Memang Bukan Cinderella
Praditha Putri..Seorang gadis mandiri, sejak SMP dia sudah bisa mencari uang sendiri tanpa sepengetahuan orang tuanya. Iseng-iseng dari pelajaran keterampilan yang ia dapatkan dari SMP itulah ia mengisi waktu senggangnya. Dia bisa membiayai sekolahnya sendiri hingga tamat SMA. Ditha tinggal bersama neneknya karena sang ibu sudah memiliki suami lagi dan tidak ingin terganggu oleh anak hasil pernikahan terdahulu.
Sewaktu kelas 3 SD ayahnya meninggal dunia, selang 1 tahun kemudian ibunya menikah lagi dengan duda tanpa anak dan memberi pilihan pada ibunya antara anak atau suami, karena ibunya tak mau lagi hidup sendiri maka Ditha dan Yayan di kirim ke rumah neneknya.
Ditha harus berjuang untuk mendapatkan kembali kasih sayang orang tuanya, hingga berjuang mendapatkan cintanya.
Dari pernikahan bu Silma dengan suami barunya tidak di karuniai anak karena suaminya ternyata mandul dan baru bu Silma ketahui setelah 2 tahun menikah. Itupun bu Silma ketahui dari mantan - mantan istri suaminya tentang penyebab perceraian mereka, ya...benar ..bu Silma istri kesekian dari pak Salman.
Nasi sudah jadi bubur..dan buburpun sudah basi jadi bu Silma terpaksa melanjutkan pernikahan walau tanpa anak daripada harus menjanda lagi.
Pak Salman ayah sambung Ditha sebenarnya bisa dikatakan mampu secara ekonomi dan karena merasa bukan anaknya maka Ditha dan Yayan tak pernah menikmati harta ayah sambungnya.
Dari tahun ke tahun Ditha dan Yayan hidup bersama sang nenek hampir tidak pernah di tengok oleh ibunya. Padahal jarak rumah sangat dekat bila di tempuh perjalanan hanya 15 menit, tapi hubungan mereka seperti layaknya orang lain saja.
Ditha tumbuh menjadi gadis dewasa karbitan. Dia sangat cantik alami hasil perawatan dari neneknya yang bekerja sebagai dukun beranak di desanya. Walau hanya dukun beranak Nenek Eti sangat terampil dan di bina oleh bidan di desanya.
Beruntung Ditha bisa menamatkan SMA-nya dengan biaya sendiri dari hasil kerajinan tangannya, dalam fikiran Ditha tak apa kerja di rumah saja hanya dari hobinya menjahit kain perca, sisa potongan kain yang ia dapatkan dari penjahit-penjahit di desanya dan desa tetangga.
Sedangkan kakaknya bekerja di kantor kepala desa sebagai hansip merangkap cleaning servis, Yayan sudah beristri, baru menikah 6 bulan yang lalu, sang isteri pun anak yatim piatu, teman sekolah Yayan. Mereka berdua tinggal di sebelah rumah neneknya, ruang kecil bersekat dua yang dulunya di jadikan gudang oleh almarhum kakek Yayan.
Walau hidup sederhana nenek Eti, Ditha, Yayan dan Fitri sangat merasa bersyukur walau kadang jatuh bangun mereka lalui.
Sampai menjelang usia Ditha yang ke 20 tahun...masalah besar mulai merusak ketenangan....
***
Setelah bertahun-tahun menabung untuk cita-citanya agar bisa. membeli mesin jahit, Ditha membuka celengannya...dirasa cukup karena ia di janjikan oleh penjahit yang memberi dia potongan kain perca mesin jahit miliknya.
Kebetulan stok kain perca tinggal sedikit pergilah ia ke rumah bu Laila di desa sebelah. Kurang lebih 10 menit dengan menaiki sepeda sampailah ia di rumah bu Laila karena rumah neneknya terletak tak jauh dari perbatasan antar desa.
"Assalamu alaikum bu Laila"
"Wa alaikum salam, bu Laila sedang ada tamu kak, masuk aja." sahut Iin salah satu murid yang belajar menjahit di tempat kursus jahit milik bu Laila.
