Misi

*Cindy memoles lipbalm* berwarna merah muda ke bibirnya sebagai sentuhan terakhir agar dirinya terlihat lebih fresh. Bisa dibilang ini merupakan penampilan terbaiknya selama beberapa bulan terakhir ia tak peduli dengan penampilannya sendiri.

"Gila! Lo cantik banget, Cin! Gue bangga sama lo!" Setelah memuji dirinya sendiri di depan kaca, ia pun beranjak untuk mengambil beberapa buku yang tadi sempat ia letakkan di wastafel lalu berjalan keluar toilet.

Langkahnya kini menyusuri koridor yang sepi karena *** (kegiatan belajar mengajar) masih berlangsung. Sedangkan lima menit yang lalu, Cindy sengaja pergi keluar kelas untuk menjalankan misi. Namun kebetulan sekali guru yang mengajar di pelajaran terakhir nanti memintanya mengambil beberapa buku tulis di ruang guru untuk dibagikan kepada teman-teman sekelasnya nanti. Sehingga dengan senang hati ia pun melaksanakannya karena hal tersebut membuat misinya jadi tampak natural.

"Lima langkah lagi, tabrak dia ke arah kanan."

Cindy segera melaksanakan apa yang diperintah oleh Dafin. Sebenarnya sedari tadi di telinga kanannya terdapat sebuah airpods yang terhubung panggilan telepon dengan Dafin. Ini memang bagian dari misi mereka agar Cindy bisa mendekati seorang laki-laki yang kini telah ia tabrak hingga buku-buku yang dibawanya berserakan di lantai.

"Aduh... maaf Bang Arjuno. Aku gak sengaja. Maaf banget ya."

Dafin seketika mendengus kasar saat mendengar suara Cindy yang terdengar sok lembut dan manja. Apalagi ia juga ikut menyaksikan dari gedung lantai dua sebrang mereka.

Cindy dan Arjuno segera berjongkok untuk memunguti buku-buku tersebut. Secara tak sengaja, mereka mengambil buku yang sama hingga menyebabkan tangan mereka jadi bersentuhan. Karena hal itu, mereka pun jadi saling bertatapan selama beberapa detik.

Dafin yang tak tahan melihat itu langsung menyadarkan Cindy dengan ucapan sinisnya.

"Tatapnya bentar aja. Jangan lama-lama. Ntar sawan lagi lo."

Cindy pun mengalihkan pandangannya terlebih dahulu. Setelah itu barulah mereka berdiri.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Arjuno ketika buku-buku tersebut sudah ada di tangan Cindy.

"Iya, gak apa-apa kok," jawab Cindy sambil tersenyum lembut. "Maaf ya, Bang Arjuno, aku tadi gak terlalu ngeliat ke depan."

Arjuno membalasnya dengan senyuman kecil. "Iya, gue juga minta maaf ya karena kurang fokus. Mau gue bantu?"

"Ah, gak usah. Kelas aku udah dekat kok, Bang, hehe," balas Cindy yang lagi-lagi entah kenapa membuat Dafin mendengus.

"Nadanya gak usah lebay."

"Gak apa-apa. Anggap aja sebagai permintaan maaf," kata Arjuno langsung mengambil alih buku-buku tersebut.

Cindy tampak malu-malu. "Yaudah deh kalau gitu."

Mereka pun mulai berjalan. Keadaan agak canggung di antara mereka. Cindy yang sedikit gugup pun berusaha mencari topik. Tapi untungnya Arjuno segera bertanya padanya.

"Lo kelas berapa?"

"Sebelas IPA tiga, Bang."

Arjuno menoleh sebentar karena terkejut. "Di lantai tiga dong?"

"Hehehe, iya."

"Hehehe nya biasa aja."

Ingatkan Cindy untuk menggeplak kepala Dafin nanti karena terlalu bacot.

"Harusnya mah tadi jangan nolak."

"Takut ngerepotin bang Arjuno."

"Enggak kok."

Keadaan kembali hening. Saat ini mereka telah menaiki tangga.

"By the way, lo kenal gue ya?" Tanya Arjuno kembali membuka suara.

"Emang siapa sih yang gak kenal sama Bang Arjuno?" Balas Cindy yang membuat Arjuno jadi tertawa.

"Hahaha, bisa aja."

"Satu tahun yang lalu waktu bang Arjuno tanding basket, aku ikut jadi cheerleader-nya lho," kata Cindy sesuai fakta. Ia sebelumnya memang sudah mengenal Arjuno, walau hanya tahu nama dan wajahnya saja.

