Karena penasaran kenapa ibunya menelpon nya, Ditha pun menelpon balik.
Tuut..tuut....tuut
[ Halo Ditha!!]
[Assalamualaikum bu, ada apa bu, tadi Ditha masih sibuk beres-beres] kata Ditha dia terpaksa berbohong kalau dia pergi bersama Aryo, karena ibunya melarang dia berhubungan dengan Aryo.
[Wa alaikumsalam Ditha kamu dimana, ayah mu mencarimu]
[Ibu kan tau Ditha kemana.]
[Kembali dulu Ditha, jelasin pada ayahmu, dia sudah menghubungi Lando, dan Landopun tak mau kembali]
[ Maaf bu, tolong ibu jelaskan pada om Salman, bagaimana cara kami menjalani pernikahan ini, Ditha ingin menenangkan diri dulu bu.]
[ Ayah Ditha....ayah...om Salman juga ayahmu!!, kembalilah sebelum ayahmu bertindak, kalau om Rinto menanyakan mu kami harus jawab apa?!]
[ Nanti Ditha kembali bu, tapi tidak dalam waktu dekat, Ditha ingin menenangkan diri dulu, tolong hargai Ditha bu.]
[Ah kau ini, setidaknya kau harus mengenal Lando dan keluarga nya dulu Tha.]
[Iya bu, tapi tidak sekarang, tolonglah bu.]
[Ah bagaimana ini, ingat jangan kamu salahkan ibu karena tidak mengingatkan mu ya.]
[ Maaf bu, kita lihat nanti saja bu, Assalamu alaikum bu.]
[Wa alaikumsalam]
Ditha pun menutup sambungan telepon sambil menghela nafas, hari sudah sore, sebentar lagi magrib, dia bergegas untuk mandi.
Malam hari bik Imah mengajak Ditha untuk makan malam, karena Ditha hanya sendirian bik Imah pun menemaninya makan malam, Ditha meminta bik Imah dan mang Aji makan malam bersamanya sebelum kembali ke bangunan yang di belakang rumah.
Tanpa banyak bicara merekapun menyelesaikan makan malamnya, setelah selesai makan Ditha ingin membantu bik Imah membersihkan bekas makan mereka, namun di tolak oleh bik Imah.
Karena tak ada yang di kerjakan mata pun belum ngantuk Ditha duduk di ruang tamu sambil melihat album keluarga yang ada di bawah meja.
Bik Imah datang ke ruang tamu dengan membawa minuman hangat untuk Ditha.
"Ini air jahe neng, buat anget-angetan."
"Terimakasih bik, mamang mana bik?"
"Mamang jam segini ngecek-ngecek pagar dulu neng, bentar lagi juga masuk rumah."
Benar saja, gak lama mang Aji pun masuk.
"Mang, benarkah aku bisa mendesain sendiri lemari yang ku mau?"
"Iya neng, sudah ada bayangan ingin model gimana?"
"Model simple serbaguna aja mang."
"Owh, boleh bikin gambar gitu nanti biar mamang bawa ke saudara mamang."
"Iya deh mang, terimakasih ya mang."
Ditha pun menghabiskan air jahe buatan bik Imah, lalu pergi ke kamar untuk beristirahat.
***
Keesokan pagi nya, setelah sarapan pagi, Ditha meminta bik Imah untuk memanggil istri Yono. Ditha ingin berjalan-jalan melihat-lihat kota.
Bik Imah berkata kalau Yani akan datang 1 jam lagi, dia sedang mencatat kebutuhan bulanan pekerja, jadi nanti mau sekalian belanja.
Sambil menunggu Ditha mencoba mendesain bentuk lemari yang dia inginkan.
Sudah 1 jam menunggu akhirnya Yani datang.
"Assalamualaikum."
"Wa alaikumsalam."
Ditha membalas salam Yani dengan posisi membelakangi Yani.
"Kak Ditha saya Yani."
Ditha pun memutar kepalanya melihat ke arah Yani.
"Oh ii...."kata Ditha terputus.
"Pradithaa!!"
"Haryani!!"
Mereka menyebut nama serempak sama-sama terkejut.
Keduanya pun saling berpelukan, dan menangis karena sudah lama tak bertemu.
Bik Imah keluar dari dapur dan melihat keduanya berpelukan, untung saat mereka menyebut nama masing-masing, bik Imah tak ada di situ kalau tidak bik Imah latah dan bisa-bisa melempar nampan yang ia bawa.
Bik imah mematung melihat keduanya berpelukan, bingung mau tanya apa, takut mau bertanya karena keduanya sama-sama menangis. Akhirnya ia pelan-pelan menaruh nampan di meja.
Tak lama mang Aji datang, tanpa ada suaranya berdiri di belakang badan bik Imah, sambil menepuk punggung bik Imah mang Aji bertanya.
"Ada apa Im?"
"Im...im..iiiim...akang ah ngagetin aja."
Dua orang yang lagi berpelukan kaget dan di ikuti tawa gelak mang Aji.
Ditha dan Yani pun tertawa sambil menggaruk kepalanya yang gak gatal.
"Memangnya ada berita sedih apa toh?" tanya bik Imah.
"Ah bibi, orang nangis gak cuma untuk kesedihan aja, Yani ternyata teman SMA ku bik, tapi hanya di kelas satu aja, habis itu entah kemana dia, dia teman sebangku, yang paling dekat dengan ku."
"Duduk dulu toh kalau mau cerita." ucap mang Aji.
"Kita mau jalan-jalan melihat kota kan? nanti aja ceritanya ya abah." kata Yani.
"Yah gak seru, kayak nonton sinetron lagi seru-serunya malah bersambung." ucap bik Imah sambil memajukan bibirnya.
"Nanti mak, biar gak terlalu panas berbelanjanya."
"Ah sejak kapan mall panas."
"Hihihi, mamak ni kayak gak pernah muda aja, keburu pengen shopping ini.."
"Hayuk lah cepat pergi cepat pulang." sahut Ditha juga.
"Okee...berangkaaaat."
Keduanya pun keluar rumah dan menaiki mobil, Yani pun melajukan mobil ke pusat kota.
"Gak nyangka ternyata aku melayani dirimu Tha."
"Melayani?? bahasa apa itu?"
"Hahaha.....eh kamu siapanya bos Aryo?"
"Bukan siapa-siapa, kak Aryo kan kakak kelas kita."
"Woooh, aku lupa, makluuum sekolah kilat, satu tahun kelar, hehe.....tapi aku sudah tamatin kok ikut kejar paket, di suruh bos Aryo, seluruh karyawannya di beri kesempatan untuk menyelesaikan sekolah, minimal SMA."
"Hmmmm...bagus juga."
"Jadi ceritanya gimana sampai kamu ingin mencari pengalaman di kota?"
"Ceritanya panjang kali lebar kali tinggi sama dengan keliling dan pusing, aku malas cerita sekarang."
"Ya sudah kalau gitu, tapi kamu hutang penjelasan sama aku yah, awas..!!"
"Hahaha, kamu gak berubah, masih suka mengancam."
"Yani gitu loooh!"
Tak lama mobil pun sampai di mall, Yani memarkirkan mobil, kemudian keduanya turun dan masuk ke dalam mall.
"Aku mau belanja kebutuhan para pekerja di kebun bos besar, kamu ada kebutuhan yang mau di cari?"
"Kau belanja aja, aku mau ke ATM." sahut Ditha.
"Aku minta nomor kontak kamu, nanti aku hubungi kalau sudah selesai, setelah belanja baru kita lanjut keliling kota, oke."
"Oke." sahut Ditha kemudian menyebutkan nomor kontaknya.
Keduanya pun berpisah untuk urusan masing-masing.
Ditha berjalan ke arah box ATM, kemudian mengecek uang yang di transfer ibunya, ia pun kaget melihat nominal uang yang di kirimkan ibunya.
'Ini bisa buat beli rumah mewah' bathinnya. kemudian ia ambil seperlunya buat isi dompet saja.
Karena tak ada keperluan yang ingin ia beli saat itu, ia pun menunggu Yani di pelataran mall.
Tak lama ada mobil yang berhenti di depan tangga mall, turun lah beberapa orang laki-laki berpakaian serba hitam mendatangi Ditha, mereka menarik paksa tangan Ditha, karena kalah kuat Ditha pun pasrah mengikuti mereka.
2 jam berlalu, Yani sudah selesai belanja, ia pun keluar mall, karena tadi Ditha sempat kirim pesan kalau ia menunggu di pelataran mall.
Yani pun mencari Ditha, mondar mandir ia mencari tidak juga ia temukan dimana Ditha. Akhirnya ia menghubungi nomor kontak Ditha, ada nada sambung tapi tidak di angkat, hingga berkali-kali Yani menghubungi Ditha tak juga di angkat oleh Ditha, Yani mulai khawatir, secara Ditha baru pertama kali ke kota.
Yani bertanya-tanya pada orang sekitar tidak ada yang tau orang yang Yani maksud, tak habis akal diapun bertanya pada satpam, oleh satpam Yani di ajak ke ruang monitor CCTV, terlihat tangkapan kamera CCTV kalau Ditha di tarik paksa beberapa orang berpakaian hitam masuk ke dalam mobil.
Yani meminta rekaman tersebut agar ia bisa melapor, tapi tak langsung di berikan oleh satpam karena harus izin pemilik mall.
Dengan bantuan satpam pemilik mall pun mengizinkan Yani untuk menyalin rekaman CCTV mall.
Yani langsung menghubungi Aryo sambil ketakutan.
Tuut...tuut
[ Assalamualaikum]
[ Wa alaikumsalam bos, tolong.]
[ Ada apa Yan???]
[Ditha di culik bos, kami berada di mall XXX ]
[Hah!! Kenapa bisa di culik?? kamu lihat kejadiannya?]
[ Saya gak tau bos, saya berpisah tadi karena saya mau belanja dan Ditha ada urusan lain.]
[Ada yang menyaksikan kejadian gak?]
[ Kurang tau bos tapi saya sudah minta rekaman CCTV, sebentar saya kirimkan, saya tutup dulu bos, Assalamualaikum]
[Wa alaikumsalam.] tut
Video rekaman pun dikirim oleh Yani pada Aryo.
Tak lama Aryo membuka dan melihat video yang di kirim Yani, 'siapa mereka? dari logo bajunya seperti..?? ini kerjaan om Salman, semoga Ditha tidak di apa-apain, aku harus mengirimkan orang untuk menyelidikinya, aku harus hati-hati, jangan bertindak gegabah.' bathin Aryo.
Aryo pun mengirim pesan pada Yani untuk tak usah khawatir, dia akan menyelesaikan kejadian itu. Tak lupa Aryo menyuruh Yani untuk pulang dan memberi kabar pada bik Imah dan mang Aji, supaya mereka tidak kepikiran.
Yani pun mengikuti perintah Aryo, dengan perasaan menyesal karena tak menjaga Ditha dengan baik, dia membiarkan temannya itu terkena masalah.
Sesampai di rumah Yani mengarang cerita kalau Ditha di jemput orang tua nya agar tidak banyak pertanyaan dari kedua mertuanya.
Nb
mohon krisannya yaaaa...
terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ruk Mini
lemah kau Dith.. kabur y kurang jauhhhh
2024-11-08
0