Sudah dua hari dua malam pak Salman dan Lando pergi tak ada kabar, bu Silma pun sangat khawatir, sedangkan Ditha terlihat santai-santai saja.
"Kau tak khawatir dengan suamimu Ditha? Kau tidak menghubunginya sama sekali?"
"Untuk apa khawatir bu? memangnya ibu tak sadar pernikahan kami di dasari oleh apa?
Bu Silma kaget dan tiba-tiba sadar akan perkataan Ditha.
" Aku harus bagaimana bu, sebelum menikah saja sudah di todong dengan perjanjian, agar tidak saling ikut campur urusan masing-masing, tak boleh sampai jatuh cinta padanya, dan bla...bla..bla.." lanjut Ditha.
"Hahh??"
"Sudahlah bu, bukannya keinginan om dan ibu sudah kesampaian dengan menikahkan kami, jangan berharap kami menjalaninya dengan baik, apalagi kami tidak tau tabiat satu sama lain.
"Tap...tapi.."
"Sudahlah buuuu, sekarang kemanapun kami pergi, bagaimana kami menjalani pernikahan kami, dan dengan siapa kami berhubungan, tak ada yang punya hak mengaturnya, ibu dan om harus ikhlas menerima keputusan kami, seperti halnya kami ikhlas di jodohkan!!"
"Lantas bagaimana sekarang Ditha?"
"Kalau Ditha kembali kerumah nenek, nanti jadi omongan orang dan membuat rusak nama om dan ibu tentunya, tapi Ditha pun tak mau berlama-lama di sini, Lando pun melarang saling tuntut hak dan kewajiban, mungkin Ditha akan pergi dan tinggal di kota bu."
"Kau sudah bicarakan hal ini dengan Lando?"
Ditha pun menghela nafas berat, dan memandang ibunya, berharap ibunya mengerti.
"O..oh ya sudah kalau begitu, nanti ibu akan urus tempat tinggal kamu di kota."
"Maaf bu, boleh Ditha urus sendiri? Jangan buat Ditha ketergantungan pada ibu, Ditha sudah dewasa dan sudah menikah, Jangan atur hidup Ditha, toh sebelumya ibu tak begini."
" Baiklah, jika itu maumu, tapi jangan larang ibu untuk memberikan uang padamu, kau pasti membutuhkannya nanti untuk hidup di kota." kata bu Silma sambil menghela nafas.
"Terserah ibu saja, apapun itu terimakasih bu, walaupun hanya sebentar dan dengan cara yang tak aku inginkan, setidaknya ibu sudah bertindak sebagai seorang ibu beberapa hari ini."
"Iya nak." 'maafkan ibu nak' ucap bu Silma dalam hati ia masih ego untuk mengungkapkan nya.
"Maaf bu, Ditha mungkin akan pergi besok, entah Lando datang atau tidak, Ditha tetap pergi."
"Baiklah, ibu minta nomor rekening kamu, ibu transfer segera."
"Iya bu." Ditha pun menyebutkan nomor rekening nya.
Tak lama karena menggunakan M banking uang pun sudah masuk ke rekening Ditha.
"Sudah terkirim Tha, coba kamu cek, kalau kurang kamu kabari ibu ya."
"Iya bu." sahut Ditha, karena ia tidak menggunakan M Banking jadi dia berniat untuk pergi dulu ke kota baru ia mencek uang tersebut.
"Oh ya Tha, apa masih belum ada kabar dari kakakmu?"
"Sayangnya belum ada bu? Ditha juga bingung, kakak adalah harapanku satu-satunya untukku berlindung." sahut Ditha tanpa berpura-pura sedih karena itu memang benar.
Puas berbincang-bincang dengan ibunya, Ditha pamit ke kamar untuk membereskan barang-barang miliknya.
Ada beberapa pakaian dan peralatan pribadinya yang ia bawa dari rumah nenek, bu Silma pun menyuruh membawa semua hantaran pengantin karena itu memang hak Ditha.
Setelah selesai membereskan semua barang-barang nya, Ditha lantas duduk sambil beristirahat, ia berpikir bagaimana hidup di kota nanti, apa yang harus ia lakukan disana, siapa yang bisa dimintai bantuan, yang jelas ia harus mencari pekerjaan di sana.
Tiba-tiba ia teringat Aryo
'Hhmm, bisa gak yah? Ah kenapa aku jadi takut ya? Oke bismillah di coba saja' iapun mengambil gawainya dan menbuka aplikasi hijau kemudian mengirim pesan.
[ Assalamualaikum kak, kalau kakak tidak sibuk, bolehkah aku mengganggu? ] pesan terkirim tapi belum di baca.
Ditja menunggu 15 menit akhirnya pesan di baca.
[ Wa alaikumsalam Tha, aku lagi di perjalanan pulang, tunggu sebentar ya, nanti kau aku hubungi. ]
[Baik kak.]
Kurang lebih 20 menit kemudian Aryo pun menelpon Ditha.
Tuut....tuut... tuut.
[ Assalamualaikum kak ]
[ Wa alaikumsalam ada apa Tha? Ada hal penting?]
[ Iya kak, aku butuh bantuanmu, atau orang lain yang bisa membantuku]
[ Iya Tha, aku usahakan , tapi ada apa Tha?]
