Malam hari tepat jam 12 malam, pintu kamar terbuka, seseorang masuk ke kamar, Ditha kaget terbangun karena ada cahaya lampu dari luar kamar terpantul saat pintu terbuka dan tertutup lagi.
"Si...siapa??"
"Hah?? ada orang di kamarku?" siapa kau, ini kamar ku!!" kata Lando setengah berbisik.
Spontan Lando menyalakan lampu kamar.
"Ditha!! apa yang kau lakukan di kamarku?" kata Lando masih setengah berbisik.
"Kau tanya saja orang tuamu!!"
"Bukannya kau di rumah orang tuamu?"
"Aku sudah pergi dari sana, dan pergi ke kota, aku tak tau ulah siapa dan kenapa, aku di jemput paksa saat di mall."
"Ah pasti ulah om Salman.!"
"Entahlah aku tak tau, sekarang kita harus bagaimana? bukankah kita punya perjanjian? aku tak mau membatalkannya."
"Aku juga tak mau, kau fikir aku mau hidup denganmu yang kampungan?!!"
"Bagus, sekarang berpikirlah, bagaimana agar aku dan kamu bisa bebas tak hidup terikat atau pura-pura terikat seperti orang tuamu!"
"Apa?? pura-pura?? apa maksud mu?"
"Aku dengar mereka bicara saat makan malam tadi, mereka menjalani pernikahan pura-pura selama ini, memangnya kau tak tau?"
"Ak...aku tak pernah pedulikan apapun yang terjadi di rumah, aku asyik dengan duniaku sendiri."
"Sekarang bagaimana? Kamu harus keluarkan aku dari sini.!"
"Baiklah aku akan fikirkan nanti, sekarang kau atau aku yang keluar dari kamar ini!!?"
"Gak papa aku yang keluar, tapi aku ke kamar yang mana?"
"Ish, kamu pakai saja kamar tamu, yang berada persis di bawah kamar ini, sana cepat aku capek."kata Lando sambil membanting diri ke atas ranjangnya.
Ditha pun mengambil semua barang yang di berikan mertuanya padanya tadi dan pergi ke kamar tamu, untung semua orang sedang tidur jadi tak ada yang melihatnya.
Ditha masuk ke kamar tamu kemudian mengunci pintunya. Dilihatnya kondisi dalam kamar yang mewah, memang di khususkan untuk tamu menginap, karena terbangun dan kaget tadi kantuknya jadi hilang.
Iseng ia buka gawainya, untuk menghilangkan jenuh.
Di bukanya aplikasi hijau, ada beberapa pesan masuk disana, Aryo dan Yani mengirim pesan yang isinya hampir sama, menanyakan kondisinya, dia pun membalas kalau ia baik-baik saja, karena memang sudah larut jadi tak mungkin mereka membalas.
Pesan dari ibunya pun menanyakan hal yang sama, karena ia kecewa dengan ibunya, jadi ia hanya membaca saja tak ingin membalas pesan itu, tapi ada satu pesan dari nomor yang tidak di kenal, karena penasaran ia buka pesan itu.
[Assalamualaikum Tha ini nomor baru Kakak, kamu simpan tapi jangan beri nama kakak pada gawaimu ya, kamu kasih nama apa aja terserah kamu, jangan sampai ada yang tahu.]
[ Tha bagaimana keadaanmu? kamu pasti sudah menikah, maafkan kakak seharusnya hadir di pernikahanmu.]
[Bila kau sibuk tak usah di balas Tha, kakak hanya mengabarkan kalau kami baik-baik saja, alhamdulillah....ada hal yang ingin kakak ceritakan sebenarnya, tapi waktunya belum tepat, kau bersabarlah, kakak akan segera datang dan membalaskan semua yang terjadi pada ayah dulu.]
[ Jalani hidupmu dengan baik Tha, dan berhati-hatilah, kakak hanya bisa do'akan semoga kita cepat bertemu, nomor ini akan kakak aktifkan hanya pada saat-saat tertentu saja, jadi kau kirim saja pesan ke nomor ini, sewaktu-waktu aktif kakak akan membacanya.]
[ Ingat Tha setiap mengirim pesan dan menerima pesan jangan lupa di hapus, agar tidak ada yang mengeceknya, oke kakak non aktifkan nomornya.]
Begitu membaca pesan yang ternyata dari kakaknya Ditha pun menangis, akhirnya dia bisa menghubungi kakaknya walau tidak setiap saat, setidaknya dia tahu kabar kakaknya baik-baik saja.
Nomor kontak kakaknya pun ia simpan dan di beri nama Fitriyana, singkatan dari kedua nama kakak dan kakak iparnya.
Berulang-ulang ia baca pesan dari kakaknya itu sebelum ia menghapusnya, setelah puas pesanpun ia hapus, lalu ia letakkan gawainya.
'Apa yang terjadi dengan ayah dahulu? aneh' bathin ditha, karena pusing menebak-nebak ia pun akhirnya tertidur.
***
Pagi harinya, bu Resti bangun pagi-pagi sekali ia berniat untuk pergi ke suatu tempat untuk meredakan emosinya, begitulah kebiasaannya apabila terjadi konflik dengan suami pura-pura nya, sebagai penawar perasaan marahnya ia pilih bepergian saja.
Pak Rinto pun sudah paham tingkah laku nya, karena sudah menjadi bagian dari perjanjian mereka juga dahulu sebelum menikah.
Karena tak ingin Ditha khawatir atau bingung atas apa yang terjadi maka bu Resti berniat untuk berpamitan dengan Ditha.
Di ketuknya pintu kamar Lando beberapa kali tapi tidak ada sahutan, akhirnya ia buka pintu kamar itu, di lihatnya di ranjang ternyata yang tidur bukan Ditha melainkan Lando dan hanya sendirian, kemana Ditha, apa dia kabur lagi? pikirnya, akhirnya bu Resti membangunkan Lando untuk menanyakan dimana Ditha.
"Lan....lando....hei bangun.!!
"Apa sih miiih, Lando ngantuk, nanti aja bangunnyaa.." jawab Lando sambil memutar badannya membelakangi ibunya.
"Terserah kamu kalau masih mau tidur, tapi Ditha kemana?"
"Dia di kamar tamu." jawab Lando masih memejamkan matanya.
"Apa??!! Kenapa?? Kalian tidur terpisah? Kalian suami istri!!"
Mendengar itu Landopun bangun dan menyandarkan badannya di sandaran tempat tidur.
"Lantas menurut mamih? mamih kan juga seperti itu, punya kamar masing-masing dengan papih? kenapa tanya kami tidur terpisah, mamih lupa pernikahan ini bukan kami yang mau??"
"Lando?? bukannya kalian tidak menolak di jodohkan? harusnya...."
"Harusnya apa mih, apa bisa kami menolak?? boleh kami menolak?? kalau boleh baik masih ada waktu untuk membatalkannya toh Ditha belum aku sentuh!!"
"Awas kamu kalau berani membatalkannya!!!"
"Nah itu mamih tau...sudah mih bagaimana cara kami menjalani pernikahan ini, mamih jangan ikut campur!! toh tujuan keluarga sudah tercapai, apa lagi yang kalian mau!! Lando capek mih mau tidur lagi."
Bu Resti menghela nafas panjang melihat Lando kembali merebahkan badannya. Ia pun keluar kamar dan menuju kamar tamu.
Di ketuknya pintu kamar tamu, tak lama Ditha keluar karena dari subuh dia sudah bangun.
"Tante...?"
"Kenapa kamu pindah kamar??"
"Tante sudah tanya Lando? dia yang suruh, Ditha bisa apa?"
"Ck, kalian sudah menikah dan halal untuk hidup bersama, kalau Lando tak memberi hak mu, kamu tuntut dia karena kamu berhak!!"
"Maaf Tante, Ditha gak berpengalaman untuk hal itu, lagian kami sudah membuat perjanjian untuk tidak menjalankan pernikahan sebagai mana mestinya."
"Ah kalian sama saja, ayahmu pasti marah kalau tahu hal ini!!"
"Om Salman tak ada hak untuk mengurusi hidup Ditha tan...maaf tante tau kan Ditha anak siapa?"
"Ah!! Kamu ini!!" Bentak bu Resti sambil meninggalkan Ditha menuju ruang makan untuk memerintahkan pelayan menyiapkan sarapan.
Sambil menunggu sarapan di sajikan bu Resti kembali ke kamarnya, dia duduk di ranjang sambil berpikir.
'Aku tak bisa pergi saat ini, ah menambah pusing kepala saja, tidak bisa!! aku harus pergi lama-lama bisa gila kalau tidak melampiaskan emosi dari rumah ini, apalagi Rinto, Ck...baik aku pergi sore hari saja!!'
Tok tok tok...
"Nyah, sarapan sudah siap."
"Iya." Bu Resti pun keluar kamar, sebelum ke ruang makan, ia mengetuk pintu kamar tamu terlebih dahulu untuk mengajak Ditha sarapan.
Mereka pun sarapan hanya berdua, pak Rinto memang tak ada di rumah, dia pergi sejak malam, sedang Lando pasti tak mau di bangunkan.
Di sela makan pagi, bu Resti berkata pada Ditha.
"Nanti sore mamih akan pergi Tha, mungkin mamih tak pulang beberapa hari, kau di rumah saja, temani Lando, walau bagaimanapun kalian harus semakin mengenal satu sama lain, mamih harap kalian bisa menjalani pernikahan ini walaupun buka keinginan kalian, belajar lah menerima nya."
"Maaf tan tolong jangan memaksa kami, biar kami jalani seperti adanya dulu, terus apa yang harus Ditha lakukan, hanya berdiam diri seperti tahanan?? Ditha tak biasa berdiam diri saja tan, biar Ditha mencari kesibukan tante, Landopun tak mungkin di rumah saja, terus Ditha akan sendirian, tolong lah tante beri Ditha sedikit kebebasan."
"Kebebasan seperti apa yang kamu inginkan? jangan berfikir pergi dari rumah ini, kau tahu Salman tak mau itu terjadi!! Satu lagi panggil aku mamih aku ibu mertuamu!"
" Maaf tan, Ditha panggil tante saja, lantas untuk apa tante pergi?? bukan untuk mendapatkan sedikit kebebasan juga kan?"
"Apa maksud mu??"
"Ditha tau tante berpura-pura menikah dengan om Rinto!"
"Apa??? kau...!! kau jangan ikut campur urusan ku!!"
"Maaf tan, kalau tak boleh ikut campur, maka tante juga jangan ikut campur urusan Ditha, maaf sekali lagi tan" ucap Ditha sambil meletakkan sendok, iapun pergi meninggal kan mertuanya, kembali ke kamar tamu.
Di dalam kamar tamu Ditha berjalan mondar-mandir, memikirkan cara agar dia bisa bekerja di perusahaan milik Aryo sesuai waktu yang di berikan oleh Aryo.
' Benar-benar keluarga yang aneh! aku harus bagaimana, aku harus bisa keluar dan bekerja.! Tinggal berapa hari lagi waktunya masuk kerja.'
Ditha pun duduk termenung, lebih baik ia menunggu Lando bangun dan memaksa nya untuk mengeluarkan dia dari rumah orang tuanya itu.
Nb
mohon krisannya yaaaa....
terimakasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ruk Mini
kel .. sakit
2024-11-08
0