Malam ini di rumah Cindy sudah ada Zaferino, Fathan, dan tentu saja Dafin. Mereka sengaja berkumpul untuk mendengar cerita Cindy mengenai kejadian tadi sore bersama Arjuno. Cindy pun menceritakan semuanya dengan detail. Kecuali pesan yang Arjuno dapati dari Angga. Ia merasa harus menyimpan hal tersebut sendirian. Setidaknya untuk saat ini. Karena di satu sisi, ia takut hubungan pertemanan mereka dengan Sania jadi semakin memburuk. Ini saja Sania tak datang untuk ikut berkumpul di rumahnya. Dalam kata lain, Sania benar-benar menjauh dari mereka semua.
"Berarti bisa kita simpulin kalau Bang Arjuno bukan pelakunya kan?" Tanya Zaferino untuk memastikan kembali pada Cindy.
Namun yang ditanya hanya diam, termenung, sibuk memikirkan sesuatu.
"Cin?" Zaferino memegang pundak Cindy yang membuatnya langsung tersadar dari lamunan.
"Eh, iya? Kenapa?" Cindy malah berbalik tanya dengan raut wajah bingung. Ia berusaha mengenyahkan pikiran buruknya.
"Lo mikirin apaan?" Tanya Zaferino merasa curiga. Fathan dan Dafin yang sedari tadi mengobrol pun kini ikut menatap ke arah Cindy.
"Enggak. Gak apa-apa kok. Lo nanya apa tadi?" Cindy merasa harus tetap menyembunyikan hal ini terlebih dahulu.
"Berarti fix Bang Arjuno bukan pelakunya kan?" Zaferino pun mengulang pertanyaannya.
Cindy mengangguk. "Iya, bukan dia pelakunya."
"Oke, kalau gitu kita lanjut ke Bang Gery. Gimana? Lo udah siap, Pin?"
Semua mata kini tertuju pada Dafin yang langsung menghela napas panjang.
"Siap gak siap lah," jawabnya lesu.
"Semangat dong. Gue bantu doa kok dari jauh," ledek Fathan sambil terkekeh.
"Gak usah ikut ngomong lo," balas Dafin sebal.
"Lo pasti bisa lah ngehadapin Bang Gery, Pin," ujar Zaferino dengan santai, seolah itu bukanlah masalah besar.
"Tapi jujur, gue sama sekali gak punya ide gimana caranya gue bisa dekatin Bang Gery secara alami terus nyuruh dia cerita tentang Kak Anita. Ya lo semua tau lah, tuh orang lebih suka nonjok daripada ngomong. Salah dikit, gue bisa kena hajar." Dafin mengusap wajahnya frustrasi. Membayangkan badan berotot Gery, membuatnya jadi mental breakdown.
"Bonyok dikit gak apa-apa. Itu namanya pengorbanan, Pin," ledek Fathan lagi yang sama sekali tidak membuat Dafin jadi lebih tenang.
"Bantu kek, anjir! Jangan ngomong doang lo."
"Sini biar gue yang bantu," tawar Cindy dengan senang hati. Karena Dafin kemarin banyak membantunya, jadi ini saatnya untuk berbalas budi.
"Gak," tolak Dafin mentah-mentah. Mana mau ia membuat Cindy jadi kena masalah. Namun tiba-tiba ia mengingat satu hal tentang kejadian tadi sore. "Oh iya, gue lupa nanyain ini. Tadi lo kenapa pake pegang-pegang tangannya Bang Arjuno segala?"
"Ya kan itu semacam kode biar dia ngerasa kalau gue tuh bisa dipercaya untuk nampung cerita dia," jawab Cindy yang membuat Dafin mendengus sebal.
"Kode apaan. Emang harus banget pake pegang-pegang?"
Fathan dan Zaferino yang menyaksikan hal ini tentu jadi saling memandang dengan senyum tertahan. Pasalnya, mereka sudah lama curiga dengan Cindy dan Dafin karena sikap mereka yang aneh dan perlu ditanyakan.
"Kalian berdua diam-diam pacaran ya?"
Cindy langsung melotot ketika dicerca pertanyaan barusan. Ia langsung menggeleng dengan kuat. "Enggak! Mana ada! Jangan ngomong sembarangan!"
Sedangkan Dafin sendiri hanya bisa diam karena melihat reaksi Cindy barusan cukup menyakiti hatinya. Walaupun itu memang nyatanya. Bahwa mereka tak punya hubungan apa-apa.
"Ternyata masih cinta bertepuk sebelah tangan ya, Pin?" Tanya Zaferino yang sadar akan hal barusan. Ia dan Fathan pun langsung tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Dafin yang semakin pias.
"Diam artinya iya," kata Fathan yang semakin meledeknya.
Cindy yang merasa kasihan pada Dafin pun segera mengalihkan pembicaraan. "Udah ah, kenapa jadi bahas ini sih. Terus gimana? Kapan lo bisa mulai atraksi?" Ia bertanya pada Dafin.
"Atraksi? Lo pikir gue mau ngebadut?" Balas Dafin terdengar agak ketus karena senggol bacoknya lagi mode on.
"Ihhh, maksudnya mulai dekatin Bang Gery," kata Cindy meralat ucapannya tadi.
"Tergantung mood-lah."
Cindy seketika mengerutkan dahinya. "Kok tergantung mood sih?"
"Ngedeketin Bang Gery gak mudah. Butuh ikhlas kalau tiba-tiba dibogem."
Jawaban Dafin yang terdengar menyedihkan barusan entah kenapa membuat mereka bertiga jadi tertawa.
"Jangan lebay. Tinggal dikasih uang, dia gak bakal berani bogem lo, Pin."
"Iya juga sih."
Cindy pun jadi terdiam sejenak memandang Dafin. Seketika pikirannya berubah karena kasihan melihat Dafin yang harus menghadapi Gery. Sedangkan dirinya sendiri sudah tahu bahwa tersangka utama saat ini adalah Angga. Karena setelah melihat pesan dari Angga kepada Arjuno tadi sore, seharusnya itu sudah cukup menjadi alasan yang kuat bagi mereka untuk langsung saja menyelidiki Angga.
Tapi dirinya masih ragu. Ia takut ini akan menyebabkan Sania semakin menjauh dari mereka. Sedangkan orang yang bisa mereka percaya untuk menyelidiki Angga adalah Sania.
"Lo kenapa dah, Cin? Muka lo kentara banget pengen ditanya," kata Zaferino yang sedari tadi sudah membaca gerak-gerik Cindy yang terlihat aneh.
"Ada yang belum lo ceritain?" Tanya Dafin langsung. "Atau mau dipaksa dulu nih?"
Cindy menatap lurus pada Dafin. Membayangkan Dafin terluka karena harus menghadapi Gery membuatnya jadi tak tega. Rasanya saat ini ia dihadapkan dua pilihan. Harus menyelamatkan Dafin atau Sania.
Cindy menghela napas pelan. "Iya, ada yang belum gue ceritain ke kalian. Tapi... gue masih bingung."
"Bingung kenapa?"
"Udah, cerita aja."
Dafin pun mendekat untuk merangkul Cindy, agar Cindy jadi merasa lebih tenang dan mau bercerita. Cindy menarik napas panjang. Ia pun akhirnya memilih untuk mengikuti isi hatinya saat ini.
"Ayo cerita."
*"Ehm... tadi pas bang Arjuno ke toilet, tiba-tiba handphone*-nya yang dia tinggal di meja itu bunyi. Awalnya gue gak pengen liat. Tapi gue kepo. Soalnya ada pesan masuk di sana. Nah, akhirnya gue ambil dong handphone-nya. Dan kalian tau apa? Ternyata ada pesan masuk dari—"
Ucapan Cindy seketika terpotong karena matanya menangkap sosok perempuan berambut pendek masuk ke dalam rumahnya dan kini telah berdiri di hadapan mereka.
"—Eh, sania?"
Sania tersenyum canggung. "Um... hai?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nur Mutmainna Patta
lebih k Sania sih
2023-08-15
0