[ Kak, aku ingin tinggal di kota, apa mungkin kakak ada kenalan yang bisa bantu aku mencari tempat tinggal di sana? aku juga ingin mencari pekerjaan di sana.]
[ Hah?? Kau ingin ke kota? Bekerja? Lantas suamimu? Apa dia tidak mengajakmu untuk tinggal bersamanya?]
[ Aku tak bisa membicarakan hal itu kak, aku ingin memikirkan urusan ku sendiri dulu]
[ Oke, aku akan bantu Tha, kapan kau akan pergi?]
[ Besok kak, aku sudah membereskan semua barang-barang yang akan aku bawa, kalau yang di rumah nenek nanti saja bila aku sudah dapat rumah di kota.]
[ Oke, kau pastikan lagi apa saja yang mau kau bawa, besok aku akan kirimkan mobil angkutan, kita bertemu di perbatasan desa saja, aku gak enak dengan ibumu dan pak Salman kalau aku jemput kau di rumah.]
[ Baik kak, terimakasih sebelumnya, assalamualaikum kak]
[ Wa alaikumsalam] sambungan pun terputus.
Selesai berbicara di telpon Ditha menghela nafas lega, masalah pekerjaan nanti saja ia pikirkan.
Di tempat lain, Aryo masih bingung, ada apa gerangan dengan Ditha, kenapa ia mau pergi tanpa suaminya, tak apa pikirnya kalau sudah jadi keputusan Ditha, ia hanya ingin membantu adik junior nya itu membangun hidupnya, apalagi ia mendengar kabar kalau Yayan dan istrinya pergi tanpa kabar.
*****
Keesokan harinya tepat di hari ke tiga Lando pergi tanpa kabar, dan tak ada juga keinginan dari Ditha untuk mencarinya, begitu pula pak Salman masih tetap tidak bisa di hubungi, tapi pak Salman mengirimkan orang untuk menyampaikan kabar pada bu Silma bahwa ia ada urusan penting di tempat yang tidak ada sinyal telpon, jadi susah untuk memberi kabar, ia terpaksa pergi tanpa pamit karena sangat darurat.
Setidaknya bu Silma bisa di buat tenang dengan adanya kabar itu.
Tepat jam 10 pagi, Ditha sudah bersiap-siap untuk pergi, mobil angkutan pun sudah datang ke rumah ibunya, Ditha pun mengangkat barang-barang nya di bantu oleh sopir angkutan itu.
Setelah semua barang dimasukkan mobil, Ditha pun berpamitan dengan ibunya.
Bu Silma melepas kepergian Ditha tanpa bisa berkata apa-apa, entah bagaimana nanti ia menjelaskan pada pak Salman dan Lando, bu Silma pun tak bisa bertanya kemana dan di mana Dita akan tinggal, karena Ditha pasti tak akan menjawabnya.
Setelah berpamitan Ditha pun menaiki mobil, dan mobil melaju ke perbatasan desa, di perbatasan desa mobil Aryo menunggunya, kemudian dengan beriringan mobil melaju menuju kota.
Dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, sampailah mereka di rumah makan, mobil Aryo berhenti, mobil angkutan pun berhenti, Aryo turun dan memberi kode agar Ditha dan sopir angkutan juga turun.
"Kita makan siang dulu Tha...Yon."
"Baik kak"
"Iya bos."
Merekapun masuk ke rumah makan, Aryo dan Ditha duduk dalam 1 meja, sedang Yono duduk menyendiri.
"Pesan makan sesukamu Yon." kata Aryo dan di balas anggukan oleh Yono.
"Kamu ingin makan apa?" tanya Aryo pada Ditha.
"Yang berkuah aja kak, menghilangkan mualku."
"Hahaha....kamu masih mabok perjalanan?"
"Yah habis bagaimana kak, aku jarang naik mobil."
"Heiii....kau anak orang kaya, trus suamimu kaya, nanti kamu bisa sering naik mobil."
"Ish yang kaya mereka kak, bukan aku."
Merekapun memesan makanan berkuah sesuai permintaan Ditha.
Sembari menunggu makanan datang, Aryo bertanya pada Ditha.
"Ada apa sebenarnya kok kamu ingin ke kota sendirian?"
"Hhmmm.... bagaimana ngomong nya ya kak, intinya aku gak bisa kembali pada nenek karena sudah menikah, dan tak bisa pula ikut suami karena..... ah yang penting aku merasa aku harus menentukan jalan hidupku sendiri sekarang kak, toh tujuan om Salman sudah tercapai."
"Hhmm....baik lah, tapi aku tidak bisa diam saja melihat ini ya Tha, walau kita tidak punya hubungan apa-apa, tapi secara moril aku merasa harus membantumu, apalagi kak Yayan tidak ada di sisimu sekarang, maaf Tha kau memangnya benar-benar tak tahu kemana kakakmu?"
"Terimakasih kakak bersedia membantuku tapi maaf kak hanya satu kali ini saja ya kak, aku gak enak kalau terus-terusan di bantu takut ketergantungan, soal kak Yayan...hhhmmmm....belum ada kabar kak, semoga mereka berdua baik-baik saja dan sukses nanti, aamiin."
"Iya Aamiin."
Tak lama masakan pun dihidangkan para pelayan rumah makan, dan mereka pun bersantap siang.
Nb
mohon krisannya yaaaah
terimakasiiih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments