Tiga hari kemudian, Yayan sudah mengambil keputusan, beberapa hari ini, ia harus menyelesaikan semua pekerjaan di kantor agar ia bisa pergi ke dengan tenang.
Kebetulan ia punya kenalan di luar provinsi yang tidak di ketahui oleh siapa pun, ia meminta bantuan temannya itu untuk mencarikan pekerjaan untuk nya dan kebetulan teman nya itu mempunyai usaha jadi langsung saja ia terima Yayan untuk bekerja di tempat nya.
Hari ini di kerjakan pekerjaan nya dengan cepat kemudian pergi ke rumah neneknya untuk membicarakan niat nya.
"Assalamualaikum"
"wa alaikumsalam, kak."
"Nenek mana Ditha?
" Di belakang kak, memetik cabe rawit."
"Tha, sini sebentar."
"Iya kak."
"Aku sudah mengambil keputusan, aku ingin menyelamatkan pernikahan ku, maafkan kakak Tha, terpaksa aku ambil keputusan ini."
"Iya kak, aku tahu dan ini yang terbaik, tak apa biar kan aku terima keputusan ibu nanti." Ditha mencoba menebak keputusan kakak nya.
"Sebaiknya kau ikut kakak Tha."
"Tidak kak, kasihan nenek."
"Tapi kalau pun kau menikah, nanti kau juga akan meninggalkan nenek Tha."
"Iya juga sih kak, tapi entah kenapa aku takut ada apa-apa sama ibu kak."
"Hhmm.... kau benar, sejahat-jahatnya hanya ibu satu-satunya orang tua kita."
"Sudah lah kak, fokus pada hidup mu, semoga kelak kita bertemu lagi, kakak tak usah menceritakan detail rencana kakak lebih baik sedikit orang yang tahu."
"Iya Tha, kalau begitu nenek pun tak perlu tahu, kasihan nanti malah kepikiran, yang jelas aku sudah dapat tempat yang baik di sana, kau sampaikan saja hal ini pada nenek biar tidak berpikir yang tidak-tidak."
"Baik kak, selamat jalan kak, semoga kakak menjadi orang sukses dan jemput aku." kata Ditha sambil menangis memeluk kakaknya.
"Semoga kamu dapat jodoh yang baik Tha."rangkul Yayan pada adiknya, tak tega sebenarnya tapi apa boleh buat.
"Aamiin kak."
"Aku pulang, mungkin aku pergi tanpa pamit lagi, kamu bisa gunakan rumah ku untuk kau jadikan tempat usaha, Tha."
"Iya kak, lihat nanti biar kan kosong dulu saja biar tidak kentara."
"Iya kau atur lah, assalamualaikum."
"wa alaikumsalam."
Ditha menutup pintu rumah neneknya dan menyusul nenek ke belakang rumah, ia lihat nenek nya masih sibuk mencabuti rumput-rumput kecil di bawah tanaman cabe mereka. Untung nenek tidak masuk rumah dan mendengar perbincangan mereka pikir Ditha, lebih baik tak banyak yang tahu rencana Yayan, walaupun nenek nya memang yang menyuruh mereka untuk pergi dari desa.
Setibanya di rumah Yayan mengumpulkan berkas-berkas yang ia butuhkan nanti, diambil nya tas ransel di atas lemari dan ia masuk kan berkas-berkas itu. Tak lupa dia turun kan koper lama milik ayahnya yang sengaja ia bawa dari rumah nenek saat menempati rumah baru nya, koper itu tidak pernah ia buka, begitu ia membuka koper yang ia kira kosong, kaget dia di dalam nya ada map berisi surat-surat milik ayahnya, tanpa membuka map itu ia satukan di dalam ransel, kemudian ia bersihkan koper yang telah kosong namun penuh debu dan sarang laba-laba.
Setelah bersih ia masuk kan beberapa lembar baju yang paling bagus. Tak lama Fitri pun masuk kamar, dan melihat apa yang dilakukan Yayan.
"Fit, pilih baju-bajumu yang sekiranya masih bagus aja, masuk kan ke dalam koper, tak usah terlalu banyak secukupnya saja, jangan lupa berkas-berkas mu, jadikan satu di dalam ransel itu ya."
"Ap....apa kita jadi pergi Yaan?"
"Iya... sudah cepat, besok dini hari kita sudah harus pergi, takut nya hari Minggu ibu mencari aku."
"I iya.. bagaimana Ditha dan nenek kasihan mereka."
"Aku sudah bicara dengan Ditha tadi, semakin sedikit yang tahu semakin baik."
"Ya sudah kalau begitu, aku ikut saja, Bismillah semoga Ditha dan nenek baik-baik saja, tapi perjodohan Ditha bagaimana?" ujar Fitri mulai terisak.
"Jika sudah jodoh nya kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita do'akan saja semoga dia dapat jodoh yang terbaik.
"Aamiin."ucap Fitri sambil mengusap wajah nya.
"Ingat bawa yang penting-penting saja."
"Kita mau kemana? dan tinggal dimana nantinya?"
"Ssst... itu akan jadi urusan ku, kau ikut saja, tenang, semua sudah aku siapkan."
"Baiklah." ujar Fitri sambil menghela nafas, Yayan memang lelaki yang sangat bertanggung jawab walau usianya sangat muda.
Selesai memasukkan semua yang akan di bawa ke dalam koper dan ransel, merekapun makan malam, lanjut beristirahat agar tidak terlambat bangun sewaktu dini hari nanti.