Kedua alis Arjuno terangkat. "Oh ya? Kok gue gak perhatian ya?"

"Tapi emang waktu itu posisi aku di belakang. Makanya gak terlalu keliatan."

"Satu tahun yang lalu berarti pas lo masih kelas sepuluh dong? Kok bisa? Biasanya kan yang boleh jadi cheerleader cuma anak kelas sebelas doang."

"Ohh, kebetulan waktu itu aku direkrut sama Kak Anita."

Raut wajah Arjuno seketika berubah saat nama Anita disebut.

Satu tahun yang lalu, karena Farah sering mengajak Cindy untuk ikut nongkrong dengan teman-temannya, alhasil ia jadi banyak kenal kakak kelas. Termasuk juga Anita yang waktu itu masih berada dalam circle Farah.

*Saat Cindy tahu bahwa Anita merupakan ketua cheerleader*, Cindy pun menyatakan niatnya bahwa di kelas sebelas nanti ia ingin ikut ekskul cheerleader. Tiba-tiba entah kenapa saat itu juga Anita memintanya untuk mengisi posisi yang kosong. Cindy pun dengan senang hati menerimanya. Tapi sayangnya itu tak bertahan lama. Cindy memutuskan untuk keluar karena suatu konflik.

"Lo dekat sama Anita?" Tanya Arjuno setelah terdiam beberapa saat.

"Dulu lumayan deket. Makanya aku sedih banget waktu dengar kabar Kak Anita. Padahal Kak Anita orang yang baik," jawab Cindy.

Setelah itu hening. Arjuno tak lagi bersuara karena sepertinya ia tidak punya niat untuk membahas Anita lebih lanjut.

Tak berapa lama kemudian mereka telah sampai di kelas Cindy yang pintunya tertutup dengan rapat.

"Makasih ya Bang Arjuno udah bantu aku," kata Cindy setelah Arjuno kembali memberikannya buku-buku tersebut.

"Iya sama-sama," balas Arjuno.

"Aku masuk dulu ya."

Baru saja Cindy berbalik dan ingin membuka pintu, tiba-tiba Arjuno menghentikannya.

"Eh, bentar."

"Iya, kenapa, Bang?" Tanya Cindy dengan raut wajah bingung, padahal dalam hati ia berteriak kegirangan.

"Gue boleh minta nomor lo gak?"

Cindy berusaha keras untuk menahan senyumnya. Ia pun menyebutkan nomornya kepada Arjuno.

"Oke, thank you," kata Arjuno sambil tersenyum manis. "Gue duluan ya."

Setelah Arjuno pergi, Cindy pun segera membuka pintu kelas lalu menutupnya dengan cepat. Keadaan kelas tampak kosong karena sebenarnya semua teman-teman kelasnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melaksanakan pelajaran olahraga. Ia sengaja tak ikut dengan alasan lupa membawa baju.

Semua ini tentunya telah ia rencanakan dengan Dafin tadi malam. Untungnya Dafin kenal dengan salah satu teman Arjuno sehingga ia bisa meminta bantuan untuk membuat Arjuno pergi ke arah ruang guru. Dan di situlah Cindy dan Arjuno akhirnya bisa bertemu secara alami.

"Gimana? Berhasil?" Tanya Dafin dari sebrang sana. Tadi ia agak kurang fokus karena tiba-tiba temannya menghampirinya.

"Berhasil dong! Tanpa basa-basi, dia langsung minta nomor gue," jawab Cindy dengan semangat.

"Ntar kalau misalnya dia ngehubungin lo, langsung bilang ke gue ya."

"Hm... bilang gak ya?" goda Cindy yang tentu saja langsung membuat Dafin mengocehinya.

"Cindy. Ini demi keselamatan lo juga. Kalau ternyata dia emang beneran pelakunya, terus dia sadar kalau lo tau tentang itu, yang ada ntar lo ikut dibunuh sama dia. Lo mau?"

"Ishh! Iya iya ah! Cerewet banget sih!"

Terpopuler

Comments

Reksa Nanta

Reksa Nanta

dibuat seolah olah bertemu secara alami

2025-03-18

0

Adinda

Adinda

kocak davin sama cindi. jadi hidup cerita ini karena mereka berdua. so, sepertinya pelakunya bukan laki-laki yang di jadikan tersangka sama cindi.

2022-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!