" Iya In, terimakasih"
Ketika masuk ke dalam terlihat di sebelah ruangan bu Laila sedang berbincang sambil mengukur badan seorang ibu-ibu rupanya ibu itu kostumer bu Laila yang hendak membuat baju di tempat bu Laila.Terdengar sedikit perbincangan bu Laila dengan ibu itu, Ditha agak sedikit mengenal suara ibu itu, penasaran tapi karena ibu itu membelakangi Ditha maka Ditha tak tahu pasti siapa ibu itu.
Sambil melihat-lihat mesin jahit yang akan dia beli dan potonga kain perca yang ingin dia bawa pulang Ditha mendengar perbincangan bu Laila dengan ibu itu.
" Jangan lupa jeng Laila harus tepat waktu ya! 1 bulan 5 baju saya harus sudah selesai, pokoknya harus tepat waktu"
" Saya usahakan nyonya, saya jugakan banyak jahitan lain yang menunggu saya kerjakan"
" Yang lain kerjakan setelah saya aja jeng Laila, saya kan bayar cash duluan, tidak bayar nanti setelah baju selesai baru bayar, lagian saya langganan penting lho!"
" Iya Insya Allah nyonya"
Sudah selesai di ukur dan di catat ibu itu pamit pulang. Begitu berbalik badan Ditha mengenali ibu itu.
'Ibu...' dalam hati Ditha kaget, pantas dia mengenal suaranya.
"Ibu...."panggil Ditha.
Sang ibu menoleh dan mengerutkan keningnya.
"Siapa kamu?"
Di desa sebelah itu tidak ada yang tahu kalau bu Silma mempunyai 2 orang anak, karena tak mau di cap sebagai orang tua yang tidak peduli anak, lebih baik dia di kenal tidak punya anak.
"Ibu...Ini Ditha ibu...." ucap Ditha sambil mata yang berkaca-kaca, bagaimana bisa tidak mengenal anaknya sendiri walaupun terakhir kali bertemu saat perpisahan SMP nya dulu. Yah lama memang sampai perubahan anaknya sari remaja beranjak dewasa ibunya tidak tahu, mungkin wajahnya sudah berubah bathin Ditha karena dia sudah menjadi gadis dewasa.
Berjalan mendekati bu Silma, Ditha ingin memeluk ibunya, tapi di tepis oleh bu Silma.
"Ih...siapa kamu mau peluk-peluk saya" bu Silma pergi melangkah keluar rumah bu Laila dan tergesa-gesa masuk ke dalan mobil yang sedang menunggunya.
"Cepat jalan pak, kita pulang" perintah bu Silma pada sopir pribadinya, dan mobil pun melaju meninggalkan Ditha yang bengong melihat kepergian ibu nya.
"Kamu kenal bu Silma, Ditha? tanya bu Laila.
" E..enggak bu.."jawab Ditha samb pura-pura merapikan rambutnya , ia menghapus air matanya yang jatuh menetes. Ia menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan sesak di dadanya setelah mendapat penolakan dari ibunya.
***
" Deuh..repot saya kalo sudah bu Silma yang pesan baju, harus begini..harus begitu...harus cepat kelar, kayak saya gak punya antrian jahitan lain aja."keluh bu Laila.
"Udah gitu gak mau di kerjakan sama orang lain, harus saya." lanjut bu Laila.
"Yah mau bagaimana lagi bu, hasil jahitan ibu bagus siiiih." puji Ditha membesarkan hati bu Laila.
"Ah....kamu bisa aja...,ini potongan kain percanya ada banyak kamu bawa, kalo yang sisa-sisa kurang lebih setengah meter kamu beli Rp.8000,- aja sekilonya mau?"
"Oh ya, itu ada dua mesin jahit yang mau saya jual, karena saya sudah beli dua lagi yang baru." lanjut bu Silma.
"Berapa mesinnya bu? Kalo cukup uang saya, saya beli satu aja bu."
