Berpisah

Tak terasa ujian akhir semester akan dilaksanakan Senin besok. Oleh karena itu, seluruh murid SMA Adhigana hari ini datang ke sekolah hanya untuk mengambil nomor ujian saja. Sembari menunggu wali kelas mempersiapkannya, Cindy dan Sania pun pergi ke kantin karena Zaferino dan Fathan katanya telah menunggu di sana.

"Dapin mana?" Tanya Cindy setelah menghempaskan tubuhnya di hadapan Zaferino dan Fathan. Sedangkan Sania ikut duduk di sebelahnya.

"Gak tau tuh anak. Tadi udah diajak tapi katanya lagi ada urusan bentar," jawab Zaferino sembari menyuap batagornya.

Kening Cindy tampak mengerut. "Gue nge-chat dia dari kemarin gak dibales-bales. Lagi ada masalah ya?"

Seminggu terakhir ini, Dafin jadi susah dihubungi. Di-chat tidak dibalas. Ditelepon juga tidak diangkat. Membuat Cindy jadi geram padanya dan ingin memarahinya langsung, tapi ia takut hal itu akan membuat rencana mereka kemarin jadi gagal. Makanya untuk saat ini ia masih berusaha untuk menahannya saja.

"Kurang tau. Tapi emang akhir-akhir ini dia sensitifnya lebih dari cewek lagi PMS," balas Zaferino sesuai kenyataan. Pasalnya di kelas Dafin jadi sering marah-marah tak jelas. Hal sepele saja bisa ia permasalahkan. Sepertinya sih dia sedang banyak pikiran, sehingga senggol bacoknya mode on.

"Dia gak pernah-pernah lho nganggurin chat gue," kata Cindy menopang dagunya sambil memerhatikan keadaan sekitar. Mana tahu Dafin berada di sini juga. Karena sejujurnya ia juga sedikit kangen dengan laki-laki cerewet itu.

"Tapi bukannya lo emang nyuruh dia untuk ngejauh biar rencananya sama bang Gery berhasil?" Tanya Fathan.

"Ya iya sih. Tapi kan kalau chat doang masih bisa. Gak bakal ketahuan juga."

"Ntar deh gue tanyain," kata Zaferino yang cukup kasihan melihat Cindy galau seperti ini gara-gara diangguri Dafin.

"Nanti bilang ke dia suruh temuin gue di kelas pas udah pulang," pinta Cindy yang langsung dibalas anggukan oleh Zaferino.

"Oke."

"By the way, Cin, sebenarnya gue pengen nanyain ini dari awal." Fathan menyelesaikan suapan terakhirnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya fokus menatap ke arah Cindy. "Lo yakin?"

"Yakin apa?" Tanya Cindy tampak bingung karena tak tahu arah dari pembicaraan Fathan barusan.

"Rencana kita bakal berhasil dan nantinya kita bisa nemu siapa pelakunya?"

Cindy pun terdiam sejenak dengan sorot mata yang masih tertuju pada Fathan. "Jujur... gue gak bisa bilang yakin atau enggak. Tapi yang jelas sekarang gue gak mau punya pikiran negatif. Karena gak guna juga kan? Yang ada malah nambah beban pikiran. Jadi mendingan kita optimis aja tentang hasil yang akan kita dapatin nanti. Berhasil atau enggaknya, itu semua tergantung kita."

"Kalau misalnya Bang Gery juga bukan pelakunya gimana?" Tanya Fathan memberikan opsi terburuk.

Cindy pun melirik ke arah Sania. "Giliran Sania untuk selidikin bang Angga."

"Urusan bang Angga nanti aja. Kita selidikin setelah UAS selesai," sahut Zaferino langsung.

Cindy menggeleng tak setuju. "Kelamaan, Pe. Kita udah kebanyakan nunda dari kemarin. Kalau kayak gini terus, percaya deh kata gue. Pada akhirnya kita gak bakal dapat apa-apa."

"Jangan maksain keadaan, Cin. UAS jauh lebih penting daripada kasus ini," kata Zaferino sambil menatap tajam ke arah Cindy, seakan menyuruhnya untuk tetap mengikuti perkataannya.

Namun kali ini Cindy tak gentar. Ia tak mau mengikuti rencana yang menurutnya hanya menghambat pergerakan mereka untuk menemukan siapa pelakunya.

"Iya, gue tau kalau UAS lebih penting daripada kasus ini. Tapi lo harusnya bisa ngerti kalau kasus ini ada sangkut pautnya juga dengan nyawa seseorang. Kalau bukan kita, siapa yang bakal ungkapin kebenaran ini, Zape?"

"Lo harusnya lebih ngerti kalau kasus ini bisa jadi bukan kasus pembunuhan kayak yang lo bilang dari awal."

Alis Cindy langsung bertaut saat mendengar perkataan Zaferino barusan. "Maksud lo?"

"Polisi bilang kalau mereka udah selidikin kasus ini sebaik mungkin dan kesimpulannya adalah Kak Anita yang mutusin untuk bunuh dirinya sendiri, Cin. Dan bisa aja yang lo liat waktu itu salah. Kalaupun memang benar, masih ada banyak kemungkinan lain yang terjadi. Dan seharusnya sekarang lo gak bisa asal nuduh orang tanpa bukti," jelas Zaferino yang sebenarnya cukup berhasil membuat Cindy jadi emosi. Namun Cindy masih berusaha meredamnya karena tak ingin ribut di tempat umum seperti ini.

"Itu makanya gue pengen kita cepet-cepet cari bukti, Zape," balas Cindy sembari menjaga nada suaranya agar tidak meninggi.

"Tapi gak dengan cara maksa kayak gini, Cindy."

Cindy tanpa sadar mengepalkan tangannya karena dirinya sangat kesal dan ingin berteriak sekencang mungkin, tapi tak bisa. Akan jadi kacau kalau semua orang tahu tentang pembicaraan mereka.

Sedangkan Fathan dan Sania yang menyadari ketegangan di antara mereka lebih memilih diam karena tak ingin ikut campur dan memperpanjang masalah.

"Sejak kapan gue maksa, Pe? Gue udah perhitungin rencana ini baik-baik. Dan gue gak ngerasa kalau gue sekarang maksa keadaan. Gue udah cukup sabar ya dari kemarin. Gue selalu hormatin keputusan lo, karena gue pikir mungkin memang itu keputusan yang terbaik. Tapi ... liat sekarang. Kita gak punya perkembangan apa-apa. Kita masih di tempat yang sama. Ditambah lagi lo terlalu banyak nunda setiap gue pengen Sania selidikin bang Angga. Kenapa, Pe? Ada apa sebenarnya? Apa yang gue gak tau? Lo lagi nutupin apa, hah?!"

Zaferino langsung menghela napas kasar mendengar tuduhan tersebut.

"Terlalu banyak beban yang ditanggung, Cin. Gue ngerti maksud lo. Tapi ini bukan waktu yang tepat. Lebih baik kita omongin hal ini lagi setelah UAS."

Cindy mendengus sinis. "Gue kira kita satu pemikiran. Gue kira kita satu tujuan. Gue kira kalian emang bener-bener mau kerja sama. Harusnya dari awal kalian bilang aja kalau gak mau ikut campur dalam urusan ini. Gue bisa kok cari sendiri. Tanpa bantuan siapapun."

Setelah itu Cindy memutuskan untuk pergi walau Sania telah memanggilnya berkali-kali. Semua ini sudah cukup. Seharusnya dari awal Cindy melakukan ini sendirian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!