gue juga udah berharap banyak sama lo, Zape, Patan, dan Sania. Tapi apa yang gue dapetin? Gak ada. Seharusnya dari awal gue gak berharap apa-apa sama kalian."

"Cindy, please ..." Dafin kali ini benar-benar memohon. Namun Cindy tetap pada pendiriannya. Mungkin ini saatnya ia jujur akan sesuatu hal yang sudah ia pendam begitu lama.

"Asal lo tau, gue punya kesalahan fatal sama Kak Anita. Itu yang jadi salah satu alasan kuat kenapa gue ngerasa harus ungkapin penyebab kematian dia yang sebenarnya," kata Cindy sambil mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Matanya kini tampak berkaca-kaca.

Dafin yang awalnya terkejut dengan pengakuan Cindy pun mulai mendekat ke arahnya untuk menenangkannya. Namun gadis itu segera menjauh, seakan memberi jarak.

"Di hari kejadian, Kak Anita sempat minta tolong sama gue. Tapi gue waktu itu gak peduli sama dia. Dan gue nyesel banget. Kalau aja gue tolongin dia waktu itu, pasti gak bakal kayak gini kejadiannya. Setiap malam, tidur gue gak tenang. Gue selalu dibayang-bayangi rasa bersalah. Gue gak bisa hidup kayak gini terus, Pin. Gue harus selesain kasus ini secepatnya. Dan kalau lo emang gak mau kerja sama, gak apa-apa. Gue bisa lakuin ini sendiri."

Cindy langsung pergi meninggalkan Dafin yang masih terdiam di tempatnya.

Cindy sudah tak peduli lagi. Secepat mungkin, kasus ini harus selesai. Dan ia percaya bahwa dirinya pasti bisa melakukan ini sendirian.

Dia pun mengambil handphone-nya dari saku lalu mengirimkan pesan kepada Angga.

Cindy

Gue terima tawaran lo.

...***...

Cindy sibuk menggerutu di dalam bus. Sepertinya hari ini adalah hari sialnya. Ia harus melalui perjalanan dua puluh menit untuk kembali ke sekolah. Padahal ia sudah berencana santai-santai di kamar sambil melanjutkan drama korea yang ingin segera ia tamatkan. Tapi karena dirinya baru sadar bahwa handphone-nya tertinggal di laci meja sekolah dan Ibu malah menakut-nakutinya dengan bilang; "Kalau besok ternyata hp kamu hilang, jangan harap bakal dibeliin hp baru." maka terpaksa ia kembali ke sekolah di jam empat sore.

Mungkin jika Cindy diperbolehkan naik motor, ia pasti akan pergi dengan senang hati. Namun ibunya melarang karena ia belum punya SIM, sehingga ia terpaksa naik bus dan menempuh perjalanan yang panjang.

Beberapa menit kemudian, Cindy sudah berada di depan gerbang sekolah yang untungnya belum ditutup. Ia pun mulai memasuki area sekolah. Pos satpam tampak kosong. Sepertinya Cindy agak beruntung karena tadinya ia takut malah disuruh pulang oleh satpam.

Langkah Cindy kini menyusuri koridor sekolah yang tentu saja sepi. Ia mempercepat langkahnya karena agak merinding dengan perubahan suasana yang biasanya selalu ramai tapi sekarang tampak sepi dan kosong. Ditambah lagi pencahayaan yang minim di beberapa titik karena lampu-lampu tak dihidupkan. Entah karena apa. Mungkin satpam sedang ada urusan dan lupa menghidupkannya. Tapi apapun alasannya, Cindy tak begitu peduli. Karena tujuannya hanya satu; mengambil handphone lalu segera pulang.

Saat Cindy tengah menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai tiga, ia langsung memelankan langkahnya dan berjalan hati-hati saat tak sengaja mendengar suara perempuan yang menggema. Lalu ia bisa melihat ada dua orang yang kini tengah berjalan beriringan menaiki tangga tak berapa jauh di depannya. Satu perempuan dan satu laki-laki. Untungnya mereka sama sekali tak menyadari kehadirannya.

Saat langkah Cindy sudah sampai di lantai tiga, anehnya mereka berdua masih tetap berjalan menaiki tangga menuju lantai empat. Cindy jelas merasa bingung. Siapa mereka? Dan apa yang ingin mereka lakukan di sekolah yang sepi ini? Apalagi di lantai empat hanya ada aula dan tangga kecil menuju atap sekolah.

Apakah mereka hantu? Tidak mungkin. Kaki mereka menapak dengan jelas. Apakah mereka pasangan yang ingin berbuat mesum? Hm ... bisa jadi. Karena penasaran, Cindy pun memutuskan untuk mengikuti mereka menuju lantai empat. Namun tak berapa lama kemudian langkahnya langsung berhenti saat si perempuan tiba-tiba menatap ke arahnya.

Cindy jelas terkejut. Ternyata perempuan itu adalah Anita. Seharusnya dari tas dan cardigan berwarna lilac yang dipakainya, Cindy sudah tahu siapa dia.

Raut wajah Cindy langsung berubah masam. Ia tak tertarik lagi. Oleh karena itu, ia ingin kembali turun menuju kelasnya. Namun gerakannya terhenti karena tiba-tiba Anita melakukan isyarat minta tolong ke arah Cindy dengan menunjukkan empat jarinya lalu mengepalnya.

Cindy awalnya bingung dan tak mengerti. Namun ketika ia sadar kalau Anita sedang butuh bantuannya, ia ... hanya diam saja. Tak melakukan apa-apa dan malah membiarkan Anita pergi menghilang dengan laki-laki yang tak diketahui itu.

Cindy tampak berpikir sejenak di tempatnya karena bimbang harus melakukan apa. Saat ia merasa harus menyusuli Anita sekarang juga, pikirannya malah langsung teringat akan kejadian masa lalu, dimana ketika ia direkrut oleh Anita untuk menjadi anggota cheerleader waktu itu. Awalnya semua berjalan normal. Namun salah satu anggota cheerleader yang bernama Dea, tampaknya tidak suka dengan kehadiran Cindy. Ia pun memfitnah Cindy hingga membuat Cindy jadi dimusuhi. Dan Anita, si ketua cheerleader, lebih membela Dea daripada dirinya. Padahal Anita sendiri tahu bahwa saat itu Dea berbohong.

Oleh karena konflik masa lalu tersebut, hati Cindy jadi tidak tergerak untuk menolongnya. Ia rasa Anita tak terlalu butuh bantuannya. Toh laki-laki tersebut tak ada berbuat kasar padanya. Sejak awal Cindy memerhatikannya, mereka tampak berjalan seperti teman biasa. Bahkan Anita berbicara akrab dengan laki-laki tersebut. Tak ada yang mencurigakan sehingga Cindy pun dengan santai kembali berjalan menuju kelasnya, mengambil handphone di lacinya, lalu segera pergi dari sana tanpa pikiran apapun.

Yang ia tak tahu adalah... hari itu malam terakhir dirinya bisa tertidur dengan nyenyak.

Terpopuler

Comments

yuiwnye

yuiwnye

knp JD curiga sama judulnya, jangan²,,,,,,😎

2023-07-24

0

Melani ♉

Melani ♉

Emmm... Mula terkuat Satu per satu masalahnya.

2022-11-25

2

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

seperti ituuu

2022-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!