Curiga

*Cindy sengaja memilih tempat duduk di area outdoor* cafe agar bisa melihat pemandangan jalan raya yang tampak ramai sore ini. Ditambah lagi langit memilih warna jingga untuk menghiasi angkasanya. Membuat Cindy tak tahan untuk memotretnya lalu memasukkannya ke insta story.

Tak berapa lama kemudian Farah datang menyusulnya sambil membawa pesanan mereka. Karena sudah lapar, Cindy pun langsung menyantap makanannya.

"Baca do'a dulu," kata Farah memperingati Cindy.

"Oh iya, lupa." Cindy langsung memejamkan matanya sebentar untuk berdo'a lalu kembali menyantapnya.

Sedangkan Farah sendiri hanya memilih untuk menyemil kentang goreng karena ia masih merasa kenyang.

"Jadi gimana perkembangannya?" Tanya Farah ingin tahu. Pasalnya Cindy memang sengaja mengajaknya ke sini untuk bercerita.

Cindy menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Ada hal janggal yang gue temuin antara Bang Arjuno dan Bang Angga."

"Apa tuh?"

"Gimana ya jelasinnya?" Cindy berpikir sejenak untuk merangkai kata yang tepat. "Awalnya setelah ngedengerin penjelasan Bang Arjuno, gue ngerasa dia bukan pelakunya. Karena di situ dia bilang alasannya gak bisa datang ke pemakaman Kak Anita karena neneknya meninggal."

Farah langsung mengernyit bingung. "Oh ya? Tapi kok dia gak ngelapor apa-apa ke wali kelas?"

Cindy tampak terkejut. "Emang iya? Berarti dia bohong dong?"

Farah mengangkat kedua bahunya. "Gak tau deh gue."

Cindy menghela napas sejenak. "Pokoknya dia bilangnya kayak gitu ke gue. Tadinya gue percaya-percaya aja kan. Malah gue ngerasa bersalah karena udah nuduh dia yang enggak-enggak. Tapi pas Bang Arjuno pergi ke toilet dan ninggalin handphone-nya di meja, kebetulan banget saat itu juga dia dapat pesan dari Bang Angga."

"Apa tuh isinya?"

"Bang Angga bilang; jangan lupa buat seolah Gery yang jadi pelakunya. Aneh banget gak sih?"

Farah tampak terkejut. "Hah? Kok ...?"

"Sebelum itu, Bang Arjuno emang secara gak langsung ngegiring opini kalau bang Gery itu ada sangkutpautnya dengan kematian kak Anita."

"Kalau gitu artinya mereka berdua udah tau dong rencana lo?"

Kali ini Cindy yang terlihat bingung. Otaknya masih belum bisa mencerna maksud dari Farah barusan. "Hah? Gimana gimana?"

"Kalau Angga ngomong kayak gitu ke Arjuno, otomatis si Angga udah tau dong kalau lo dan Arjuno bakal ngebahas Anita?"

Cindy seketika langsung berhenti makan. Matanya kini melotot. "Eh? Iya juga ya? Kok gue baru sadar sih?"

"Iya kan? Gue rasa mereka juga tau kalau lo ngedeketin Arjuno untuk ngusut tentang Anita. Sekarang pertanyaannya, mereka bisa tau darimana?"

Cindy terdiam sejenak untuk berpikir. Namun otaknya sama sekali belum bisa menemukan jawaban yang tepat.

"I have no idea, Kak. Dari semalem gue udah banyak mikir. Sampe rasanya tidur gue tuh gak nyenyak. Ditambah lagi gue gak bisa bergerak bebas untuk nyari tau tentang Bang Angga karena harus mikirin temen gue."

"Sania ya?" Tebak Farah langsung.

"Iya."

"Haduh. Emang susah sih," balas Farah yang mengerti posisi Cindy sekarang serba salah. "Tapi ini mencurigakan banget lho, Cin."

Mereka berdua kini saling menatap dengan otak yang terus berpikir untuk mencari jawaban.

Farah pun kembali bertanya, "Selain kita berdua, siapa aja yang tau rencana ini?"