"Ih itu bekas sudah lama juga 500rb aja, kalo dua-duanya saya lepas 800rb deeeeeeh..."
"Wah boleh bu, saya beli dua-duanya, uang saya cukup kok" kata Ditha girang.
"Ya udah kalo kain percanya saya kasih aja, tapi kalo ada bros-bros hasil kerajinan kamu bolehkan ibu minta satu atau dua hehehe....kamu punya tangan kreatif banget pasti orang tua kamu bangga.."ujar bu Laila. Ia sangat senang kenal Ditha karena ia tidak mempunyai anak perempuan.
Dalam khayalan bu Laila ingin rasanya memiliki menantu seperti Ditha, ah bukan kah Ditha adik kelas Aryo anak semata wayangnya hingga terfikir olehnya bagaimana kalo ia menjodohkan anaknya dengan Ditha pasti menyenangkan.
Aryo seorang pengusaha tekstil jadi sejalan dengan ibunya yang hobi menjahit, ayah Aryo sendiri, pak Sudarmono seorang pengusaha bahan baku untuk tekstil, jadi dalam keluarga mereka menjalankan usaha yang berkaitan satu sama lain.
Kompak itulah motto hidup keluarga pak Sudarmono dan bu Laila. Jadi seandainya punya menantu seperti Ditha sudah pasti sangat cocok fikir bu Laila.
Di puji punya tangan kreatif Ditha sangat senang, tapi mengingat orang tuanya akan bangga atau tidak, hati Ditha sangat teriris, secara dia baru saja mendapat penolakan dari ibunya.
" Orang tua saya tidak tahu menahu apa yang saya kerjakan bu, saya tidak mau merepotkan orang tua saya," ucap Ditha murung.
"Benar Ditha, kamu anak yang tidak mau merepotkan orang tuamu, tapi gak apa-apa, setidaknya kita wanita tidak boleh lemah, dan bisa membantu mencari penghasilan juga, kamu lihat ibu kalo secara ekonomi tidak kekurangan dari suami ibu, ibu gak mau berpangku tangan saja, tetap menjalankan hobi ibu dan menghasilkan juga,dan tentunya berguna untuk orang lain dan keluarga, ibu jadi gak pernah beli baju, cukup jahit sendiri, dengan model baju kekinian juga, hehe..."
"Pokoknya semangat ya Ditha" lanjut bu Laila.
"Iya bu..terimakasih"
"Ini sisa kain yang kurang lebih semeteran ada 10kg, kain percanya ada tiga kantong plastik besar."
"Iya bu, ini uangnya, banyak juga ya bu, bagaimana saya membawanya, saya cuma naik sepeda saja."kata Ditha bingung.
"Ih...gampang toooo, sebentar...."kata bu Laila sambil pergi ke dalam rumah induk mencari anaknya si Aryo.
Aryo sedang asyik melihat laptop menyelesaikan pekerjaannya yang ia pantau dari rumah saja.
Dia sengaja bekerja dari rumah karena ingin sedikit bersantai.
"Yoo....Aryoooooo.....anak bundaaaa...tercintaaa.....tersayang....teruwu..uwuuu."
Selalu begitu bu Laila memanggil anaknya seolah anaknya masil kecil dan lagi lucu-lucunya.
"Ya ampun ibundaaaaaa....kok Aryo pingin balik jadi bayi lagi yaaaaaa...."
Pluk....tangan Aryo hinggap di dahinya, sambil menjawab panggilan bundanya.
Sudah biasa dalam keluarga bu Laila penuh candaan laksana opera......tiap hari seperti itu sehingga sekeluarga sangat betah di rumah sampai kerjapun dari rumah saja.
"Tolong bunda untuk bantuin Ditha doooooong."
"Ya bunda, bantu untuk apa bun?" mendengar nama Ditha, Aryo jadi semangat 45.
Melihat anaknya semangat bu Laila sedikit kaget.Kayaknya mudah nih mendekatkan Aryo dengan Ditha, bathinnya....
Bersambung yaaa....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
MEMEY
salam kenal Kaka dari terbayang kenangan mantan
2022-04-06
0