Seperti tidak terjadi apa-apa, pagi harinya Ditha menyibukkan diri seperti biasa.
Sekitar jam 10 pagi datang lah bu Silma kerumah ibu nya.
"Assalamualaikum."
"Wa alaikumsalam, ibu?"
"Kamu sibuk hari ini Tha?"
"Ini bu, Ditha mau pergi ke rumah bu Laila, stok kain perca sudah habis, Ditha sekalian beli kain juga."
"Apa kamu tidak punya relasi lain Tha?"kata bu Silma, seingatnya bu Laila punya anak laki-laki, ia khawatir apabila Ditha sering kesana akan terikat hati dengan anak bu Laila.
"Ada bu, tapi tidak selengkap di bu Laila, hanya dapat kain perca saja di bu Yana."
"Sudahlah Ditha, tak usah kau lanjutkan hobi mu ini, sebentar lagi kau akan menikah dengan anak sepupu ayahmu yang tajir melintir."
"Pernikahan seperti apa yang dilandasi tanpa cinta bu? Ibu yakin harta akan membuat orang bahagia?"
"Ya jelaslah, buktinya ibu bahagia dengan harta melimpah."
"Itukan bagi ibu, aku disini dengan ekonomi pas-pasan sudah cukup bahagia bu."
"Jangan melawan orang tua Ditha!!" sentak bu Silma.
"Ibu sendiri melawan nenek kan?"
"Ck kau ini, mana kakakmu?"
"Terakhir kesini kemarin bu, mengantar buah pisang, hari ini belum bertemu lagi."
"Coba kau hubungi, ibu mau sampaikan langsung pesan dari ayah kalian."
"Iya bu, Ditha telpon dulu."
Sengaja ia telpon kakaknya di hadapan ibunya, untuk membuktikan bahwa ia tidak tahu menahu rencana kakaknya, padahal kakaknya sudah bilang kalau nomornya tidak di aktifkan, nanti sesampainya ditempat tujuan ia akan mengganti nomor baru.
Tuuut... tuuut.... the number your call...........
"Tidak aktif bu."
"Kemana kakakmu.?"
"Tidak tau bu, kemarin tidak bicara apapun, cuma naruh pisang di meja pas Ditha mencuci piring, hanya sebentar lalu pergi, mungkin masih sibuk bu."
"Coba kau hubungi Fitri."
"Iya bu."
Kembali ia hubungi kakak iparnya dan sama tak aktif juga.
"Kak Fitri juga tidak aktif gawainya."
"Coba kita kerumahnya Tha, ayo!"
Bu Silma mengajak Ditha mencari Yayan ke rumahnya dengan menaiki mobil ibunya.
Setibanya di rumah Yayan.
"Assalamualaikum kak."panggil Ditha sambil mengetuk pintu,dia panggil sampai 3 kali tidak ada sahutan dari dalam rumah, lampu depan rumah pun masih menyala.
"Sepi bu, lampu rumah juga masih menyala."
"Kemana mereka Tha, bukannya jam segini mereka dirumah."
"Entah bu, coba Ditha tanya tetangga sebelah."
Ditha berjalan ke sebelah rumah kakaknya yang kebetulan juga bekerja di kantor desa.
"Assalamualaikum kak Hadi."
"Wa alaikumsalam Tha, kebetulan ada kamu, si Yayan kenapa kok dia resign?"
"Hah..! apa kak? aku malah mau tanya ke kakak, kak Yayan kemana kok rumahnya sepi?" tanya Ditha pura-pura terkejut.
"Yayan mengajukan resign kemarin Tha, kalau hari ini aku memang belum lihat dia, bertemu terakhir kemarin, pas aku bagi dia buah pisang."
"Sama kak, aku juga bertemu terakhir kemarin, pisangnya di antar ke rumah nenek, tadi aku hubungi nomornya tidak aktif kak."
"Ah kemana dia?"
"Entahlah kak."
Karena tidak mendapat jawaban Ditha pun kembali pada ibunya.
"Tidak ada informasi bu, cuma kak Hadi bilang, kak Yayan mengundurkan diri dari kantor desa kemarin bu."
"Haahh!! apa dia pergi tanpa pamit? Ah itu anak bikin masalah saja, bagaimana ini?? ayah kalian pasti marah!" ujar bu Silma kesal.
"Coba kita tunggu beberapa hari bu, siapa tau pergi karena ada yang diurus saja."
"Kau benar, ya sudah, beritahu ibu bila ada kabar dari kakakmu."
"Iya bu."
"Ayo ibu antarkan pulang."
"Tidak usah bu, aku mau kerumah bu Yana saja, mencari kain perca, rumah bu Yana kan berlawanan arah dan dekat dari sini."
"Ya sudah kalau begitu, selesaikan orderan mu, tidak usah menerima orderan baru lagi, fokus pada pernikahan mu saja, paham kamu Tha!!"
"I iya bu" sahut Ditha lirih.
"Ibu pulang Tha!"
"Iya bu."
Mobil bu Silma pun beranjak pergi meninggalkan Ditha.
Sepeninggal ibunya Ditha menutup mulutnya sambil tersenyum, walaupun sedih harus berpisah dengan kakaknya setidaknya kakaknya selamat dari perjodohan yang tidak masuk akal itu.
Nb
mohon krisan yaaaa
terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ruk Mini
ko Oneng ye mau aje
2024-11-08
0