"Dapin, Zape, sama Patan."

"Sania?"

"Sania gak ikut waktu itu karena marah pacarnya dijadiin tersangka. Dia malah taunya pas gue udah dapetin cerita dari bang Arjuno karena untungnya dia udah mau diajak kerja sama."

"Kenapa tuh alasannya?"

"Katanya sih dia curiga banget sama Bang Angga setelah liat chat Bang Angga dan Kak Anita di hari kejadian. Tapi sayangnya dia gak sempat baca karena Bang Angga udah ambil handphone-nya duluan dan langsung hapus chat itu."

Farah tampak termenung. Sedangkan Cindy kembali melanjutkan makannya.

"Kenapa di mata gue semuanya jadi keliatan tersangka ya?" Tanya Farah sambil menopang dagunya.

"Pusing sumpah."

"Untuk saat ini gue gak pengen nuduh siapa-siapa sih. Tapi lo kayaknya harus hati-hati deh, Cin. Jangan percaya siapapun sebelum lo emang liat buktinya dengan mata lo sendiri. Karena kalau cuma sekedar omongan, semua orang bisa ngarang."

"Tapi gue tuh orangnya mudah percayaan, kak," kata Cindy jujur akan sifatnya yang jelek ini.

"Sekarang lo harus ubah itu kalau gak mau dibegoin. Pokoknya apapun yang terjadi nantinya, lo cerita aja sama gue. Biar gue bisa ngolah mana yang patut dipercaya dan mana yang enggak."

Cindy pun mengangguk setuju. "Oke deh."

"Btw kalau temen-temen satu gengnya Kak Anita gimana? Sejauh ini ada yang keliatan mencurigakan gak?" Tanya Cindy mencoba untuk mencari kemungkinan yang lain.

"Gak ada yang gimana-gimana sih. Walaupun gue gak bisa terlalu perhatiin mereka karena lagi sibuk banget sama ulangan. Tapi rasanya belum ada yang mencurigakan. Kecuali kejadian seminggu setelah kematian Anita, mereka malah ngadain party ya."

"Oh iya, hubungan mereka dengan kak Anita bisa jadi jelek karena apa sih? Lo waktu itu cerita setengah doang."

Farah memang sempat memberitahunya, namun terpotong karena waktu itu disuruh cepat pulang oleh Tante Amy, mamanya Farah.

"Gue ceritain ulang aja ya. Jadi, awalnya gue dapet info dari orang dalem kalau Anita itu dari awal udah dijadiin budak sama anggota gengnya Gery. Sering disuruh-suruh segala macam lah. Tapi mereka ngelakuin itu dengan cara yang lembut sampe si Anita gak bisa nolak. Lama-kelamaan kayaknya Anita ngerasa dia udah ngelakuin semua hal yang mereka mau, tapi gak dapat balasan yang setimpal. Akhirnya dia pun milih untuk speak up biar teman-temannya ngerti sama perasaan dia."

"Terus?"

*"Tapi temen-temannya malah playing victim* dan ngebuang dia gitu aja. Tadinya Anita mau masuk lagi ke dalam circle gue. Sayangnya gak ada yang nerima. Termasuk gue."

"Kenapa?"

"Geng Gery itu toxic banget, Cin. Orang-orang bego yang ada di dalam geng itu nyebelinnya tingkat dewa. Ditambah lagi waktu awal-awal Anita pindah ke sana, dia dan temen-temen barunya sering banget ngehina gue dan temen-temen gue. Wajar kan kalau kami gak mau nerima dia lagi?"

"Iya juga sih ya." Jika Cindy berada dalam posisi Farah, sepertinya ia akan melakukan hal yang sama.

"Nah, ya udah deh tuh. Mungkin karena Anita ngerasa dia gak punya temen lagi, akhirnya dia mohon-mohon untuk balik ke geng Gery. Tapi ternyata mereka semua juga gak ada yang mau nerima. Malah Anitanya di-bully."

Raut wajah Cindy tampak prihatin saat mendengar penjelasan Farah barusan. "Kasian banget. Gak nyangka gue kalau Kak Anita digituin sama mereka. Soalnya yang angkatan gue liat, Kak Anita kan emang berubah seratus delapan puluh derajat. Yang tadinya ramah banget malah jadi garang banget. Apalagi dia juga sering kan nyari masalah sama adik kelas. Jadi rasanya kayak gak mungkin aja kalau dia ternyata digituin sama anggota gengnya sendiri."

"Makanya itu. Gue sebenernya juga gak ngerti kenapa Anita mau-mau aja masuk geng mereka."

"Tapi yang gue denger dari Bang Arjuno, orang tua Kak Anita punya masalah ekonomi ya? Makanya dia pergi ke gengnya Bang Gery untuk minta bantuan. Bener gak sih?"

Farah tampak kaget. Sepertinya ia baru pertama kali mendengar hal itu. "Hah? Kok gue baru tau tentang ini?"

"Kata Bang Arjuno sih gitu ya."

Farah pun berpikir sejenak. "Yang gue tau, dari dulu Gery emang udah ngincer si Anita, tapi selalu dilindungin sama Arjuno. Nah, pas Arjuno sama Anita putus, baru deh Anita masuk ke dalam gengnya si Gery. Gue dan temen-temen gue sih ngiranya dia berubah kayak gitu untuk balas dendam sama Arjuno. Lo udah tau kan kalau selama pacaran, Arjuno itu posesif banget orangnya? Jadi bisa aja setelah mereka putus, Anita pengen ngeliatin ke Arjuno kalau dia bakal ngelakuin semua hal yang sebelumnya selalu dilarang sama Arjuno."

"Oh ya, satu lagi. Gue lupa ngomong ini ke lo kemarin. Arjuno dan Anita putus bukan cuma karena Arjuno terlalu posesif. Tapi Arjuno juga ketahuan selingkuh sama temen seangkatan lo. Siapa ya namanya? Lupa deh gue. Makanya pas Anita diselingkuhin lagi sama Angga, dia marah banget dengan Sania. Gak peduli lagi kalau Sania itu anaknya kepala sekolah."

Cindy termenung sesaat. Ia berusaha berpikir keras untuk menjadikan semua penjelasan yang ia terima dari kemarin menjadi masuk akal. Namun otaknya ternyata punya kapasitas terbatas sehingga ia masih belum bisa mencerna beberapa hal.

"Kayaknya pulang nanti gue harus minta pijitin sama nyokap deh. Pusing banget!" Keluh Cindy sambil memijat dahinya.

Farah tertawa melihat Cindy yang sudah setengah frustrasi. "Lo kalo pusing jangan ngajak-ngajak deh ya. Gue besok ada ulangan matematika nih. Capek banget rasanya."

"Semangat," kata Cindy menyemangati Farah dengan lemas.

"Lo juga jangan terlalu fokus ke sini. Tiga minggu lagi kita ujian akhir semester," ujar Farah memperingati.

"Mudah lah itu."

"Jangan mudah-mudah."

"Ihh, iya iya. Tapi kalau masalah ini ditunda yang ada pelakunya malah makin susah ketangkep, Kak."

"Kenapa gitu?"

"Kan bentar lagi anak kelas dua belas bakal lulus. Takutnya gak punya cukup waktu untuk ngumpulin bukti-bukti."

Farah seketika menaikkan salah satu alisnya. "Emang lo yakin banget anak kelas dua belas pelakunya?"

"Lah? Kalau bukan, siapa dong?" Tanya Cindy semakin dibuat bingung.

Farah pun menatapnya cukup lama. "Gak tau kenapa, tapi gue rasa temen-temen lo juga mencurigakan, Cin."

Terpopuler

Comments

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

pusing juga aqu nya 😇

2022-09-01

0

ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢᏦ͢ᮉ᳟ଓε⒋ⷨ͢⚤❣️

ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢᏦ͢ᮉ᳟ଓε⒋ⷨ͢⚤❣️

sumpah pusiiing kok semuanya mencurigakan yaaah😖😢

2022-09-01

0

atmaranii

atmaranii

bngung..ihhh...ko aku mkirnya s Sania ma zafe y...

2022-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!